Isn't Me?
Bagian 1
Pagi memang tidak akan pernah bersahabat, bahkan tidak pernah menjadi teman. Hari ini ada pelajaran matematika dan Andra lupa akan tugasnya,”Woy, katanya lo mau berubah?” Panggilan Alex , yang membuatnya bisa sampai dan duduk di kelas untuk pagi ini.
“Hai smoothy, apa kabar?” sapa Nadhifa , saat ia meihat Andra masuk kelas, tapi udah terlihat siang.
“Gak apa-apa, kok!”Andra menjawabnya dengan santai, sembari meletakkan tas di bangku ‘bersih’nya.
“Kamu marah, taa?”
Gue kangen sama lo, Nadh—ujar batinnya.
Andra mulai sibuk dengan tugas matematikanya, untuk pertama kali ia mulain mengerjakan tugas. Ditemani dengan suara sepi kelas pagi (karena teman-teman abstraknya dalam otw) dan ada beberapa anak selain ia dan Nadhifa.
Bingung.
Sejak Nadhifa pulang dari Taman Menteng itu (baca kisah Pilih Teman atau Pacar), ia berusaha untuk menjadikan Andra sebagai prioritas sebelum prioritas dirinya. Ia melihat, sekan-akan ada yang memenuhi pikiran orang kesayangannya,”Lo kenapa?”tanya Nadhifa, terlihat kerutan pada wajah Andra,”pasti belum ngerjain tugasnya matematika?”
“Dasar lo, yaa!” bentak Andra, terkejut karena ia ketauan belum mengerjakan,”gak usah kayak setan, dong!”
“Gebetan dibilang setan, kurang asem emang, kok!” Nadhifa pura-pura sebal, sambil melihat raut wajahnya Andra saat ketauan dirinya.
“Dihh, kita kan cuman sekedar sahabat!”ujar Andra, berusaha tampil dengan wajah biasanya .“Terserah lo, dahh!”
Nadhifa merasa Andra sedang mempermainkannya , supaya sedikit lebih terbuka.
Lucu juga, tuh, anak!
Pelajaran matematika berlangsung, untuk pertama kali yang bakal ditanya adalah tugas, “mati deh, gue!”, ucapnya dalam hati. Setelah Pak Muchlis meminta semua tugas anak-anak, sesi hening pun dimulai.
“Lex, jangan bilang kalau lo sudah ngerjain, dahh?” bisik Andra, memuku bahu Alex yang ada di depannya.
“Hhh,” tawa Alex,”masa lo belum ngerjain, Ndra?”
“Payah, dech!”
Keberuntungan belum ada di tangan Andra, gurunya terkenal akan keganasan dalam menghukum anak-anak yang suka melanggar.
“Andra,” teriak Pak Muchlis,”tugas yang saya kasih belum kamu kerjakan?”
“Mmm—“Andra tidak punya alasan
“Seperti biasa, silahkan berdiri sampai jam pelajaran saya selesai!”
Terpaksa.
Dengan langkah gontai, Andra maju ke depan kelas, diiringi oleh tawa pasukan abstrak.
2 jam, ia berdiri di depan kelas, bagaikan berdiri ditengah Gurun Sahara.
Kring...kring...kring...
“Andra, minggu depan kalau tugasmu belum ada diatas meja saya, jangan berharap kamu bisa naik kelas!”ancam Pak Muchlis, sebelum tadi ia meninggalkan ruang kelas Andra.
Payah.
Andra menyumpahi Alex, gara-gara suaranya yang keras tadi. Ia kembali ke bangkunya, dengan raut wajahnya yang terlipat seratus. Tanpa ia sadari...
“Ndra—“sapa Nadhifa, menarik Andra yang lagi asyik mendengar musik.
“Ehhh,”Andra melepas headphonenya,”Lo, kok tumben gak ke kantin?”
“Males”
“Kenapa? Lo marah, yaa! Gue gak ngerjain tugas tadi?” tanya Andra dengan wajah cengengesan.
“Iya,” Nadhifa membalas dengan wajah judesnya,”Ini kerjakan sekarang, gue TUNGGU!” ia menekan kalimat terakhirnya dengan nada kesal.
Widiihh, jahat banget!
Andra kembali memasang heaadphonenya, dengan kembali ke alam dunia kedua (alam khayalan Andra jika lagi rindu). Tidak lama, tiba-tiba dunia khayalannya diterjang gempa, entah kenapa ia langsung terbangun dan mendapati Nadhfa yang berdiri dari tadi masih ada di tempatnya,”Dasar lo, yaa!” ujarnya, dengan wajah seperti anak kecil yang kehilangan mainan.
