Aku dan Langit
Aku dan Langit
Langit,
bukan sekadar bentangan luas yang kutatap,
tapi cermin yang memantulkan luka-luka
yang tak pernah sempat kuberi nama.
Di bawah senja yang muram,
aku berdiri tak hanya dengan tubuh—
tapi dengan seluruh waktu yang pernah kugenggam,
dan kehilangan yang diam-diam menetap di napas.
Aku bertanya pada hening:
apakah setiap menunggu harus diakhiri oleh datang?
Ataukah, menunggu adalah bentuk keberanian
untuk tidak memiliki, tapi tetap mencintai?
Langit tak menjawab.
Ia hanya mengalir,
seperti waktu,
seperti luka,
seperti aku—yang belajar menerima segala yang tak bisa dipeluk.
Dan di sana,
di antara awan dan harapan yang tak sempat tumbuh,
aku belajar:
bahwa menjadi utuh tak selalu berarti lengkap.
Kadang, cukup menjadi hadir dalam ketidaksempurnaan
dan tetap
berdiri walau tak dipilih.
30 April 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar