Bertahan Karena Mereka Selalu Ada
Badanku terasa sakit, seperti mati rasa. Suara orang tuaku yang terus memanggilku tak bisa kudengar, seolah-olah ada sesuatu yang menutup telingaku erat-erat. Dunia terasa semu, seperti aku tenggelam dalam ruang kosong tanpa cahaya. Aku tak tahu hari apa saat itu. Yang kuingat hanyalah bahwa aku masih duduk di bangku kelas 4 SD, dan semua itu terjadi pada malam hari yang kelam.
Awalnya, aku mengira terkena virus Covid-19. Waktu itu, virus itu menyebar begitu cepat dan menakutkan kami sekeluarga pun memilih untuk mengisolasi diri di rumah. Kami tidak perlu ke rumah sakit, rasa sakit mulai reda, dan keluargaku juga tampak mulai sembuh. Saat itulah merasa cukup bahagia. Aku menikmati waktu ini dan menghabiskan waktu bersama papa dan mama, seperti sebuah lingkaran cinta yang saling menguatkan.
Namun, ketika papaku kembali bekerja, tubuhku melemah lagi. Badanku panas tinggi. Obat-obatan di rumah hampir habis. Papa dan mama segera membawaku ke klinik. Dokter mendiagnosis aku mengalami gangguan pencernaan. Aku pun menerima resep obat dan perlahan mulai pulih kembali.
Tapi tak lama kemudian di suatu malam, tubuhku berkeringat dingin. Aku muntah-muntah dan kepalaku sangat pusing. Rasanya seperti ada palu besar yang menghantam kepalaku terus menerus. Padahal aku sudah meminum obat dari dokter. Aku semakin lemas, bahkan untuk sekadar berkata, “Aku tidak apa-apa,” pun aku tak mampu. Aku terus muntah selama satu jam. Rasanya cairan dalam tubuhku menguap habis, seperti bunga layu kehilangan airnya.
Papa dan mamaku yang sejak awal selalu merawatku dengan penuh sakit pun mulai kebingungan. Dalam kepanikan, mereka segera membawaku ke rumah sakit. Namun, rumah sakit pertama tidak dapat menerimaku. Kata petugas, obat-obatan mereka tidak cukup lengkap, dan kondisiku juga cukup parah. Aku pun langsung dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, yaitu Rumah Sakit Pasar Rebo.
Aku ditemani papa dan mamaku menunggu ruang IGD. Para tenaga medis segera bekerja. Semua terlihat sigap. Sementara itu, papa dan mama tak pernah lepas dari sisiku. Mereka seperti matahari dan bulan yang bergantian menerangi malam gelapku.
Keesokan harinya, aku dipindahkan ke ruang ICU. Tromobositku sangat rendah. Tubuhku dingin, denyut nadiku bergerak. Aku harus menjalani transfusi darah sebanyak sembilan kantong. Mencari darah sebanyak itu bukan hal mudah. Papa berjuang keras, berkeliling ke sana kemari, meminta bantuan dari orang-orang, bahkan harus menunggu keluaran pendonor. Sementara itu, mamaku menunggu di depan ruang ICU, tak memejamkan mata sedikit pun. Ia berdoa, menangis dalam diam, dan sesekali mengintip ke balik kaca ICU untuk memastikan aku baik-baik saja. Semua itu ia lakukan dengan penuh cinta, tanpa lelah, tanpa keluhan.
Sedangkan aku di dalam ICU, berjuang. Bertarung melawan rasa sakit yang terus menghimpit. Tapi aku tahu aku tidak sendiri. Aku tahu, di balik pintu itu, ada cinta yang tak pernah padam.
Akhirnya, dengan setiap tetes perjuangan yang tumpah dari papa dan mama, aku berhasil sembuh. Perlahan, aku bisa kembali menjalani aktivitas seperti biasa, meski tubuh ini masih perlu waktu untuk menyesuaikan diri kembali setelah badai besar itu berlalu.
Kini aku tahu, keluarga bukan hanya tempat tinggal. Keluarga bukan hanya tempat tinggal. Keluarga adalah tempat di mana cinta tumbuh dalam diam, dikorbankan tanpa pamrih, dan selalu ada dalam setiap detik kesulitan.
Bersama mereka, semua terasa lebih ringan. Karena walau cobaan seberat gunung, jika dilalui bersama keluarga, hati akan tetap kuat.
Tulisan Keduaku
Jakarta, 30 Juli 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar