KAITAN ILMU FILSAFAT DENGAN ISLAM
Ilmu filsafat merupakan mata kuliah yang diajarkan di beberapa jurusan di universitas. Saya memang belum pernah belajar tentang filsafat, karena saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, tetapi saya tahu tentang filsafat dari beberapa buku yang saya baca, youtube, televisi atau ketika googling di internet. Jadi sedikit banyak saya sudah sering mendengar kata filsafat tapi belum pernah secara langsung terjun mendalami ilmu tersebut. Anggapan saya filsafat identik dengan ilmu yang mengajarkan kita tentang sesuatu bahkan terhadap suatu objek atau kejadian yang bisa dikatakan sepele. Saya sering bingung dan butuh proses untuk mencerna tentang filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata yang kemudian dikaitkan dengan berpikir manusia secara kritis. Artinya, dengan mengandalkan logika, manusia harus mampu menggali lebih dalam suatu kejadian yang terjadi di dunia ini.
Filsafat menurut saya adalah ilmu yang mampu menguras pikiran karena dalam mata kuliah filsafat, mahasiswa dituntut untuk berpikir secara kritis dalam menanggapi semua kejadian di dunia. Selain itu, mengaitkan filsafat dengan agama atau spiritual yang terkadang membuat semakin membingungkan dan sulit diterima, karena jawaban dari peristiwa tidak dapat dijelaskan dengan logika manusia. Namun saya tertarik dengan materi tentang hubungan antara filsafat dan agama, karena menurut saya tujuan dari kita berfilsafat adalah untuk menemukan kebenaran suatu kejadian dan agama sendiri khususnya agama Islam dengan banyak kejadian-kejadian di luar akal dan logika manusia, sehingga menuntut kita untuk berpikir tentang kebenaran kejadian tersebut dan akhirnya banyak juga yang mengingkari beberapa kejadian akibat tidak sesuai dengan logika pikiran.
Seperti peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, beliau melakukan perjalanan dari Mekkah ke Madinah kemudian naik ke langit sampai ke Sidratul Muntaha hanya dalam satu malam. Pikiran kita yang awalnya sudah yakin bahwa Nabi Muhammad SAW memang bisa melakukan perjalanan tersebut, tiba-tiba dalam ilmu filsafat membahas masalah terebut melalui konsep kebenaran yang akhirnya membuat kita mengekstrak kebenarannya. Selain itu, peristiwa tersebut dapat dikatakan benar karena setiap orang yang beragama Islam dan meyakininya dalam hati.
Dari peristiwa tersebut dapat saya simpulkan bahwa kebenaran ada batasnya, yaitu apabila ada peristiwa yang tidak dapat diterima oleh akal pikiran dan tidak dapat dibuktikan, maka kebenaran tersebut hanya dari Allah SWT. Dalam hal ini filsafat menurut manusia bahwa secara logika perjalanan tersebut tidak mungkin dilakukan secara fisik atau berbadan material. Perjalanan tersebut saja membutuhkan waktu berminggu-minggu, apalagi sampai naik ke langit, dari peristiwa tersebut banyak orang yang mengingkari terutama orang kafir dan yang lain berpikir bahwa cerita tersebut adalah mimpi belaka, karena logika manusia tidak masuk akal. Tetapi, menurut saya akal dan logika manusia itu sangat terbatas sekali untuk mencernanya. Kejadian baik, kejadian alam, maupun untuk melogikakan suatu kejadian dalam agama, karena akal manusia cenderung mudah mempengaruhi hawa nafsunya sendiri. Sehingga kebenaran yang dia akui adalah yang paling benar dengan sendirinya dan lupa bahwa filsafat kebenarannya bersifat spekulatif (berdasar nalar dan logika) keduanya bersifat nisbi, sedangkan agama kebenarannya bersifat mutlak, artinya apa yang difirmankan Allah SWT pasti benar dan ada, terlepas dari logika dan akal manusia dalam menanggapinya karena menurut saya sebagai umat Islam, iman lebih didahulukan daripada pembuktian ilmiah melalui apapun. Seperti kisah Isra’ Miraj tadi merupakan pertentangan logika manusia dan kuasa Allah SWT. Perbedaan mendasar antara filsafat dan agama terletak pada nilai kebenarannya akibat dari perbedaan sumber pemikiran masalah.
Di satu sisi, filsafat memiliki nilai kebenaran yang relatif dan spekulatif karena bersumber dari sesuatu yang relatif pula, yaitu logika manusia. Sedangkan di sisi lain, nilai kebenaran agama menjadi mutlak dan mutlak serta abadi karena bersumber dari sesuatu yang mutlak dan abadi pula, yaitu Allah SWT. Dalam usaha memperoleh kebenaran pengetahuan, maka filsafat sebenarnya bisa menjadi alat yang baik untuk menjelaskan dan memperkokoh kedudukan agama, sedangkan agama dapat menjadi sumber inspirasi bagi lahirnya pemikiran filosofis yang kuat dan benar. Tidak sedikit pemikiran filosofis ternyata bermuara kepada keimanan akan adanya Allah SWT atau beriman kepada kejadian yang awalnya tak masuk akal. Sebuah ciri dasar agama sebagai sistem kepercayaan kepada Allah, sehingga tidak sedikit pula para filosofi yang semakin kuat keimanannya justru setelah mereka melakukan pemikiran filosofis yang mendalam dan radikal di dunia yang mereka geluti.
Sekian dari saya, mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengucapan, bahasa atau salah dalam penulisan kata dalam tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semangat untuk terus berkarya!!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar