Kenangan yang Tak Pernah Purnah
Tidak mudah untuk terbiasa lepas dari organisasi. Hari ini adalah hari Sertijabku, hari di mana langkahku seolah berhenti di ambang pintu masa lalu. Kenangan yang indah dalam organisasi kini terbungkus rapi di sudut hatiku seperti surat lama yang tak pernah sanggup kubuka kembali.
Pagi itu, mentari bersinar dengan gagah, sinarnya menembus kaca jendela dan menyilaukan mataku. Terik itu bagaikan bara semangat mereka yang akan meneruskan tongkat estafet perjuangan. Setiap pancaran cahayanya seolah berbisik, “Kini giliran mereka.” Mungkin ini pertanda bahwa aku harus kembali fokus pada pembelajaran, pada dunia lain yang menantiku di luar ruang OSIS.
Namun, melepaskan semua itu tak semudah membalik halaman buku. Rasanya seperti melepaskan sebagian dari diriku sendiri, separuh jiwa yang selama ini hidup di antara rapat, program kerja, dan tawa teman-teman seperjuangan. Kini semua itu perlahan memudar, tergantikan oleh wajah-wajah baru yang penuh semangat dan mimpi. Saat kulihat mereka memasuki Ruang OSIS, hatiku bergetar seperti cermin masa lalu yang menampilkan sosokku pertama kali melangkah ke sana dengan rasa gugup yang bercampur antusiasme.
Upacara Sertijab menjadi batas antara masa lalu dan masa depan. Dentingan mikrofon yang menggema terdengar seperti detak waktu yang menandai peralihan. Mereka mengucap janji dengan lantang, suara mereka menggema seperti gema masa laluku sendiri. Saat itu aku sadar, roda organisasi terus berputar, dan setiap generasi memiliki waktunya masing-masing untuk bersinar.
Bagiku, organisasi ini bukan sekadar tempat untuk bekerja atau berperan. Ia adalah rumah kedua, guru tanpa wajah yang mengajarkan arti tanggung jawab, kerja sama, dan ketulusan. Di sanalah aku belajar berbicara di hadapan banyak orang, belajar menahan ego, dan belajar bahwa pemimpin sejati bukan yang berdiri paling depan, tetapi yang mampu membuat orang lain melangkah bersama.
Kini aku menyadari bahwa perpisahan bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan. Setiap langkah menjauh dari organisasi ini adalah langkah menuju babak baru kehidupan. Kenangan di dalamnya akan tetap menjadi cahaya kecil yang menuntunku saat gelap, pengingat bahwa aku pernah berjuang, belajar, dan tumbuh di sana. Mungkin aku tak lagi mengenakan seragam OSIS, tetapi semangatnya akan selalu hidup dalam diriku, menjadi bagian dari jati diri yang tak akan pernah hilang.
Tulisan Ke-8 ku
Jakarta, 23 Oktober 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan

Komentar