2- Gavin
12 September 2016
Killa menatap langit malam yang bertabur bintang sambil sesekali menghela napas berat. Karin dan Nesya yang melihat Killa sedang melamun langsung menghampiri cewek berambut sebahu itu.
" Woi! " Karin mencoba membuat Killa terkejut, namun ia hanya menoleh.
Nesya menyadari bahwa sepasang mata Killa sedang menahan air mata agar tidak jatuh.
" La, lo gapapa? " tanyanya langsung yang membuat Karin bingung.
" Eh? Killa kenapa? " Karin juga ikutan bertanya.
Bersamaan dengan kepala Killa yang menoleh kearah dua sahabatnya, air mata yang sedari tadi ditahan kini sudah terjun bebas di kedua pipi Killa.
Karin langsung merengkuh tubuh Killa lalu memeluk cewek itu. " Maafin gua, tadi cuma bercanda, Kill. "
" Eh, maafin guys. Gak gara gara lo kok, Rin. " ujarnya pelan.
" Lo tenangin diri dulu deh, Kill. Ntaran ceritanya. " Nesya mengulurkan tangan untuk menghapus air mata Killa.
Killa mengangguk, beberapa saat kemudian, Killa membuka suara.
" Gua keinget Argan, "
Akan kuberitahu bahwa Argan adalah mantan pacar Killa. Mereka putus karena Argan bermain dengan perempuan lain di belakang Killa.
" Udah, gak usah diinget-inget. Lupain aja, Kill. " Nesya menanggapi.
" Gua takut buat deket sama cowok lain. " ujarnya sembari menahan tangis.
" Gua bener-bener trauma. Takut bakal diperlakuin kaya gitu lagi, " sambungnya dengan air mata yang sudah terjun dengan deras.
Karin mencoba menenangkan Killa. Menepuk bahunya perlahan. " Gua tau yang lo rasain, Papa juga gitu. Tapi lo sendiri yang nyuruh gua buat kuat, Kill. Gua tau lo pasti bisa buka hati buat cowok lain, "
" Gak semua cowo sama kok, Kill. " ujar Nesya menambahi.
Killa tersenyum singkat, " Tapi gua terlalu takut, Rin, Sya. "
" Gak papa, lo pasti butuh waktu. Tapi gua yakin lo bisa ngelewati semua ini. "
Karin teringat akan seseorang, " Kalo lo udah siap, bilang gua aja. Okay? "
••
Seperti biasa, Killa berangkat ke sekolah menaiki angkutan umum. Ia harus berjalan beberapa meter untuk ke gang komplek, menunggu angkutan umum yang lewat.
Tak lama kemudian, kendaraan yang sedari tadi ditunggunya lewat di depan Killa. Tangannya pun otomatis melambai ke arah sang sopir.
Setelah menepi, Killa menaiki angkutan itu. " SMA Garuda ya, bang. " ujarnya pada sopir angkutan.
" Siap, Neng. "
Perlu waktu yang cukup lama untuk sampai di sekolah Killa, macet adalah penyebab utamanya. " Huft, untung gak telat. "
Killa merogoh saku dan mengambil beberapa lembar uang untuk membayar angkutan. Setelahnya ia bergegas memasuki gerbang.
Koridor sekolah sudah ramai oleh siswa lain. Kedua mata Killa menangkap sosok Karin. " Karin! " panggilnya tak menghiraukan tatapan sinis dari siswa disekitarnya.
Si empunya nama menoleh karena ia mengetahui bahwa itu Killa. Terdengar jelas dari suaranya.
" Hai, Kill! " Karin melambaikan tangan dan berhenti di tempat untuk menunggu sahabatnya.
Karin merangkul Killa dari samping " Tumben baru berangkat? "
" Tadi macet banget. "
Mereka berdua berjalan dengan santai seraya melemparkan candaan beberapa kali hingga membuat dua gadis itu terkekeh. Hingga sampai di depan kelas, ternyata Nesya sudah tiba dan sedang berkumpul dengan anak genta lainnya.
" Wah, gua gak diajak nih. " celetuk Killa membuat anggota Genta menoleh.
Hisyam membenarkan letak kacamatanya, " Tumbenan baru berangkat lo? " tanya Hisyam setelah dapat melihat jelas bahwa itu Killa.
" Lo tau sendiri kan kalo di sini macet banget, " jawabnya membuat semua yang mendengar menganggukkan kepala.
Selanjutnya mereka berceloteh ria sampai bel berbunyi.
••
Gavin baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah dengan seorang guru yang saat ini berjalan di depannya. Matanya sibuk menelusuri setiap inci sekolah ini.
Kelas 11 IPA 3.
Saat ini Gavin berdiri di depan kelas tersebut, sedangkan sang guru sudah berada di dalam kelas berusaha menenangkan murid di dalam kelas itu.
" Anak-anak, Mrs Tita minta perhatian bentar ya " indera pendengaran Gavin menangkap ucapan dari Mrs Tita.
Penghuni kelas 11 IPA 3 langsung diam dan memusatkan perhatian ke Mrs Tita. Setelahnya Gavin dipanggil agar memasuki ruang kelas.
" Jadi kelas kalian kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan dirimu. " jelas Mrs Tita
Gavin tersenyum yang membuatnya tampak sangat manis, " Gua Gavin, pindah karena Ayah gua pindah tugas. I hope we'll be friend. "
Para siswi di kelas tersebut langsung berpura-pura pingsan karena senyuman Gavin tadi. Killa hanya terkekeh melihat reaksi teman sekelasnya.
