FENOMENA TAWURAN DI KALANGAN REMAJA
Oleh : Fathimah Al Zahra
XI G1
Tawuran di kalangan remaja merupakan salah satu masalah sosial yang sampai sekarang masih sering terjadi. Biasanya tawuran muncul antara kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda, atau antar geng remaja di suatu daerah. Hal yang memicu tawuran seringkali sepele, misalnya saling mengejek, merasa gengsi, atau adanya masalah pribadi yang akhirnya melebar menjadi konflik kelompok.
Fenomena ini sangat merugikan. Tawuran tidak hanya membuat para remaja terluka secara fisik, tetapi juga mengganggu ketertiban umum dan menimbulkan rasa takut di masyarakat. Bahkan, dalam beberapa kasus, tawuran sampai merenggut nyawa. Dari sisi sosiologi, tawuran bisa dipandang sebagai bentuk kegagalan lingkungan sosial dalam menanamkan nilai dan norma yang baik pada remaja.
Kasus tawuran meningkat setelah pembelajaran tatap muka dimulai pada 2022. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa tawuran marak terjadi di berbagai daerah, seperti Jakarta Timur, Bogor, Sukabumi, Tangerang, Pati, hingga Sumbawa.
Di Jakarta Pusat pada Juli 2023, angka tawuran dilaporkan meningkat signifikan dibanding bulan sebelumnya, dengan 90% pelaku merupakan remaja baik pelajar maupun yang sudah putus sekolah. Sementara itu, pada periode Januari hingga Februari 2025, data dari Polri menunjukkan adanya 6.442 perkara penganiayaan dan pengeroyokan yang melibatkan anak-anak sebagai pelaku.
Jika ditelusuri lebih jauh, tawuran memiliki banyak faktor penyebab. Pertama, faktor keluarga. Remaja yang kurang mendapatkan perhatian, bimbingan, dan kasih sayang dari orang tua sering mencari pelampiasan di luar rumah. Kedua, faktor lingkungan sekolah. Tidak jarang sekolah gagal membangun suasana yang kondusif, sehingga solidaritas kelompok di kalangan pelajar berubah arah menjadi negatif.
Selain itu, faktor pergaulan juga berpengaruh besar. Remaja yang salah memilih teman cenderung ikut-ikutan dalam tindakan menyimpang, termasuk tawuran. Faktor media sosial juga tidak bisa diabaikan, karena seringkali remaja saling menantang lewat postingan atau komentar, yang akhirnya memicu perkelahian. Akibat dari semua itu, dampak tawuran sangat luas, mulai dari luka fisik, rusaknya masa depan pendidikan, hingga menciptakan citra buruk bagi sekolah maupun lingkungan tempat mereka tinggal.
Untuk mengatasi tawuran remaja, perlu ada kerja sama dari berbagai pihak. Dari sisi keluarga, orang tua harus lebih dekat dengan anak-anaknya, memberikan perhatian dan pengawasan yang cukup, serta membangun komunikasi yang terbuka. Dari sisi sekolah, guru dan pihak sekolah perlu memberikan pembinaan yang tegas sekaligus menyediakan kegiatan positif seperti ekstrakurikuler, olahraga, atau kegiatan sosial untuk menyalurkan energi remaja ke arah yang lebih baik.
Selain itu, masyarakat juga perlu ikut berperan. Lingkungan yang sehat dan aman akan membantu remaja tumbuh tanpa harus mencari identitas diri melalui kekerasan. Pemerintah dapat mendukung dengan program pembinaan remaja serta memberikan sanksi yang mendidik bagi pelaku tawuran agar menimbulkan efek jera. Media sosial juga sebaiknya digunakan sebagai sarana kampanye anti-tawuran agar remaja lebih tergerak untuk menghindari kekerasan.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan tawuran remaja bisa dihilangkan sehingga tercipta lingkungan yang lebih aman, damai, dan kondusif bagi generasi muda
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar