Kondisi anak-anak yang tinggal di daerah pedalaman sangat tertinggal dalam akses ke pendidikan yang layak. Sebuah artikel menyebutkan bahwa mereka kesulitan memperoleh fasilitas seperti air bersih, akses ke sekolah yang jauh, serta alat komunikasi, hal yang di kota mungkin dianggap lumrah.

Lokasi geografis yang sulit menjadi penghalang utama; anak-anak harus menempuh jarak jauh, sering kali berjalan kaki puluhan kilometer atau menyeberangi sungai hanya untuk mencapai sekolah. Kualitas proses belajar-mengajar di sekolah pedalaman juga menjadi persoalan; artikel menyebutkan bahwa proses pembelajaran cenderung tidak mefokuskan pada partisipasi aktif siswa, lalu kelas belum optimal, fasilitas belajar kurang memadai.

Dari berbagai tulisan ditemukan hubungan langsung antara pendidikan dan kualitas hidup anak pedalaman :

• Tanpa pendidikan yang layak, keterampilan, pengetahuan, dan potensi anak sulit berkembang. Sebagai contoh, mereka tidak mengenal alat komunikasi modern atau teknologi informasi, sehingga tertinggal dalam perkembangan zaman.

• Pendidikan yang tertunda membuat peluang anak-anak untuk keluar dari siklus kemiskinan menjadi terbatas. Salah satu artikel menyebutkan bahwa di daerah pedalaman tanpa akses pendidikan yang memadai, anak-anak terperangkap dalam siklus kesenjangan dan ketertinggalan yang sulit diatasi.

• Data teknis menunjukkan bahwa wilayah seperti Papua, anak-anak pedalaman belum menyentuh pendidikan tinggi secara memadai; tingkat partisipasi pendidikan hanya sekitar 11%.