Being A Human (2)
Chapter 2
Terkadang aku suka memikirkan apa aku sudah baik kepada semua orang apa tidak, dan apa perlu aku harus baik kepada semua orang apa tidak. Aku tidak pernah mempunyai pengalaman seperti di-bully apa membully, yah itu karena aku selalu bermain aman. Menjadi populer dengan caraku sendiri, dan ternyata itu membuat orang menyukaiku. Aku cukup senang dengan itu, tapi terkadang juga agak menyebalkan saat melihat orang yang sok akrab. Tapi- tapi mulu sih tapi yasudahlah, aku suka berteman dengan banyak orang! Yah, meskipun aku tahu, aku terlau naïf.
Semenjak itu aku tidak pernah lagi melihat Hayakawa di kampus, apa aku karena aku tidak hanya melihatnya saja ya? Aku benar-benar tidak bisa melihat keberadaannya, menanyakan ke teman-temanku yang lain menjadi hal yang tidak berguna. Sama sekali tidak ada yang mengenalinya.
“Hayakawa Kenji? Aku seperti pernah melihat namanya entah dimana... kenapa kau tidak tanyakan saja di bagian informasi?”
Benar juga! Kenapa aku tidak memikirkannya. Tapi bukannya hanya nama saja bisa dicari? Apa akan jadi makin repot saat mencarinya? Nama saja tidak cukup bukan? Aduh bagaimana ini! Aku tidak tahu dia ada di jurusan yang mana. Tunggu, bukannya saat di aula dia duduk di sebelahku? Itu berarti kan- dia satu jurusan denganku?!
Setelah menyadarinya, aku langsung berlari ke department kampus dan mencari namanya di layar computer. “Hayakawa Kenji, jurusan Bisnis dan Teknologi… Ah! Ada! Kelasku dan kelasnya hampir semuanya sama, tapi kenapa aku tidak melihatnya?” tanyaku.
Keesokan harinya, aku datang pagi-pagi dan duduk di dekat pintu masuk, melihat satu persatu orang yang datang. Dan akhirnya dia datang, Hayakawa masuk melalui pintu samping dan duduk di dekatnya. Aku berlari kearahnya.
“Yo! Aku sudah mencarimu kemana-mana, kau sekelas denganku ternyata,” sapaku.
“Ya, aku tahu, kau selalu menjadi yang paling berisik saat selesai kelas,” jawabnya. Kawamura menatap Hayakawa hingga membuatnya risih.
“Kalau kau melihatku kenapa tidak menyapa?”
Hayakawa menyerngit tidak jelas, entah apa yang dia pikirkan tentangku saat itu. “Memannya aku ini siapa?”
“Kau? Tentu saja temanku, karena kita sudah berkenalan waktu itu,” jawabku.
“Apa hanya dengan berkenalan saja itu kau menganggapku sebagai teman?” tanya Hayakawa, aku mengangguk dengan senyumku yang mempesona.
“Aih, pikirannya dangkal sekali, entah apa yang harus kulakukan kalau aku jadi dia,” ucap Hayakawa pelan.
“Heh! Enak saja menganggapku berpikiran dangkal, gini-gini aku juga pintar tauk! Kalau begitu coba saja jadi diriku yang ceria ini,” kataku.
“Tidak-tidak, itu tidak mungkin, memikirkannya saja sudah membuatku lelah,” kata Hayakawa. Aku tertawa kecil.
“Hayakawa, kau ini menarik ya! Bagaimana kalau kau jadi house-mate denganku?” ajakku langsung, disusul dengan teman-temanku yang lain memanggil.
“Eh, hah? Hah?! Yang benar saja!”
“Jyaa, kalau begitu kutunggu jawabanmu nanti ya! Jyaa na!”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjuttttt!
Lanjut kak! Follback kalo bisa ya kak! Ana dah follow