Daripada gue mati kesepian dan hati gue tersakiti, dasar perempuan!
“Nah, gitu dong, jadinya kan lo kayak smoothy , lagi!”
“Emangnya gue apaan, dihh!”Andra agak jijik.
Dengan terpaksa, Nadhifa menemani Andra mengerjakan tugas.
Kalau gue alasan ke kamar mandi, bisa apa gak, yaa?
Nadhifa sibuk dengan dunia sosmednya, selagi Andra mengerjakan tugas matematika, Nadhifa menyibukkan dirinya dengan tugas yang lain.
“Nadh—“
“Kerjakan dulu, baru gue mau ngomong—“karena Nadhifa terlalu sibuk dengan dunia mayanya, ia tidak tau kalau smoothynya sudah hilang.
Setidaknya gue bisa lepas dari si kampret, dulu! Batinnya andra, ia merasa lega dan menuju ke tempat favoritnya, kamar mandi yang bercemenin.
Andra melihat pantulan dirinya di depan cermin, ia melihat seperti ada dua makhluk yang bertemu pada dunia dua dimensi. Ia membayangkan, andaikan gue bisa berkata “aku rindu kamu, Nadh!” tapi, kenapa tadi pagi mulut gue terasa seperti mati. Arghhh.... betapa bodohnya diriku! Sial, hari yang indah menjadi hancur... Andra bodoh!
“Woy, lo ngapain?”teriak Dwi, melihat temannya bertingkah seperti orang gila,”tadi lo dikelas bahagia, disamperin Nadhifa malah ke kamar mandi, aneh yaa!”
“Masya allah,”ucap Andra, tanpa disadari ternyata ada orang dikamar mandi,”Gak, ini gue lagi marahin tuh, orang yang ada disana!”ia menunjuk ke arah cermin.
“Siapa?”tanya Dwi, agak keheranan,”itu...bukannya makhluk yang biasa jaga TPA!”
“Asem deh, lo!”
“Dihh, lagian lo ngapain juga, teriak-teriak gak jelas, terus mukulin kepala lo sendiri!”,”kayak orang gila, yang ada di perempatan senayan, tau!”
“Nah, itu lo nyadar,”kata Dwi, ia merangkul sahabatnya,”biasanya kalau cewek sudah mulai mengekang cowoknya berarti itu tandanya dia SAYANG!”
Dihh...dimana-mana kalau sayang itu menerima apa adanya, dan bakalan memperbaikinya
Dwi menekan kata ’sayang’ supaya Andra tidak dengan mudah membuang cintaya yang sudah bersemi. Setelah satu dua hal, akhirnya Dwi kembali ke kantor OSIS karena beberapa hari lagi ada acara buat Hari ulang tahun sekolahnya.
Daripada gue makin lama makin gila, mendingan gue balik, dehh! Andra sudah banyak kali menghadap ke cermin, apalagi kalau lagi dapat masalah besar.
“Lo darimana aja, Ndra?”tanya Nadhifa, tepat ketika Andra berdiri di ambang pintu,”dasar lo, yaa!”
“Itu tadi—“Andra bingung harus menjawab apa, saat melihat wajah Nadhifa yang memerah.
“GAK USAH BANYAK ALASAN”kesal Nadhifa, “tadi lo cuman gue suruh kerjakan tugas matematika, lo malah hilang, belum kalau misalnya gue minta yang lain, lo gimana, Ndra?”
Widiihhh...
Terkejut tidak main-main Andra, pertama kalinya Andra mendengar Nadhifa marah, padahal selama ini Nadhifa terkenal sangat pendiam. Ia bahkan belum mengenal Nadhifa lebih jauh, “Maaf banget, tadi lo soalnya sibuk sama Hp, mangkanya gue gak bicara!”
“Kan, lo bisa panggil gue atau apalah!”seru Nadhifa,”tapi, lo malah langsung kabur, aja!’
“Ya udah ya, maaf kalau gitu!” Andra memelas akan maafnya.
Lucu juga nih, Anak! Kalau lagi ada penting aja, manis, coba gak ada kepentingan jahatnyaaaa!
“Ya udah, cepetan dilanjut, lagi!” suruh Nadhifa, ia langsung mengambil posisi duduk.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar