ARUNI Falakha trimum

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku dulu dan sekarang

Aku dulu dan sekarang

Pada pembelajaran bahasa Indonesia saya menuliskan cerita aku dulu dan sekarang:

✨ Senyum yang Hilang ✨

Dulu, aku adalah anak yang selalu tersenyum. Kata orang-orang, wajahku tampak ceria dan menenangkan. Di sekolah, di rumah, bahkan saat aku sendirian, aku selalu tersenyum. Entah mengapa, tersenyum seolah menjadi caraku membuat semuanya terasa ringan. Banyak yang bilang aku “si mood booster” di kelas, karena aku mampu membuat orang lain ikut tersenyum meski keadaan mereka sedang tidak cerah.

Senyum itu juga yang paling I suka; ayah. Setiap kali aku tersenyum, ayah selalu menatapku penuh kasih, dan berkata, “Lihat, anak ayah manis banget senyumnya.” Dunia jadi adem kalau kami senyum-senyum bareng. Sosok yang selalu menyambutku adalah tempat pulang terbaik. Seseorang yang selalu membuatku merasa paling hangat, candaan ringan, lucu, dan nasihat bijak yang penuh makna. Bagiku kehidupan bersama ayah, meski yang kita hadapi tak selalu lembut halusnya, bersamanya aku merasa cukup.

Tapi semuanya berubah ketika aku memasuki usia remaja dan ayah pergi selamanya. Hari itu masih jelas dalam ingatanku. Matahari sore menyinari jalanan saat aku pulang sekolah setelah ekskul. Aku menyalami setiap sore itu, seperti biasa, dengan penuh rindu. Tapi begitu membuka pintu, aku merasa ada sesuatu yang kosong. Tidak ada sapaan hangat ayah, tidak ada aroma teh kesukaannya di meja makan.

Ibu memelukku erat hingga aku terisak. Dalam peluknya yang dingin, aku tahu semuanya tak akan sama. “Ayahmu…” katanya lirih. “Ayah sudah nggak ada, ya?” Aku tidak menjawab. Meskipun mulutku terbuka, tapi mataku yang tak berhenti basah, tubuhku yang bergetar, sudah cukup menjelaskan semuanya. Dunia seakan runtuh saat itu. Satu-satunya yang selama ini aku sembunyikan di balik senyum kini lenyap begitu saja.

Dunia mulai berubah. Tidak ada lagi candaan hangat dari ayah. Tidak ada lagi sapaan kecil penuh kasih. Hari-hari berikutnya berjalan lambat dan aku mulai kehilangan arti dari “sekolah, teman, dan senyum.” Sekolah memang ramai, tapi di dalamnya aku merasa sepi. Teman-teman mulai memperhatikan: “Kamu kelihatan beda, sekarang pendiam banget?” tanya salah satu sahabatku. Tapi aku hanya menanggapinya dengan senyum tipis. Senyum yang hampa, senyum yang dipaksakan. Tidak seperti dulu.

Dulu, senyumku datang dari hati. Sekarang hanya sebagai topeng. Aku masih mencoba terlihat kuat, padahal di dalam aku rapuh.

Sering aku berdiri di depan cermin, mencoba menghadirkan kembali senyum itu. Tapi, pantulan wajahku terlihat asing. Tidak ada makna di mata, dan tidak ada lagi cahaya hangat. Hanya seorang anak yang sedang berusaha bertahan di dunia yang terasa abu-abu.

Seketika kehilangan “Senyum itu adalah duniaku,” kata-kata ayah terus terngiang dalam benakku. Kadang aku memejamkan mata, membayangkan suara ayah memanggilku, sambil mengusap kepalaku. Dan itu sedikit mengobati rinduku.

Sekarang, aku bukan lagi anak kecil yang hangat. Aku hanya seseorang yang sedang belajar menemukan kembali cahayanya. Aku tahu, kehilangan ayah bukan akhir dari segalanya. Yang hilang bukan ayah fisiknya, tapi cahaya dari senyumnya yang dulu menular padaku. Perjalanan ini panjang. Selalu masih terluka, masih belajar berdamai dengan kehilangan. Tapi aku tahu, setiap langkah kecil yang kuambil, membawa sedikit sinar lagi.

Bukan karena aku lupa ayah, tetapi karena aku ingin Ayah bangga melihatku kuat. Dan ketika hari itu tiba, ketika aku bisa benar-benar tersenyum tulus lagi, seperti dulu, seperti matahari kecil yang perlahan memijarkan dunia, satu lang

kah demi satu waktu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post