keluargaku memiliki ruang hangat di dalam nya, namun ada rasa sakit nya juga. aku kaget, detak jantung ku berdegup kencang. aku mendengar kabar, bahwa ayah ku memiliki teman sepasang hidup baru nya. aku ingin nangis dan marah tetapi apa guna nya ? aku hanya anak kecil yang tidak tahu apa apa masalah rumah tangga. Dikamar, aku hanya merenungi nasib ku kedepan nya "bagaimana aku kedepan nya ya allah, apakah aku masih sanggup bertahan untuk hidup? hanya karena aku di tinggalkan oleh peran penting untuk hidup ku" ucap ku yang sedang emosional.

Aku sudah dari kecil di tinggal ayahku, jadi aku bingung. Ingin menangis atau tidak, kalau aku ingin menangis, apa yang ingin aku tangiskan? hati ku, raga ku, jiwa ku, rasanya hancur ketika di tinggal ayah ku, ntah karena apa tapi semua jiwa ku di ambil oleh nya. rasanya lemas, tidak bisa bangun lagi, aku hanya bisa diam. padahal hari esok adalah hari spesial ku, hari mpls. Yang seharusnya aku senang akan hadir nya hari mpls, ternyata aku banyak diam, tidak mau membuka mulut.

Dulu peran nya memang masih ada untuk raga ku tetapi perasaan dan kasih sayang mu tidak ada untuk fisik dan raga ku. Tidak seharusnya aku menangis berlarut-larut kan? Masalah ini berjalan selama dua tahun. Saya memberanikan diri untuk berbicara kepada walas saya kala itu, bu irawati. Bu Ira lah yang menemani ku saat aku rapuh.