Resensi Film Negeri 5 Menara
Identitas Buku
Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Tebal Buku : 423 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Identitas Film
Judul : Negeri 5 Menara
Sutradara : Affandi Abdul Rochmad
Produser : Salman Aristo & Auora Lovenson Chandra
Produksi : Kompas Gramedia Production & Million Pictures
Tanggal Rilis : 1 Maret 2012
Bahasa : Bahasa Indonesia
Durasi : 100 menit
Unsru Intrinsik
Tema : Pendidikan
Tokoh & Penokohan :
1. Alif adalah tokoh protagonis yang digambarkan sebagai generasi muda yang penuh motivasi.
2. Baso adalah tokoh protagonis yang digambarkan sebagai anak yang paling rajin ke masjid.
3. Raja adalah tokoh protagonis, dari Medan.
4. Said adalah tokoh protagonis, dari Surabaya.
5. Dulmajid adalah tokoh protagonis, dari Madura.
6. Atang adalah tokoh protagonis, dari Bandung.
7. Ustad Salman adalah tokoh protagonis, wali kelas Alif yang bersuara lantang.
Latar :
1. Waktu: Pagi, sore, malam. Dari tahun 90-an – 2003.
2. Tempat: Pondok Madani, Bandung, Jawa Barat.
3. Suasana: Membahagiakan dan mengecewakan seiring dengan perjuangan Alif dan teman-temannya.
Alur : Alur maju (kronologis) & alur mundur (flashback), yaitu campuran.
Sudut Pandang : Orang pertama (aku-sentris).
Amanat : Jangan pernah remehkan impian.
Unsur Ekstrinsik
Agama : Menceritakan kehidupan pesantren dengan prinsip “Man Jadda Wa Jadda” yang berarti siapa pun dapat meraih apa pun asal bersungguh-sungguh.
Sosial : Menunjukkan eratnya hubungan kekeluargaan dan persahabatan di antara para santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Seni & Budaya : Menggambarkan kehidupan, tradisi, dan budaya secara mendalam di pesantren.
Pendidikan : Menekankan pentingnya pendidikan formal untuk karier dalam meraih impian.
Sinopsis :
Film Negeri 5 Menara bercerita tentang Alif, seorang remaja yang awalnya ingin bersekolah di SMA yang ada di Bandung dan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Namun, ibunya memintanya untuk belajar di pesantren. Dengan berat hati, Alif akhirnya masuk ke Pondok Madani. Di sana, ia bertemu lima sahabat baru yaitu Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso (Sahibul Menara).
Selama di pesantren, mereka belajar banyak hal, bukan hanya ilmu agama, tapi juga tentang kerja keras dan semangat meraih impian. Mereka sering mendengar nasihat dari Kyai Rais yang mengatakan, “Man Jadda Wa Jadda” yang artinya “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.” Kata-kata itu membuat para Sahibul Menara selalu bersemangat meski jauh dari keluarga dan banyak menghadapi tantangan.
Beberapa tahun kemudian mereka berpisah untuk mengejar impian masing-masing ke berbagai belahan dunia. Alif akhirnya dapat meraih cita-citanya yaitu kuliah di luar negeri. Film ini menggambarkan bahwa dengan tekad, kerja sama, kerja keras, dan doa, tidak ada yang tidak mungkin. Pendidikan, persahabatan, dan keyakinan dapat mengantarkan seseorang menuju kesuksesan.
Tulisan ke - 10,
11 November 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan

Komentar