Keluarga Baru (bab 1)
BAB 1
KELUARGA BARU
“Park Soeul-ssi[logat orang korea],, ireona[bangunlah]!! Apa kau tidak ingin ikut denganku??” suara bising itu berhasil membangunkanku dari dunia mimpi. Aku sedikit menggeliat sebelum akhirnya membuka mata mengintip siapa yang telah menggaggu pagi hariku. Aku bergerak duduk dari tidurku berusaha menghilangkan kantukku.
“Yoo Ra Eonni[panggilan kakak perempuan dari adik perempuan]!! Kau merusak pagiku!! Kenapa kau membangunkanku sepagi ini??” tanyaku sambil mengucek-ngucek mataku menggunakan tangan mungilku diiringi suara khas anak kecil bangun tidur. Ia mengeluarkan wajah datarnya menatapku.
“Apa kau lupa hari ini Appa[ayah] akan membawa kita ke taman,,? ini hari minggu Park Soeul-ah[logat orang korea]!! Berhentilah bermalas-malasan dan pergilah mandi sekarang! KAJJA[AYO]!!” ia mulai menarik tangan mungilku turun dari ranjang sembari menggiringku ke kamar mandi. Dengan badan yang gontai aku mulai membersihkan badanku.
Perkenalkan namaku Park Soeul. Umurku diantara 5 dan menuju 6 tahun ini. Aku tinggal bersama keluarga angkatku. Kedua orangtuaku telah tewas setelah setengah tahun lalu. Aku dibawa pergi bersama seorang Namja[laki-laki] yang telah membunuh kedua orangtuaku itu. Dari parasnya aku dapat menebak umur Namja itu tidak jauh dari umur Appa kandungku. Ia sangat menyayangiku layaknya anak kandung sendiri. Herannya entah kenapa ia tega membunuh kedua orangtuaku sedangkan ia menyayangiku.
Aku dipertemukan dengan keluarga angkatku. Salah satunya Park Yoo Ra. Ia adalah Eonni angkatku. Umurnya hanya 2 tahun di atasku. Sama halnya dengan Appa angkatku, ia juga sangat menyayangiku seperti adik kandungnya sendiri. Sungguh hal yang mengherankan.
Aku keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segar dan cerah serta handuk baju membalut tubuhku. Ternyata Yoo Ra Eonni setia menungguku sampai selesai. Ia menghampiriku dan segera memilih baju yang cocok kukenakan hari ini. Yap, hari ini Appa janji akan membawaku jalan-jalan ke taman. Sebenarnya ini kesempatan yang jarang aku dapatkan. Appa selalu melarangku keluar dari rumah besar ini. Aku hanya boleh bermain di dalam rumah dan tak boleh menginjakkan kaki keluar area pekarangan rumah.
“Soeul-ah,, apa kau menyukai ini??” aku tersadar dari lamunanku setelah Yoo Ra Eonni meminta pendapatku pada baju pilihannya. Aku mengangguk mengiyakan.
“Aku selalu menyukai pilihanmu, Eonni...” ia tersenyum girang segera mengenakannya ke badanku. Hari ini aku mengenakan gaun kecil berwarna pink dengan lengan transparannya. Tak lupa Yoo Ra Eonni menyisir rambutku dan memberinya hiasan jepitan kecil. Rambutku dibiarkan tergerai begitu saja.
Setelah rapi, bersih dan cantik ia menarik tanganku keluar kamar menghampiri Appa yang sedari tadi sudah menunggu kami. Melihat sosoknya di lantai bawah membuatku bersemangat menuruni anak tangga meniggalkan Yoo Ra Eonni di sana. Aku sedikit berlari kecil lalu melompat ke dalam gendongannya. Tentunya ia sigap menangkap badanku. Terhitung jarang momen ini aku dapatkan karena kesibukannya di luar rumah.
“Aigo[‘aduh’ lebih ke gemas],, apa kau sangat merindukan Appa sampai memelukku seerat ini, hmm??” aku hanya mengangguk di dalam ceruk lehernya.
“Apa kau sudah siap??” aku mendongak membalasnya dengan senyuman begitu pula Yoo Ra Eonni yang sudah ada dalam genggaman tangan Appa. Appa membawa kami menuju mobil. Aku duduk di depan di sebelah Appa dan Yoo Ra Eonni tepat di belakangku. Selama perjalanan Appa selalu melirik ke arahku sambil tersenyum. Aku hanya membalasnya dengan tepukan kecil di lengannya.
