Fatimah Rasyida

Arsip Kolaborasi antara pikiran perasaan dan jari jemari Fatimah Rasyida sesuai dengan nama akun ini ps arsip diupload sesuai dengan keinginan

Selengkapnya
Navigasi Web

Pohon Natal

Kau menatap jalanan dengan harap. Seseorang dengan membawa motornya melintas.

Rasa yang tak pernah kau rasakan sebelumnya. Sebuah pencapaian. Another level unlocked dihidupmu. Mengharapkan tentangnya. Skenario yang telah kau tulis beribu-ribu episode. Berkhayal antara kau dengannya. Perasaanmu yang kemudian hari semakin menggebu. Meyuarak bagikan ombak yang menggulung.

Kau ingin merasakan hal yang sama seperti teman-temanmu.

Tapi kau tau. Kau sadar diri. Dan entah kenapa kau tidak mengakuinya. Melalui terpaan perasaan dan pikiran negatif yang ada di sekitarmu tentangnya. Berusaha menjadi dirimu yang lebih baik untuk bisa bersama. Baik untukmu, tapi tidak dengannya.

Tidak tahu apa yang ia pikirkan tentangmu. Apa yang dia katakan tentang mu dengan teman-temannya. Yang ia tahu tentangmu. Perlakuannya padamu. Kau mengetahuinya, tapi kau tidak mau mengakuinya.

Seolah semua yang ia lakukan menjadi sempurna bagimu. Kau terlena dengan sesuatu yang tidak kau tahu. Perasaan yang kau pun tidak tahu itu apa dan apa namanya. Menyelaraskan yang dilakukan dengannya.

Berusaha menahan. Menatapnya dari kejauhan. Apakah diri ini ada di dalam lamunan? Begitu yang kau pikirkan ketika menatapnya.

Mencoba mendekat. Tapi kau tidak tahu melakukannya—hal yang tak pernah kau pikirkan sebelumnya. Apa yang harus kulakukan untuk bisa bersamanya, pikirmu berkali-kali.

Ketika hal yang tak sengaja sesuai dengan apa yang kau mau, ia membalas dengan baik. Membuat hatimu berguncang dengan gempa 9 magneto berpotensi tsunami. Hal yang memicu untuk terus membuat skenario aneh di kepala.

Kau tahu perasaan itu tak bisa terus bersarang di hatimu begitu saja. Kau perlu menghilangkannya. Di saat yang sama kau memikirkan hal yang lebih diperlukan daripada perasaan abu-abu itu. Banyak hal lain yang perlu dilakukan, begitu pikirmu.

Terkadang kau kecewa. Api cemburu mulai tampak asapnya. Tapi kau tahu tentang sesuatu. Yang membuatmu terus berada di jarak tak jelas di mana. Diri ini siapa? Tak berhak diri ini untuk menghakimi bahkan menyuruhnya berhenti melakukan hal yang membuat diri ini cemburu, katamu dalam hati—bahkan sambil berteriak dalam hati. Menghakimi bahwa dirimu tak layak untuknya. Garis dan jarak abu-abu itu semakin membesar setiap kali kau memikirkannya.

Semakin banyak kata yang kau tulis tentangnya. Memandang persimpangan yang lengang. Pohon Pinus yang berjejer itu menari tak berarah, angin yang mengarahkan harus ke mana pohon Pinus menari. Lagu yang entah kenapa membuat dalam dirimu berat. Bahkan sesak. Kau meringis. Memaki dalam hati. Menyalahkan lagu yang diputar cafe itu daripada dirimu sendiri.

Pohon natal. Sesuatu yang sama diantara kalian. Entah itu yang bisa dibanggakan. Warnamu dan warnanya.

Harapan itu masih ada di dalam hatimu. Setiap kali kau melangkah. Semoga hari esok lebih baik, terjadi sesuatu yang baik antara kau dengannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post