NEGERI 5 MENARA
Pada hari Selasa, tanggal 21 Oktober, suasana kelas 9A terasa sangat berbeda. Tidak ada buku yang tergeletak diatas meja, tetapi hari itu kami semua tampak gembira karena akan menonton film bersama, yaitu film Negeri Lima Menara. Ibu Siti Aisyah yaitu guru Bahasa Indonesia kami berkata bahwa film ini penuh pesan moral dan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para siswa.
Lampu kelas dimatikan, proyektor dinyalakan, dan suasana pun menjadi tenang. Semua mata tertuju pada layar di depan kelas. Film pun dimulai, dan kami seolah-olah diajak masuk ke dunia yang baru yaitu dunia penuh semangat, perjuangan, dan mimpi.
Film Negeri Lima Menara bercerita tentang seorang remaja bernama Alif Fikri yang berasal dari Sumatera Barat. Ia sebenarnya bercita-cita ingin bersekolah di Bandung agar bisa menjadi seperti B.J. Habibie, idolanya. Namun, ibunya justru menginginkan Alif untuk melanjutkan pendidikan di pesantren Pondok Madani (PM) di Jawa Timur.
Awalnya, Alif kecewa dan merasa tidak semangat belajar di sana. Tapi setelah beberapa waktu, ia mulai mengenal kehidupan pesantren yang penuh disiplin dan nilai-nilai keagamaan. Di pondok itu, Alif bertemu dengan lima teman baru dari berbagai daerah di Indonesia: Raja (Medan), Said (Surabaya), Atang (Bandung), Dulmajid (Sampang), dan Baso (Gowa). Mereka berenam membentuk kelompok sahabat yang disebut “Sahibul manara”.
Setiap sore, mereka sering berkumpul di bawah menara masjid sambil menatap langit dan mengucapkan kalimat motivasi yang diajarkan oleh guru mereka: “Man jadda wajada” — artinya “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.” Dari situlah semangat mereka tumbuh. Mereka berjanji suatu hari nanti akan meraih cita-cita besar dan melihat dunia dari menara impian mereka masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, berbagai ujian datang silih berganti. Ada rasa rindu kepada keluarga, kesulitan belajar, hingga perjuangan menjaga semangat di tengah keterbatasan. Namun, mereka tetap kuat dan saling mendukung. Setelah bertahun-tahun, janji mereka terwujud. Keenam sahabat itu akhirnya berhasil mencapai mimpi masing-masing di berbagai penjuru dunia, membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Selama menonton film itu, saya merasa terharu dan bangga. Ceritanya bukan hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran hidup tentang arti perjuangan, persahabatan, dan keyakinan. Saya belajar bahwa tidak semua keinginan kita akan berjalan sesuai rencana, tetapi setiap perjalanan selalu memiliki makna jika dijalani dengan ikhlas dan semangat.
Tema film ini adalah perjuangan dalam meraih cita-cita melalui semangat dan kerja keras. Tokoh utamanya adalah Alif, seorang remaja pantang menyerah, sedangkan tokoh pendukungnya adalah kelima sahabatnya yang setia dan penuh semangat. Latar tempatnya berada di Pondok Madani dan suasana yang hangat serta inspiratif. Alur cerita bergerak maju, dimulai dari kegiatan menonton film hingga munculnya refleksi setelah menonton. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu dari tokoh “aku” sebagai siswa yang menyaksikan film. Amanat yang dapat diambil adalah bahwa siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, jangan takut bermimpi besar, dan teruslah berusaha untuk mencapai cita-cita.
TULISAN KE 10
SELASA 11 NOVEMBER 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan

Komentar