" Oke, Nice. Kamu duduk di sana ya, " titah guru yang masih tergolong muda nan cantik itu sembari menunjuk bangku kosong di sebelah kanan Killa.
Gavin mengangguk lalu berjalan ke arah kursi itu. Tampaknya ia anak baik-baik.
Cowok itu menolehkan kepalanya lalu menemukan sosok Killa, " Woi cakep bener haha, nama lo siapa? " guraunya yang membuat Killa melototkan matanya.
Siulan menggoda keluar dari beberapa anak Genta yang mendengar ucapan Gavin, " Wih keknya ada yang pdkt nih. "
" Eh? Apaan sih? " pipi Killa bersemu merah bak kepiting rebus.
Belum sempat menjawab, seorang guru matematika memasuki ruangan kelas tersebut. Sontak saja semua murid diam seraya mengeluarkan buku.
Guru matematika ini bernama Pak Nur. Beliau memiliki kumis yang membuatnya tampak garang, namun memang benar. Beliau merupakan guru yang terkenal killer di sekolah ini tak lupa dengan perut buncitnya.
Yang di sukai dari beliau adalah bahwa beliau bukan seorang guru yang pelit nilai.
" Pagi, langsung buka bab terakhir yang dibahas kemarin. " titah beliau
••
Setelah beberapa waktu, akhirnya pelajaran matematika telah usai dan saat ini bel istirahat berbunyi. Anggota Genta langsung berkumpul dan berjalan menuju kantin sekolah.
Seperti biasa, kantin sudah dipenuhi oleh siswa lain. Tetapi entah mengapa mereka tidak menempati bangku yang sudah seperti markas Genta. Padahal mereka tidak akan dimarahi jika menempatinya.
Fani menawarkan diri untuk memesan makanan kali ini, " Gua aja yang pesen, kaya biasa kan? " tanyanya membuat yang lain mengangguk.
Killa menangkap sosok murid baru, Gavin. Ia tengah menjadi sorot perhatian saat ini. Apalagi kakak kelas cewek yang kegatelan dan merasa cantik. Seakan sadar bahwa seseorang menatapnya, Gavin menoleh dan matanya bertemu dengan mata Killa.
Gavin tersenyum, Killa panik segera saja ia mengalihkan pandangannya.
Tak lama setelah itu, Fani kembali dengan membawa nampan yang juga dibantu Bu Imah. " Nih, " ujarnya sembari menaruh nampan ke meja kantin.
" Makasih Fani cantik, " ucapan Kiki langsung membuat Fani salah tingkah.
" Apaan sih, "
Saat Fani hendak menaruh makanan, tiba-tiba seseorang menyenggol lengannya. Makanan itu tumpah dan mengenai Killa.
" Kill, maafin gua. Tadi ada yang nyenggol. " cewek berponi itu langsung meminta maaf dengan perasaan bersalah.
" Gak papa kok Fan. " Killa tersenyum agar Fani tidak merasa bersalah.
Killa berdiri dan pamit untuk pergi ke kamar mandi.
" Mau gua anter? " tanya Fani masih merasa bersalah.
" Gak, gak usah, lo makan aja sama yang lain. Bentar doang kok. "
Langsung saja cewek itu berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya di sana ia langsung mencuci roknya yang terkena noda.
Tak lama kemudian, noda itu berhasil di hilangkan. Killa keluar dari kamar mandi, ia terpental ketika tertabrak seorang cowok.
" Eh sorry, " cowok itu mengulurkan tangan untuk membantu Killa.
" Lo.. Gavin kan? " tanya Killa
Gavin mengangguk.
Killa melihat sekitar, " Lo ngapain disini? Inikan bukan jalan ke kelas. "
" Gua kirain jalannya kesini. Tadi gua ngikutin orang. " jelasnya membuat Killa gemas. Gemas ingin mencekiknya.
" Lo salah, jalannya bukan kesini. "
Gavin mengingat rute jalan sekolah, " Terus kemana? Anterin dong. " pinta cowok itu pada Killa.
Killa melotot namun mengiyakan. Ia memang tidak bisa jika menolak menolong orang lain. Langsung saja mereka berdua berjalan melewati koridor kelas IPA yang tengah dipenuhi siswa lain.
" Nih, diinget-inget ya. "
" Makasih, Killa cantik. " Gavin membuat pipi Killa bersemu merah, lagi.
Baru saja Killa berniat kembali ke kantin, bel pelajaran sudah berbunyi. Padahal ia belum sempat makan.
Cewek itu melangkahkan kakinya dengan lemas ke dalam kelas. Tak berapa lama, anggota Genta memasuki kelas.
" Gua samperin ke kamar mandi taunya udah di kelas. " ucap Nesya
" Tau tuh, " Karin menambahi sedangkan Killa hanya tersenyum menanggapinya.
Pelajaran sudah dimulai, sedari tadi Killa tampak tidak sehat. Wajahnya mulai dipenuhi keringat. Bibirnya memucat.
Karin yang berada di sebelahnya menyadari bahwa Killa tidak sehat. " Mrs! Killa sakit. "
Sontak semuanya menoleh ke arah Killa. " Bawa ke UKS. " titah Mrs Kesia.
" Gua aja. "
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar