Renita Safitri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Teman Bukan Lawan Lawan Bullying Sekarang

Teman Bukan Lawan Lawan Bullying Sekarang

Setiap orang berhak untuk merasa aman dan diterima di mana pun ia berada, termasuk di sekolah. Tapi sayangnya, masih banyak remaja yang harus menanggung luka karena menjadi korban bullying atau perundungan. Perundungan bukan hal sepele. Kata-kata kasar, ejekan, atau perlakuan tidak adil bisa meninggalkan bekas mendalam yang tidak selalu terlihat dari luar.

Bullying bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Ada yang dilakukan secara langsung seperti memukul, mengejek, atau mengucilkan teman di sekolah, dan ada juga yang terjadi di dunia maya, yang disebut cyberbullying. Bentuknya bisa berupa komentar jahat, menyebarkan gosip, atau membuat unggahan yang mempermalukan orang lain. Apa pun bentuknya, bullying tetap salah dan tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun.

Banyak pelaku bullying tidak sadar bahwa tindakannya bisa melukai hati orang lain. Mereka mungkin hanya ingin terlihat kuat, lucu, atau diakui oleh teman-temannya. Padahal, kekuatan sejati bukan diukur dari seberapa banyak kita bisa menjatuhkan orang lain, tapi dari seberapa besar kita bisa menghargai dan membantu sesama. Menjadi baik tidak membuat seseorang lemah; justru menunjukkan kedewasaan dan empati yang tinggi.

Korban bullying sering kali merasa takut, malu, atau enggan bercerita kepada siapa pun. Karena itu, penting bagi teman dan guru untuk peka dan peduli. Kalau melihat teman yang dirundung, jangan diam saja. Beranilah untuk menolong atau melapor kepada guru. Kadang, satu tindakan kecil bisa berarti besar bagi seseorang yang sedang terluka.

Remaja juga perlu belajar untuk saling menghormati dan memahami perbedaan. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kalau semua orang bisa saling menghargai, suasana sekolah akan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Kita bisa mulai dari hal sederhana: berhenti mengejek, tidak ikut menyebarkan gosip, dan berani menolak ajakan untuk melakukan bullying.

Di era digital, bullying juga sering terjadi di media sosial. Banyak orang merasa bebas berkata kasar karena tidak bertatap muka langsung. Padahal, dampaknya tetap sama menyakiti. Jadi sebelum menulis atau membagikan sesuatu di internet, pikirkan dulu apakah itu bisa menyakiti orang lain. Gunakan media sosial untuk hal-hal positif seperti berbagi semangat, ilmu, atau pesan kebaikan.

Menghentikan bullying memang butuh waktu dan keberanian. Tapi perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dari diri kita sendiri. Jika setiap remaja memilih untuk saling mendukung, bukan menjatuhkan, dunia sekolah akan menjadi tempat yang lebih aman dan penuh persahabatan.

Pada akhirnya, teman bukanlah lawan. Kita semua sedang belajar tumbuh bersama. Dengan saling menghargai dan menjaga, kita bisa menciptakan lingkungan yang bebas dari perundungan tempat di mana setiap tawa bukan berasal dari ejekan, tapi dari kebahagiaan bersama.

Jakarta, 25 November 2025

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post