“Jangan melirikku seperti itu Appa! Fokuslah menyetir...” sahutku. Ia tertawa halus beralih fokus ke jalanan. Beberapa menit di perjalanan kami sampai di tujuan. Tak lupa Appa menggenggam tanganku dan tangan Yoo Ra Eonni agar tak terpisah satu sama lain.
Kami menghabiskan waktu bersama di sana. Mencari sarapan pagi, membeli eskrim, mengambil foto bersama dan kegiatan menyenangkan lainnya. Yang kurang keberadaannya di sini adalah Oppaku[panggilan kakak laki-laki dari adik perempuan]. Apa kabar dirinya sekarang?? Waktu pun berlalu begitu cepat. Sekarang kami sudah dalam perjalanan pulang karna langit perlahan menghitam menuju suasana dinginnya malam.
“Soeul-ah,, Soeul-ah!!” aku tersontak kaget mendengar suara teriakan Yoo Ra Eonni.
“Yak[hey]! Eonni,, Appo[sakit]...” gerutuku menutup kedua telingaku.
“Dari tadi aku memanggilmu tapi kau tak mendengarnya Soeul-ah,, apa yang kau pikirkan??” perdebatan kecil kami berhasil membuat Appa memerhatikan kami.
“Wae-yo[kenapa/ada apa] Park Soeul-ssi??” seketika aku merinding mendengar suara Appa. Tanda-tanda ia tak suka aku menyembunyikan sesuatu adalah dengan menyebutkan nama lengkapku.
“Anii[tidak] Appa,, aku--...”
“Park Soeul-ssi?!” tegasnya memanggil namaku lagi.
“Appa,, apakah Oppa akan kembali??” lanjutku cepat sebelum ia benar-benar marah padaku. Tapi, dengan pertanyaan ini ia juga akan marah mendengarnya. Seketika ia menghentikan mobil di tepi jalan. Aku mulai menundukkan kepala menunggu amarahnya meledak.
“Dengarkan Appa baik-baik Park Soeul-ssi,, Oppamu itu tidak akan kembali kepadamu,, dia sudah tiada! Dia sudah tidak ada di dunia ini!! Jangan harap dia akan kembali padamu!! Camkan itu baik-baik!!” aku semakin menundukkan kepalaku takut dengan pekikkan amarahnya. Aku terdiam dan ia langsung melajukan mobil berkecepatan tinggi. Tak ada percakapan setelah itu.
Setibanya di rumah, Appa langsung masuk tanpa berbicara pada kami berdua. Yoo Ra Eonni yang selalu mengerti perasaanku pun menggandeng tanganku segera berjalan masuk ke dalam rumah. Baru saja kami tiba di ruang tengah, kami sangat terkejut melihat seseorang yang tengah duduk menatap ke arah kami sambil tersenyum.
“YEON JIN OPPAA!!!!” pekik kami berlari menghampiri seseorang tersebut dan memeluknya berbarengan. Yap, ia adalah Oppa angkatku. Namanya Park Yeon Jin. Umurnya sudah beranjak remaja yaitu 15 tahun. 2 bulan lalu ia pergi ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya. Kami sama-sama melepas rindu satu sama lain. Walaupun ia hanya kakak angkatku, aku sangat merindukannya.
“Aigo,, Oppa merindukan kalian...” ujarnya mengeratkan pelukan.
“Kapan Oppa datang?? Kenapa tidak memberitahu kami??” tanya Yoo Ra Eonni melepaskan pelukannya.
“Kejutan untuk kalian tentunya...” jawabnya kembali memeluk kami. Beberapa menit melepas rindu kami beranjak untuk makan malam bersama. Di meja makan aku tak melihat keberadaan Appa, mungkin ia masih marah padaku.
“Eonni,, aku akan kembali ke kamar,, aku tidak nafsu makan...” tanpa menunggu jawabannya aku berlalu pergi ke kamar.
Setibanya di kamar, aku mengunci pintu dan bersih-bersih sebelum tidur. 30 menit kemudian, selesai berpakaian baju tidur aku langsung merebahkan diri di kasur. Kini pikiranku bercampur aduk tak karuan. Semua pertanyaan yang belum ada jawabannya melayang-layang di kepalaku. Seketika bayangan wajah Oppa kandungku terlihat dalam ingatanku. Peristiwa setengah tahun lalu kembali terngiang.
