How to Human Being?
1. Chapter 1
Melihat orang berlalu lalang di depanmu itu menyenangkan, ya. Kau bisa melihat orang-orang yang mengawali paginya untuk bekerja. Mengantarkan anak-anak mereka sekolah, entah yang diantar itu anaknya atau bukan. Orang yang terlihat sibuk berbicara dengan ponselnya. Dan orang-orang yang mengawali paginya dengan bangun telat sehingga mereka tergesa-gesa hingga menabrakmu.
Aku melihat itu semua sambil memakan roti isi ham dan coklat panas. Duduk di halte tanpa menaiki salah satu bus yang lewat. Bebarapa kali aku diusir dari halte tempat aku biasa duduk melihat semua itu karena mengganggu orang-orang yang ingin naik bus. Beberapa orang yang membawa anaknya merasa risih dan juga yang tidak peduli. Aku sudah biasa diperlakukan seperti itu dan aku tidak peduli. Aku selalu kembali meskipun aku sudah diusir. Memangnya tidak boleh melihat hal yang membuatku senang?
Ah, itu dia monyet. Seseorang yang selalu terburu-buru dimana pun dan kapanpun. Larinya sangat cepat saat mengejar bus. Aku melihatnya seperti monyet yang sedang bergelantungan di dahan pohon dengan cepat. Setiap kali aku melihatnya dia selalu memakai celana training. Mungkin pekerjaannya sebagai pelatih klub atau guru olahraga di smp daerah ini. Monyet bercelana training.
Seseorang tiba-tiba duduk tidak jauh dari tempat dudukku. Itu pasti rusa. Single mother yang selalu membawa anaknya yang masih kecil ikut ia bekerja. Terkadang saat ia sedang duduk, samar-samar aku bisa mendengar suara nafas yang seperti kelelahan. Mungkin rumahnya lumayan jauh dari halte dan harus menggendong anaknya beserta membawa tas kantornya.
Ia melirikku dan menunduk kearahku sambil tersenyum. Aku juga menunduk kepadanya. Terlihat jelas kalau dia ingin berbicara denganku.
“Sepertinya sulit ya, bekerja sambil membawa anak,” kataku, tentu saja hanya basa-basi. Rusa tersenyum dan melirik anaknya yang di gendongnya.
“Yaah, mau bagaimana lagi, tidak ada yang menjaganya kalau kutinggal di rumah,” jawabnya. Aku menggangguk-angguk kecil sambil melirik anaknya yang sedang tertidur.
“Kalau tidak salah ada daycare di dekat sini, tidak terlalu jauh dari halte,” kataku.
“Ohya? Aku tidak terlalu memperhatikannya.”
“Tempatnya tidak terlalu jauh dari super market yang ada disana, tinggal telusuri saja nanti akan kelihatan tempatnya,” kataku sambil menunjuk ke jalan yang berada di seberang halte. Dia mengangguk mengerti.
“Anu, maaf, kenapa kau sering duduk disini?” tanyanya agak takut. Aku tersenyum kecil, kau terlalu penasaran untuk rusa betina sepertimu.
“Hanya hobi saja, rasanya menyenangkan melihat semua orang bekerja dengan giat,” jawabku memasang wajah ramah. Bersamaan dengan itu bus yang ia naiki sudah ada di depan. Ia segera bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke bus. Sedikit membungkuk ke arahku.
Kalau dipikir-pikir, setiap manusia itu berbeda. Mulai dari cara jalannya, bentuk rupanya, dan juga sifatnya. Dan kadang ada beberapa sifat umum yang hampir semua manusia mempunyainya. Seperti rusa, meskipun dia hanya bertanya kenapa aku selalu duduk di halte yang sama setiap harinya untuk memuaskan rasa penasarannya. Itu membuatku kesal. Ia seperti mengobrak-abrik privasiku. Ah, benar juga. Aku juga manusia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar