1. Chapter 3

Aku menatap jam dinding. Aku harap jam itu tidak ketakutan saat kutatap. Jarum panjang menunjuk lurus tepat mengarah ke pajangan motto yang berada di atasnya. Setelah itu aku buru-buru membuka celemek dan mengambil tasku.

“Otsukare sama!” seruku ke bos. Beliau hanya menatapku yang keluar dari kedai sambil menghela napas.

Aku melirik ponsel. Kereta jadwal terakhir masih beberapa menit lagi, cukuplah untukku berjalan santai sampai disana. Sambil berjalan, aku menatap orang-orang sekitar. Terlihat beberapa orang yang pulang kerja dan masuk ke kedai di pinggir jalan. Ada yang luntang-luntung, terlihat putus asa dan mabuk. Pasti di dalam pikirannya hanya berpikir untuk bunuh diri. Manusia yang malang.

Aku sampai di depan stasiun. Aku menatap sign. Yosh, sebelum pulang aku akan membeli susu dan sandwich untuk makan malam. Entah kenapa kereta hari ini cukup ramai. Tapi untunglah aku tidak terjepit atau menjepit seseorang. Kalau tidak salah hari ini aku akan bertemu dengan monyet. Dimana ya dia?

Nah itu dia! Monyet sedang setengah tertidur sambil bergelantungan. Ah! Air liurnya mengenai Bibi disebelahnya. Bibi itu melirik Monyet dan menggeser beberapa langkah dari Monyet. Sepertinya Bibi itu menyadari Monyet. Ahaha, aku harap Bibi itu memiliki hari yang baik besok, setelah menerima sedikit air liur dari Monyet.

Aku tersenyum berseringai sambil keluar dari kereta. Tujuanku sudah sampai, hanya tinggal berjalan sedikit melewati beberapa gang perumahan untuk menuju rumahku. Tadi itu lucu sekali. Aku benar-benar berharap Bibi itu ber-shio monyet. Memiliki air liur monyet mungkin saja bisa mendapat keberuntungan.

Pft, aku benar-benar tidak tahan untuk tertawa. Dan untungnya disekitarku tidak ada siapa-siapa, jadi aku bisa tertawa sepuasku. Setelah tertawa, aku tersadar. Aku ini juga manusia.