Fatimah Rasyida

Arsip Kolaborasi antara pikiran perasaan dan jari jemari Fatimah Rasyida sesuai dengan nama akun ini ps arsip diupload sesuai dengan keinginan

Selengkapnya
Navigasi Web

Being A Human (5)

Chapter 5

Selama berada di kampus, kami jarang bertemu. Hanya saat berada di kelas yang kebetulan sama. Aku menyapanya seperti halnya teman-teman yang lain, dan Hayakawa membalasnya dengan sedikit menunduk.

Dan jika kami berpapasan di luar kelas, aku menghampirinya dan berbisik bahwa aku pulang telat karena akan makan-makan bersama teman-temanku, lalu kembali ke gerombolan teman-temanku.

“Kau mengenalnya, Hikaru?” tanya salah satu temanku. Aku mengangguk.

“Eeh, kalian terlihat akrab.”

“Yaah lumayan, aku beberapa kali meminjam bukunya, dia punya banyak buku-buku non fiksi bagus soalnya, jadi kami hanya bertukar bacaan,” jawabku.

Itu memang terjadi. Tepatnya saat aku masih pindahan, aku merapikan debu yang sampai sedikit masuk ke kabinet tv yang cukup besar itu. Tapi saat aku membuka kabinetnya, terlihat sangat bersih tanpa ada debu sama sekali, dan buku-buku yang berurutan dari serinya. Untuk rak kabinet dua bawah untuk buku non-fiksi, dan dua kabinet dua atas untuk buku novel, buku fiksi yang terbilang cukup berat untuk dibaca olehku. Makanya aku lebih menyukai membaca buku non-fiksi daripada fiksi yang membutuhkan imajinasi untuk membayangkan apa yang terjadi di dalam buku.

“Uwah! Kau punya buku-buku seperti ini? Kenapa tidak pernah bilang? Boleh aku meminjamnya? Uwah! Uwah.. uwah!”

“Tolong jangan terlalu menggunakan banyak kata seruan itu, kau terlalu lebay hanya untuk buku. Ya, boleh saja,” jawab Hayakawa menutup kupingnya.

“Ngomong-ngomong aku tidak pernah melihatnya di kampus, apa dia anak dari kampus lain?” tanya salah satu temanku.

“Siapa?”

“Itu yang tadi Hikaru samperin itu.”

“Oh, tapi kalau dilihat-lihat penampilannya dari belakang, terlihat ikemen,” kata salah satu teman perempuan ku yang menjadi incaran bagi para mahasiswa.

“Hilih, kalau ada yang cakep aja langsung gercep, dasar,” celetukku, disusul tawa teman-temannya.

“Eh, tapi beneran lho. Aku seperti pernah melihatnya entah dimana,” lanjutnya.

“Dia sering satu kelas dengan kita, masa kau tidak ingat,” kata Kawamura.

“Ohya? Satu kelas banyak orang begitu kan, mana kutahu. Ah, kalau begitu, Hikaru-kun kenalkan aku padanya saja,” kata teman perempuannya itu. Aku mengangguk ragu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus kak!

04 Jun
Balas

Thanks ~!

14 Jun



search

New Post