Fatimah Rasyida

Arsip Kolaborasi antara pikiran perasaan dan jari jemari Fatimah Rasyida sesuai dengan nama akun ini ps arsip diupload sesuai dengan keinginan

Selengkapnya
Navigasi Web

Stuck in The Middle 3

Aku benar-benar mematikan ponsel. Menghela napas sejenak dan kembali mengambil kopi kaleng di kulkas. Kali ini benar-benar kehilangan arah. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Seperti seonggok tubuh tanpa jiwanya. Mayat hidup.

Pikiran-pikiran Negatif memenuhi kepalaku. Bisik-bisik tetangga yang menyuruhku mengakhiri hidup saja, dan sebagainya. Lampu apartementku berkedip sejenak, seperti menyadarkanku. Aku menghela napas, hendak keluar. Aku butuh refreshing sejenak.

Aku Berjalan tanpa arah dan entah mau kemana. Di seberang jalan terlihat Book Center yang masih terang benderang. Aku berjalan kesana. Entah apa yang merasukiku. Seketika mataku perih melihat lampu yang terang benderang saat masuk ke dalamnya. Aku mencari rak yang terdapat buku komikku.

Ternyata pihak Book Center memberiku rak khusus untuk karya-karyaku. Terpampang jelas nama artist-ku di tengahnya. Banyak orang mengerubunginya. Hanya sekedar membaca sekilas, dan menatap dalam-dalam gambarku. Aku berjalan ke salah satu segerombol pelajar yang terlihat asyik sendiri saat membaca salah satu bukuku.

"Anu, memangnya komik karyanya TemTim sebagus itu ya?" tanyaku. Segerombolan pelajar itu terkejut saat mendengar kata-kataku.

"Karyanya sangat spektakuler! Style gambarnya bagus banget! Dan terlihat hidup."

"Aku tidak menyangka ada yang memiliki bakat seperti dia."

"Apalagi ceritanya, meski temanya pasaran, tapi cerita itu terdengar bagus banget saat dia yang gambar."

Aku mengangguk kecil, "Karakter siapa yang kalian sukai?" tanyaku, pertanyaan random yang tiba-tiba keluar dari mulutku.

"Aslan!" kata mereka setengah berteriak karena saking semangatnya. Nahkan! Sudah kubilang, karakter Aslan itu populer dan banyak disukai.

"Andai saja karakter Aslan ada di dunia nyata, aku akan langsung menyatakan perasaanku."

"Katanya Aslan itu terinspirasi dari orang beneran lho."

"Apa jangan-jangan TemTim itu Aslan?" tanya salah satu mereka. Mereka terlihat asyik sediri, rasanya aku seperti disingkirkan.

"Menurut kalian, TemTim itu seperti apa orangnya?" tanyaku.

"Hmm, entahlah. TemTim sendiri tidak pernah menunjukkan wajahnya."

"Aku harap sih, dia seperti yang ada di karya-karyanya. Powerfull, dan menyenangkan."

Aku berusaha menahan tawa. Mereka terlalu fanatik dengan komik-komikku hingga menurut mereka aku orang yang 'menyenangkan'.

"Memangnya, kenapa Miss bertanya seperti itu?" tanya salah satu dari mereka.

"Ah tidak, aku juga penggemar karyanya TemTim. Orang seperti apa yang dibalik nama TemTim itu ya..." kataku sambil berlalu. Mereka berbisik, sayup-sayup mendengar kalau mereka memanggilku bibi aneh.

Aku.. tidak terlalu suka mendengar kata bakat di pujian yang mengarah kepadaku. Kesehatanku menurun karena menggambar komik-komik itu. Bisa dibilang, kehidupanku adalah komik. Aku tidak bisa hidup jika tidak menggambar.

Aku duduk di salah satu bangku taman. Menatap pepohonan, seharusnya memang tidak boleh ke taman malam-malam karena pohon akan mengambil oksigen di malam hari, tapi ini sudah fajar, tidak apa kah? Menghela napas beberapa kali. Bertanya tanpa menjawab pertanyaan itu dikepalaku.

Sebenarnya apa yang kau inginkan, Tem? Impianmu sudah di depan mata. Bekerja di perusahaan ternama yang selalu menghasilkan film film bagus. Apalagi, Tem? Banyak orang yang berusah setengah mati untuk bekerja di perusahaan itu dan kau cuman tinggal bilang dua kata lalu kau masuk ke perusahaan itu. Apa yang kau mau, Temmy?

Aku mendesah kesal, menjambak rambut dengan lumayan keras.

Sebenarnya apa yang kau mau, Tem?

Rahangku mengeras, terdengar suara gelatuk dari gigiku.

Apa yang kau inginkan?

Aku mulai memukul kepalaku dengan keras.

Apa tem? Apa? APAAAA?!

Aku berteriak. Hanya angin sepoi-sepoi yang menjawabku. Aku menghela napas dan duduk kembali dengan lesu. Dan kembali dari awal, memegang kepala--tidak menjambaknya. Rasanya ingin menangis tapi tak ada satu pun air mata yang ingin menunjukkan giginya. Aku berdecak pelan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post