Zahira Azzahra Nadiaputri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bab 5 (Menjauh)

Bab 5

Menjauh

Selama ikut kajian, kami pun memiliki kekhawatiran tersendiri. Kami takut jika guru-guru, termasuk guru ngaji kami, mengetahui keburukan kami selama ini. Dan, mereka merasa gagal dalam mendidik kami.

Aku dan Zahra ingin sekali bisa hijrah dan menjadi orang yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Sehingga, bisa membuat guru kami merasa bangga.

****

Di pikir-pikir, banyak sekali kejadian yang sangat konyol, yang kami sendiri enggak tahu, kenapa sampai melakukannya. Salah satu kejadiannya adalah saat jam istirahat, aku dan Zahra bermain ke Gedung SD. Kami bermain bersama adik kelas. Nonton anak-anak SD main bola adalah hal terseru, yang sering aku dan Zahra lakukan.

Hari-hari biasanya, saat jam istirahat sudah selesai, kami langsung lari ke gedung SMP, bahkan 10 menit sebelum jam istirahat selesai. Tapi kali ini, kami keasyikan bermain, dan nampaknya adik kelas kami pun masih ingin bermain, hingga akhirnya kami lupa waktu.

Ternyata jam istirahat sudah lewat. Aku dan Zahra segera lari dengan rasa takut dan cemas. Sepanjang perjalanan dari Gedung SD ke SMP aku dan Zahra berdoa, semoga guru kami belum masuk kelas.

Kami berjalan dengan hati-hati sambil melewati kelas-kelas yang lain. Saat tiba di kelas, aku dan Zahra mengintip dari dekat pintu.Tapi, terlambat. Ternyata guru kami sudah datang. Untungnya, keberadaan kami tidak terlihat oleh guru yang sedang mengajar di dalam kelas. Sialnya, ada satu teman kami yang melihat. Karena panik, aku dan Zahra langsung pergi dari depan pintu menuju kamar mandi.

Di kamar mandi, sebuah ide yang enggak patut di tiru muncul. Aku malah ngajak Zahra buat cabut dari kelas saja, lalu ngumpet di ruangan kelas 9 yang kebetulan kosong, karena siswa-siswanya sedang ada acara.

Kami pun langsung bergegas masuk ke dalam ruangan kelas 9, lalu segera menutup pintunya. Ruangan kelas itu pun mulai kehilangan cahayanya. Aku dan Zahra ngumpet di kolong meja. Sambil sesekali mengecek keluar, untuk memastikan bahwa semuannya aman. Karena kami merasa takut dan tidak nyaman, aku dan Zahra sesekali ke kamar mandi. Dan, saat masuk kamar mandi, ternyata ada teman sekelas kami di sana. Dia nampak kaget, begitu pun kami. Dia bertanya, kenapa aku dan Zahra enggak masuk kelas? Otomatis, kami berdua langsung senyum-senyum dan balik lagi ke ruangan kelas 9, dengan rasa lebih cemas dari sebelumnya. Tapi, biar begitu, anehnya, kami malah balik lagi ke kamar mandi. Di perjalanan mau ke kamar mandi, kami bertemu salah satu akhwat kelas lain yang melihat aku dan Zahra, tapi kami abaikan begitu saja.

Kali ini tidak ada orang di dalam kamar mandi. Karena itu, aku dan Zahra memilih untuk berdiam di sana. Jika ada orang datang, kami akan masuk ke dalam wc. Kami hanya diam tanpa suara di dalam kamar mandi itu. Kami kembali lagi ke ruangan kelas 9 karena sudah tidak nyaman diam dalam kamar mandi.

Kami berjalan sambil ngumpet-ngumpet. Tidak disangka, ada guru ikhwan kami yang rupanya sedang mencari kami, guru itu melihat kami dan menyuruh kami langsung masuk ke kelas. Tapi, kami mengelak dan memilih lari ke dalam kamar mandi.

Kalian tahu rasanya, kan? Takut banget. Tangan kami sampai keringat dingin. Aku dan Zahra sudah curiga, akan ada guru yang datang dan memanggil kami. Benar saja, kan, guru yang sedang mengajar di kelas kami pun datang untuk menjemput aku dan Zahra di kamar mandi. Guru kami murka, aku dan Zahra akan mendapat hukuman. Kami pun dibawa ke ruangan kelas 9. Ternyata, kami hanya diberi nasihat dan sang guru bertanya, kenapa kami kabur dari kelas. Aku pun menjawab alasan kami kabur, dan guru kami marah.

Kami duduk di depan guru kami dengan kepala menunduk, mataku mulai berkaca-kaca, karena perasaan bersalah. Kami hanya bisa diam dan mendengarkan guru kami bicara panjang kali lebar.

Beberapa menit pun berlalu, kami disuruh masuk kelas dan langsung mengikuti ulangan, kami agak kaget. Ternyata ada ulangan. Sebelum kami masuk kelas, aku dan Zahra meminta maaf terlebih dahulu ke guru kami.

Saat masuk kelas, pastinya teman-teman melihat kami dengan heran. Aku kembali ke bangkuku dan Zahra kembali ke bangkunya. Aku dan Zahra tidak mempunyai waktu banyak untuk mengerjakan ulangannya. Sehingga ada beberapa soal yang tidak aku isi. Ya, mau bagaimana lagi, itu semua kesalahan kami.

Setelah itu, aku dan Zahra ngobrol berdua di dalam kelas sambil menunggu mata pelajaran selanjutnya. Kami berpikir, mungkin guru-guru enggak menyangka, kalau aku dan Zahra bisa melakukan ini. Kami pun merasa enggak enak jika bertemu dengan guru-guru, apalagi guru ngaji kami.

Setelah ini, mata pelajaran matematika, dan guru matematika adalah guru ngaji kita juga. Kebetulan, tempat dudukku berhadapan dengan meja guru. Rasa khawatir diam-diam menghinggapiku, takut akan ditanya, kenapa tadi kabur? Dan, aku enggak tahu harus jawab apa.

Seperti biasa, di awal pembelajaran kita semua membaca al-quran terlebih dahulu dan membaca doa memulai pembelajaran. Setelah itu, benar saja, aku ditanya perihal masalah tadi. Ya sudah, mau bagaimana lagi, aku menjawabnya. Bukannya aku dan Zahra takut dimarahin, tapi, kami berdua takut membuat guru kami sedih. Setelah kejadian itu, kami janji tidak akan mengulanginya lagi. Hari itu sudah berlalu, biarkankanlah semua itu menjadi sebuah pembelajaran bagi kami berdua.

Keesokan harinya, kami berpikir, semua guru sudah mengetahui kejadian kemarin. Karena, foto aku dan Zahra diambil oleh guru yang menjemput kami kemarin. Mungkin saja, saat ini foto tersebut sudah tersebar di group wa sekolah. Kami berdua merasa sangat malu dan memilih untuk tidak ke mana-mana saat ini.

Di setiap waktu pembelajaran, semua guru pasti bertanya perihal kemarin. Aku dan Zahra merasa tidak enak, karena membahas soal kemarin. Akhirnya, hari demi hari, kami jalani dengan menjawab banyak pertanyaan dari guru-guru dan juga teman-teman di sekolah. Dan, kalau diperhatikan, guru-guru sepertinya mulai tidak suka dengan aku dan Zahra.

Pernah suatu hari, aku dan salah satu teman sekelasku masuk ke ruangan guru ikhwan untuk mengembalikan sebuah barang yang dipinjam oleh kelas. Di sana ada satu guru yang berkata, “Ngapain kalian ngelakuin itu, kelakuan kalian tuh, membuat semua guru enggak menyangka, dan menutupi sikap kalian yang baik selama ini di sekolah. Jadi, jangan sampai kalian mengulanginya lagi”. Aku hanya diam menerima teguran itu. Kemudian langsung keluar, setelah mengembalikan barang yang dipinjam.

Hmmmm… kalau dipikir-pikir, setelah kejadian itu aku jadi kurang fokus dengan pembelajaran sekolah. Perasaan enggak enak kepada para guru mulai menggelayuti hatiku. Rasa bersalah membuatku dan Zahra tidak lagi bermain ke Gedung SD dulu, untuk sementara waktu.

Sempat juga, sih, Aku dan Zahra berpikir untuk pindah sekolah, karena sudah tidak nyaman lagi. Tapi, aneh, enggak, sih? Masa kita pindah sekolah hanya karena masalah itu? Kalau begitu, namanya kita lari dari masalah yang dihadapi, dong. Bukannya masalah itu harus dihadapi. Kalau dipikir-pikir, bukannya aku dan Zahra memang sering kabur dari SD, kan? Seharusnya, kelakuan di masa SD harus beda dengan sekarang. Manusia memang tidak luput dari kesalahan. Setiap manusia pasti punya masalah, hanya saja Allah masih menutupi aibnya. Manusia juga punya dosa. Kalau pun mereka berusaha menutupi semua dosa itu, tapi tetap melanjutkan kesalahan-kesalahannya. Cepat atau lambat, semua itu pasti akan terbongkar dan diketahui oleh beberapa orang. Maka dari itu, apapun kesalahan yang coba aku dan Zahra tutupi, suatu hari nanti pasti akan terbongkar juga.entah kapan waktu itu akan datang.

Aku teringat kembali kata-kata ibu guru, bagaimana cara kita membedakan itu dosa atau tidak. Kalau dosa, kita melakukannya dengan cara bersembunyi, misalnya; kita mencontek, mencuri, diam-diam kabur dari rumah, dan lain-lain. Ya, kejadian itu adalah hal yang paling aku dan Zahra tidak suka. Karena itu semua baru masalah di awalnya saja. Belum lagi masalah yang selama ini kami lakukan.

Di tahun ini, kami mulai merasakan, bahwa semua yang kita sembunyikan akan diketahui oleh orang lain. Walaupun, masih banyak teman-teman kami pun yang menyembunyikan sesuatu. Kalian pernah enggak, sih, pengen banget ngasih tahu kesalahan yang dilakukan teman kalian ke guru, akan tetapi kita teringat dengan kesalahan yang kita punya. Pasti pernah, kan? Nah, itu dia yang menghambat. Lalu, bagaimana selanjutnya? Apakah dugaan kami benar? Semuanya akan terbongkar?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post