Fatimah Aida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berkelana di Masa Lalu  (Bab1 Berkunjung ke Rumah Nenek)

Berkelana di Masa Lalu (Bab1 Berkunjung ke Rumah Nenek)

Bab 1 ( Berkunjung Ke Rumah Nenek)

Malam itu bintang bintang tidak terliahat karena tertutup awan mendung. aku dan keluargaku sedang memasukkan koper koper ke dalam mobil “Eh, bukannya tadi aku sudah masukkan koper putih?” kataku sambil celingukan mencari koper putih polos itu “ haduh... kalau hilang bisa gawat! Itukan isinya baju” akupun mondar mandir mencari koper itu “ Kak Anna cari apasih?” tanya adikku yang dari tadi melihatku mondar mandir mencari koper “ koper putih polos, kamu lihat?” tanyaku dengan nada suara cemas “ Oo, tadi aku ambil, lupa masukin sweeter,” jawab Alia adikku santai. “ Apa?! Lupa?! Kenapa tidak di masukkan kemobil lagi?” kataku sebal, yang dimarahi hanya nyengir sambil berkata “maaf,” aku mendengus sebal dan kembali memasukkan koper ke dalam mobil.

Besok kami akan berkunjung ke rumah Nenek. Aku senang sekali, karena sedang liburan sekolah aku bisa berkumpul dengan kerabat kerabat lainnya. Liburan semesteran tahun ini lumayan panjang, dari pada hanya bengong di rumah Ayah mengajak kami berlibur ke rumah Nenek. Saudara saudara yang lain juga sudah sepakat akan berkumpul dirumah Nenek ketika liburan semesteran.

Pagi tiba... masih pukul setengah empat, Ayam Jago belum berkokok membangunkan orang orang untuk melaksanakan sholat subuh. Kriiiiinggg.... kriiiiinggg “ hoahmm... jam berapa sih?” kataku yang masih mengantuk seraya mematikan jam beker yang sedari tadi berdering. Aku duduk sebentar lalu segera berjalan menuju kamar mandi yang berada didalam kamar, akupun mencuci muka agar tidak mengantuk lagi dan mengambil wudhu. Suasana kompleks tempat tinggalku masih gelap, hanya satu dua lampu terlihat dari dalam rumah tetangga, sepertinya mereka sedang melaksanakan sholat tahajud.

Akupun segera keluar kamar dan turun ke ruang makan “eh, Bunda ngapain?” tanyaku yang baru tiba di ruang makan “ Anna sudah bangun? Anna mandi sekarang ya, kita berangkat pagi kerumah Nenek hari ini” kata Bunda yang sedang memasak sesuatu, akupun tidak tau Bunda memasak apa. Akupun berjalan menuju kamar untuk mengambil baju “Aku pake baju apa ya? Em... kan dirumah Nenek siang panas, pake baju ini ajalah” kataku sembari mengambil baju berwarna putih dan kulot berbahan jins. Ya, warna putih adalah warna kesukaanku. Akupun turun keruang keluarga hendak melahap camilan. “Anna sudah bangun?” Tanya Ayah. “Sudah yah” jawabku singkat “ kalau begitu tolong bangunkan adikmu” perintah Ayah. Akupun segera menuju kamarku, lalu membangunkan adikku “Alia, cepat bangun,” kataku sembari mengusap kepalanya. Tapi dia tetap tidak bangun “Alia bangun!!” kataku, aku menggoyang goyangkan tubuhnya. “Iya kak ini bangun,” kata adikku. Tapi... apa yang terjadi? Dia hanya merubah posisi tidurnya! Aku menatapnya sebal, akhirnya aku mengeluarkan jurus andalanku “ eh, eh, ini bangun kak ini bangun” dia pun akhirnya bangun karena cubitanku “ Kak Anna! Sakit tau, kan bisa dibangunkan baik baik” keluh Alia “ tadi sudah dibangunkan baik baik kamu ngga bangun, ya terpaksa,” jawabku santai. Alia segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk mandi. Setelah itu kamipun menuju keruang makan untuk sarapan bersama. Setelah semua siap kamipun segera berangkat menuju rumah Nenek.

Kami sudah diperjalanan menuju rumah Nenek. karena kami melaju di jalan tol, maka kami tidak bisa berhenti sembarangan untuk sholat subuh ataupun buang hajat, karena tidak ada mushola dipinggir jalan tol itu berbahaya “ An... Anna... bangun kita sholat subuh dulu” Ayah membangunkanku seraya mengusap kepalaku dengan lembut “ eh, kita dimana?” tanyaku yang baru bangun “di rest area,” jawab Ayah singkat. Akupun segera bangun dan menggunakan hijabku. Kami semuapun sholat di sebuah mushola yang ada didalam rest area.

Kamipun melanjutkan perjalan. Sejak tadi kami sudah keluar jalan tol. Ayah sengaja mengajak kami melewati jalan di pinggir hutan, udaranya segar, bagi kami yang tinggal di kota kami harus membayar mahal hanya untuk menghirup udara segar “ Kak Annaa!! Lihat ada monyet liar!!” adikku berseru seru senang! kami sedang melewati hutan hutan liar yang belum tercemar. Di hutan itu suara burung bercicit selalu terdengar bahkan masih ada harimau liarnya! Dua tahun silam saat kami berkunjung kerumah Nenek kami juga melewati hutan ini, karena udaranya segar kamipun membuka jendela mobil, tiba tiba seekor harimau muncul dari semak semak. Saat itu kami masih kecil, aku masih kelas 2, bisa dibilang cukup kecil untuk melihat hal selangka itu. Ayah malah terlihat senang ketika melihat harimau itu, katanya itu berarti hutan ini masih terjaga. Kalian pasti bertanya tanya “ bukankah hewan hewan di hutan takut dengan manusia?” memang benar, tetapi jalan dipinggir hutan selalu sepi jadi hewan hewan itu menganggap jalanan adalah bagian dari hutan itu, kata Ayah tetapi aku tidak tahu itu benar atau tidak, tapi sepertinya benar.

Sudah pukul lima sore hari ketika kami sampai di kampung Nenek. Tetangga Nenekku menyapa Ayahku. Aku senang melihat aura kekeluargaan yang begitu terasa di desa Nenekku “ Nenek pasti sudah menyiapkan kisah pengantar tidur yang seru untuk kami,” gumamku pelan. Memang rutinitas malamku dan sepupu sepupuku adalah mendengarkan kisah pengantar tidur Nenek yang tidak ada habisnya. Cerita Nenek selalu seru dan menarik! Jadilah setiap kami berkunjung kerumah Nenek selalu tebak tebakan tentang kisah yang di ceritakan Nenek sampai sampai biasanya kami bertengkar.

Tepat pukul setengah enam sore, kami tiba di rumah Nenek. Aku langsung berlari masuk seraya mengucap salam, dan langsung memeluk Nenek yang baru saja keluar dari dapur. Nenek balas memelukku “Setiap kamu masuk rumah Nenek, pasti kamu membuat Nenek terkejut,” kata Nenek .

“ heii yang baru datang..” sapa sepupuku yang sudah datang sejak siang tadi .

“huh! Kamu bikin orang kaget saja!” kata sepupuku sambil marah marah, aku hanya nyengir lebar. Akupun langsung ganti bersalaman dengan sepupu sepupuku dan kerabat krabat lainnya. Setelah saling bersalaman Ayah memasuki rumah Nenekku “ Anna... Kenapa kopernya ditinggal di mobil?” Tanya Ayah dengan lembut, “ oke Yah” jawabku singkat.

Akupun mengambil koper dan menariknya kekamarku. Memang di rumah Nenekku ada banyak kamar untuk para tamu menginap atau kalau kami datang, jadi kami tidak perlu bingung akan tidur dimana. Setelah memasukkan koper kekamarku aku segera menuju ruang keluarga untuk bersantai sambil bercengkrama bersama keluarga “Anna sudah mandi belum?” Tanya Kak Zara yang sepertinya baru selesai mandi “eh, belum kak” jawabku santai “Anna cepat mandi!” teriak Nenek dari dapur. Aku berjalan gontai menuju kamar mandi. rasanya malas sekali untuk mandi, tapi kalau tidakmandi aku tidak bias tidur, badanku terasa gatal sekali.

Setelah mandi adzan maghrib sudah berkumandang “ sudah adzan maghrib? Cepat sekali” gumamku pelan, akupun kembali masuk kekamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera sholat maghrib. Setelah sholat maghrib kami makan malam di ruang keluarga, kami memang jarang makan diruang makan.

“Nanti Nenek cerita apa ya?” ujar Fino “paling juga tentang masa lalu Nenek” jawab Nasya, sepertinya dia tidak terlalu mengharap “ pasti cerita saat Indonesia dijajah belanda” kataku penuh semangat “tapi aku sudah bosan” kata Kaila “lagipula cerita saat Indonesia dijajahkan cerita anak laki laki” lanjutnya, Kaila memang sangat feminin, barang barangnya semua berwarna pink, kalau menonton tv harus kartun yang bercerita tentang princess, mainnya harus masak masakan atau mainan perempuan lain, tidak mau main lari larian, dan lain sebagainya “heh, kamu terlalu perempuan ngga usah dengerin cerita Nenek saja” ujar Rio sebal. Rutinitas bertengkar karena cerita Nenekpun sudah mulai, Kakek dari tadi hanya menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah kami, kerabat yang lain malah menertawakan kami, Alia lebih fokus menatap layar tv. Makin lama pertengkaran kami makin memanas, Fino dan Rio marah marah mereka bilang cerita tentang pertempuran antara Indonesia Dan Belanda lebih seru, Kaila bersikeras bilang cerita Nenek ketika masih kecil bermain masak masakan menggunakan daun dan batu lebih seru, aku berpihak ke Fino dan Rio, Nasya dan Kak Zara memilih menjauhi masalah “hush” kata seseorang “kalian itu berisiiik sekali! Kakak mau makan saja tidak tenang, memang kalian tidak ada kerjaan lain hah?” Kak Nayla sudah seperti Nenek saja kalau marah marah. Akhirnya kami berhenti bertengkar karena takut di marahi oleh Kak Nayla, kerabat lain malah menertawakan kami katanya “ rasakan!”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post