Flashback
“Jaga dirimu Song Soeul-ah,, Oppa akan kembali menjemputmu dan merebutmu dari mereka karna kau segalanya bagi Oppa,, ingat! Jaga dirimu...” ia mengusap mataku perlahan entah apa maksud dari usapannya itu. Baru saja aku ingin bertanya kemana ia akan pergi, ia sudah berlari dan meloncat melalui jendela kamarku.
“Oppa! Kau mau kemana... hiks, hiks...” tanpa sadar airmataku mengalir. Tak lama setelah ia pergi, Appa dan Eomma[ibu] masuk ke dalam kamarku dengan ekspresi yang tak bisa aku artikan. Eomma memelukku erat seperti tak ingin melepaskanku. Selang beberapa menit, aku angkat suara.
“Ada apa Eomma??” aku mengusap sisa airmataku tadi. Sebelum Eomma menjawab pertanyaanku, seketika pintu kamarku di banting paksa oleh seseorang. Dalam sekejap kamarku dipenuhi oleh banyak orang bertopeng terkecuali seorang Namja yang sedang memegang sebuah benda yang aku tak tau namanya apa. Eomma semakin mengeratkan pelukannya. Appa melindungi kami dari depan.
“Serahkan anak itu atau kau akan mati!!!” teriak seorang Namja tadi. Ia mengarahkan benda aneh tadi ke arah Appa. Entah kenapa Eomma semakin menangis melihatnya. Tiba-tiba aku ditarik paksa dari pelukan Eomma oleh orang-orang bertopeng itu. Airmataku kembali keluar tak ingin dipisahkan oleh Eomma.
“EOMMA!! APPA!!” teriakku. Orang-orang bertopeng itu berusaha menutup mataku agar aku tidak dapat menatap Appa dan Eomma.
DORR! DORR! DORR! DORR! Sontak aku terdiam. Sebuah cipratan berwarna merah menempel tepat di wajahku. Tak tau apa yang ada dipikiranku, aku hanya terdiam melihat Appa dan Eomma sudah tergeletak tak berdaya di lantai kamarku dipenuhi dengan cairan berwarna merah. Aku berjalan perlahan mendekati mereka.
“Ap-pa,, Eom-ma...” aku mulai menggerakkan badan mereka. Tangisku pecah lagi. Aku menangis memeluk Appa dan Eommaku.
“Ahjussi[paman]! Apa yang kau lakukan pada mereka?! Kenapa mereka tak mendengarkanku! Ahjussi!!” teriakku. Ia malah menyuruh orang-orang bertopeng lainnya untuk membawaku bersamanya. Aku digendong seperti sebuah karung dipundak salah seorang bertopeng tadi. Tangisanku tak berhenti sampai wajah kedua orangtuaku lenyap dari hadapanku.
Flashback off
Yap, begitulah tragedi mengerikan yang masih tersimpan lekat di memori kepalaku. Trauma? Mungkin, tapi kini aku butuh penjelasan dari Appa angkatku. Sayangnya, satu pertanyaan yang selalu aku ulang saja sudah membuatnya semarah ini apalagi semua pertanyaan kutanyakan padanya. Memang ialah Namja yang sama saat tragedi kematian orangtuaku itu tapi, aku tak tau alasan kenapa ia mau merawatku, menyayangiku sedangkan ia tega membunuh orangtuaku di depan mataku sendiri.
Mengherankan bukan, seorang gadis kecil sepertiku dapat memikirkan hal-hal seperti ini. Appa tak pernah menyekolahkanku, beruntungnya aku dapat membantu Yoo Ra Eonni menjawab tugas rumahnya. Kadang, sebuah keinginan untuk mencari Oppa kandungku timbul di benakku. Rasanya sangat ingin melanggar peraturan Appa untuk kabur dari rumah ini. Susahnya adalah sekeliling rumah ini dipenuhi oleh penjaga-penjaganya. Kemungkinan besar aku takkan pernah bisa kabur.
“Haaahh...” helaan nafas beratku menyuruhku untuk segera tidur tanpa memikirkan apa-apa lagi. Aku hanya harus menjalani kehidupan baru ini dan berharap sebuah anugerah datang dan menarikku dari keterpurukkan.
------
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar