Berapa Harga Kasih Sayangmu, Bu?
Berapa Harga Kasih Sayangmu, Bu?
Oleh: Alexandria Zazila
“Berapa harga kasih sayangmu, Bu?” Pertanyaan itu seketika keluar dari benakku. Pernahkah kalian mumpunyai pertanyaan yang sama denganku?
Ibu adalah perempuan paling hebat di muka bumi. Dia mulai meninggalkan kehidupan sebelumnya sejak ada nyawa lain di dalam rahimnya, menggantungkan kehidupannya kepada sang Ibu. Dalam kurun waktu sembilan bulan, Ibu tidak tidur dengan nyenyak, pergerakan yang terbatas, makan berasa tidak enak, dan hal itu tetap terjadi ketika aku berhasil dilahirkan ke dunia. Kau relakan waktu tidurmu karena harus menenangkanku yang menangis di tengah malam, berhenti makan jikalau aku menangis minta digendong, dan bahkan merelakan waktu untuk dirimu sendiri hanya untukku.
Dengan sabar, kau mengajarkanku berhitung, membaca, dan menulis di rumah. Sampai-sampai kau pernah bercerita bahwa aku pernah protes kepadamu dan ayah, ketika aku berusia 2 tahun. Hal itu terjadi karena kalian membelokkan arah sepeda menuju ke jalan rumah kakek, padahal janjinya pergi ke Johar Plaza. Kisah lain, saat kita menaiki sepeda menuju kota. Dengan lantang, aku membaca semua nama toko yang terlihat. Di saat aku tidak bisa ini-itu, kau selalu ada untuk membantuku memahami semua. Kau bahkan rela menggunakan uang yang seharusnya untuk keperluanmu, namun malah kau gunakan untuk memenuhi kebutuhanku.
Terhitung 17 tahun sudah aku menerima kasih sayangmu tanpa ada kekurangan sedikit pun. Namun nyatanya, aku masih semena-mena terhadapmu. Tidak dengarkan nasihatmu, terkadang juga rasa marah dan sebal selalu hadir dalam jiwa ketika kau tidak memperbolehkanku melakukan sesuatu, dan terkadang aku kerap membandingkanmu dengan Ibu yang lain. Tapi, Bu… saat kecelakaan itu terjadi, di mana aku bisa merasakan bahwa duniaku hancur sehancur-hancurnya. Saat melihatmu penuh luka dan hanya bisa merintih kesakitan di Puskesmas. Seketika, ingatan-ingatan tentangmu terputar kembali, membuatku menyesali beberapa perbuatanku padamu.
Setelah kau sadar, lalu meneleponku dan menanyakan keadaanku dan adik. Aku heran mengapa kau masih sempat menghawatirkan kami?. Padahal sudah jelas, keadaaan Ibu sendiri yang harus dikhawatirkan. Selama aku di Rumah Sakit untuk merawatmu, lagi-lagi kau masih menghawatirkanku, Bu. Kau masih menanyakan ‘Sudah makan belum?’ atau ‘Lukanya masih sakit, Kak?’ Dan, untuk sekian kalinya aku menangis karenamu.
Seperti bait lagu yang berbunyi,
“Kasih Ibu kepada beta,
Tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi, tak harap kembali.
Bagai sang Surya menyinari dunia.”
Bu, tak sanggup kutebak berapa harga kasih sayangmu itu. Namun satu hal yang pasti, bahwa dunia pun tak sanggup membayar semua kasih sayang yang kau berikan. Jikalau aku direinkarnasi, aku akan tetap memilihmu menjadi Ibuku karena kau adalah Ibu terbaik sepanjang masa!. Terimakasih atas segalanya, Bu. Selamat Hari Ibu.
***
Biografi
Perempuan yang berasma Alexandria Zazila Risqi dilahirkan di Jember, 18 Desember 2005 dan sedang menempuh pendidikan di MAN 02 Jember. Ia mempunyai banyak kegemaran, yaitu menulis, belajar bahasa asing, mendengarkan lagu, dan menonton K-Drama. Sekarang ia sedang berjuang untuk keluar dari zona nyaman yang sudah lama membelenggunya. Ia dapat dihubungi dengan: **(censored)**melalui WhatsApp atau **(censored)** melalui email.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar