Alexandria Zazila Risqi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Stop Pergaulan Bebas untuk Bangsa yang Lebih Cerdas

Stop Pergaulan Bebas untuk Bangsa yang Lebih Cerdas

Stop Pergaulan Bebas untuk Bangsa yang Lebih Cerdas

Oleh: Alexandria Zazila

Karakter adalah suatu hal yang penting bagi kemajuan sebuah negara. Hal ini berkaitan dengan sumber daya manusia yang akan menjadi penerus bangsa kelak. Jikalau karakter orang-orang di sebuah negara kebanyakan adalah orang yang malas, egois, tidak peduli, dan pembohong, maka sudah dipastikan negara tersebut akan sulit untuk maju. Oleh karena itu, Dr. Marthin Luther King mengatakan bahwa kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya.

Stephen R. Covey dalam bukunya yang berjudul, “7 Habits of Highly Effective People” menjelaskan bahwa untuk membentuk sebuah karakter terdapat tiga teori dasar dengan uraian sebagai berikut:

1. Determinisme Genetis: Pembentukan karakter bergantung pada sifat-sifat yang diturunkan dari generasi sebelumya.

2. Determinisme Psikis: Pembentukan karakter yang dibentuk sejak dini melalui pola asuh anak yang diterapkan setiap orang tua.

3. Determinisme Lingkungan: Pembentukan karakter yang melibatkan lingkungannya, seperti tempat tinggal, lingkungan sekolah, dan lingkungan bermain.

Dari uraian tersebut, dapat kita tarik bahwa salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan karakter adalah lingkungan. Mengapa demikian? Karena seseorang akan bertindak berdasarkan interaksi yang dilakukan dengan keadaan lingkungannya. Pergaulan bebas adalah salah satu contoh mengapa faktor lingkungan dapat dikaitkan dengan pembentukan karakter anak.

Pergaulan bebas adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma maupun ajaran agama, atau bisa diartikan sebagai perilaku yang tidak mempunyai batasan-batasan, sehingga melanggar norma agama serta norma kesusilaan. Pergaulan bebas disebabkan beberapa faktor, yakni:

1. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah

Tingkat pendidikan orang tua juga memengaruhi sebab pemikiran mereka terhadap suatu “hubungan” itu berbeda dengan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi. Misalnya, banyak orang tua yang memberikan kebebasan atau bahkan mendukung sang Anak berpacaran den berkencan.

2. Keluarga berpisah (Broken home)

Kondisi keluarga yang sudah retak menjadi salah satu faktor yang membuat anak dapat terjerumus dalam pergaulan bebas. Anak yang selalu mendengar dan melihat orang tuanya bertengkar, cenderung lebih senang menghabiskan waktunya di luar rumah karena kurangnya kasih sayang serta perhatian dari orang tua.

3. Ekonomi keluarga

Keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah seringkali tidak melanjutkan pendidikan sang anak (putus sekolah) sehingga anak tersebut tidak mempunyai banyak kegiatan. Dampaknya, ia akan berkumpul dengan anak-anak senasib lainnya serta dapat menjerumuskan ke arah perilaku bebas.

4. Kurangnya keyakinan iman serta wawasan agama

Hal ini menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam pergaulan bebas. Jika seseorang mempunyai wawasan agama dan iman yang kuat, maka ia tidak akan terjerumus ke dalam lubang pergaulan bebas karena hal tersebut adalah perilaku tercela.

5. Penyalahgunaan internet

Arus penyebaran informasi dalam internet sulit sekali untuk kita atur, sehingga dengan mudah anak-anak dapat mengakses sesuatu dengan mudah. Hal tersebut berisiko membuat anak-anak meniru konten yang tidak pantas, seperti memukul orang, membohongi teman, mengejek teman, dan tahu akan pornografi.

6. Tidak memilah teman

Jangan bilang bahwa memilah teman itu adalah hal yang buruk. Karena dengan itulah, seseorang dapat terhindar dari arus pergaulan bebas. Jika seseorang berteman dengan teman yang hobi tawuran, suka meminum miras, suka mencuri, maka ada kemungkinan ia akan meniru hal yang sama.

Dampak yang akan ditimbulkan dalam pergaulan bebas antara lain, seks bebas, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, berada di lingkaran hobi meminum minuman keras, menderita penyakit seksual atau meninggal karena overdosis, prestasi menurun, dan semakin meningginya tingkat kriminalitas, sehingga pembentukan karakter anak akan sangat jauh dari kata ‘baik’. Dari dampak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pergaulan bebas dapat membuat sumber daya manusia semakin rendah.

Maka dari itu, marilah kita menghentikan laju pergaulan bebas dengan perbanyak wawasan agama dan memperkuat iman, memilah teman, memperbaiki cara pandang kita terhadap suatu masalah, dan memikirkan risiko sebelum bertindak. Ingat! Jika bukan kita yang mengawali, maka siapa lagi? Sudah saatnya Indonesia stop pergaulan bebas untuk bangsa yang lebih cerdas!.

***

Biografi

Perempuan yang berasma Alexandria Zazila Risqi dilahirkan di Jember, 18 Desember 2005 dan sedang menempuh pendidikan di MAN 02 Jember. Ia mempunyai banyak kegemaran, yaitu menulis, belajar bahasa asing, mendengarkan lagu, dan menonton film. Sekarang ia sedang berjuang untuk keluar dari zona nyaman yang sudah lama membelenggunya. Ia dapat dihubungi dengan: **(censored)**melalui WhatsApp atau **(censored)** melalui email.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post