YHOVI ESTIANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Paman baik

Seorang pria tinggi dengan cepatnya berlari mengintari seluruh, Ansel kalang kabut mencari putra kecilnya yang hilang setelah dia tinggalkan untuk menerima panggilan telefon. Awalnya Ansel meminta agar anaknya itu tetap duduk di bangku taman dan tidak berkeliaran. Tapi tiba-tiba Ansel panik saat tak mendapati putranya duduk di bangku taman tadi setelah menerima telefon.

Ramainya tempat ini tak lagi menjadi hal yang asing, itu yang mrmbuatnya kesulitan mencari sang putra. Langkah besarnya terus berlari berulang kali melewati orang-orang yang berlalu lalang di sana.

"Astaga kamu kemana sayang?" Panik? tentu saja, Seorang ayah mana yang tidak ketakutan saat kehilangan anaknya.

Kakinya berhenti saat melihat dua anak kecil menggunakan kaos putih dengan tangan kecilnya yang menggenggam beberapa tangkai bunga, dan satu lagi terduduk di rerumutan sambil menutupi wajahnya yang dia tundukan pada lututnya.

Ansel berlari mendatangi dua anak di sana, yang memegang bunga seolah sedang menenangkan yang lebih mudah dengan menepuk pelan punggungnya. Dan ya, dia adalah Austin. Putra Ansel yang hilang beberapa saat lalu yang nangis karena tidak menemukan keberadaan papanya, sebenarnya dia tadinya berjalan di sekitar taman dan saat ingin kembali dia tidak menemukan keberadaan papanya yang ternyata juga sedang mencarinya.

"AUSTIN!"

"PAPA!" Anak yang memegang bunga mendongak menatap Ansel yang berlari cepat untuk mendatangi Austin. Anak itu menatap dua orang yang sedang berpelukan di sana sambil yang lebih kecil nangis dan yang satunya meluk erat dengan nafasnya yang menggebu-nggebu.

"Maaf tadi papa tinggal Austin, kamu kemana tadi?"

"Tadi Austin lihat ada yang main sendili Hiks, Austin datang mau ajak main Hik- hiks pas Austin balik papa Tidak ada hiks"

Ansel kembali memeluk anaknya lagi sambil mengusap punggung putranya yang masih terisam, dan mengucap maaf berulang kali. Ansel tidak akan berfikir jika putranya akan kembali mencaringa, dia sudah terlanjur panik melihat putranya tidak ada di tempatnya semula.

Ansel menatap ke anak dengan kaos putih dan memegang bunga, dia beda satu tahun tampaknya dari Austin dengan pipi yang tembam dan wajah yang lucu. Si bocah tersenyum pada Ansel sambil melambai-kan tangannya untuk menyapa, dengan senyum manisnya hingga membuat matanya membentuk bulan sabit dan seolah ikut tersenyum.

"allo paman, tadi Austin mencari paman sambil menangis lalu duduk di sini, Austin tadi ambil bunga buat Nana tapi ini buat Austin saja biar nda nangis lagi.

Anak itu memberikan seikat bunga kepada Ansel, di terima baik oleh Ansel sambil memberikan senyum kembali pada anak kecil yang mengaku bernama 'Nana'.

"Nama kamu Nana?"

"Juana tapi nda tau nama panjangnya, tapi bunda panggilna gitu 'nana' "

"Hm? kenapa bisa tidak tau?, lalu marga kamu dari Ayah atau ibu?"

"Ayah ibu? Nana nda ada Ayah ibu, adanya bunda...di sana" Tangan kecilnya menunjuk ke tempat yang dengan spanduk nama 'Panti asuhan'.

"Tapi bunda Nana bundanya banyak orang"

Ansel hanya tersenyum manis dengan anak kecil yang di depan dia ini, terlihat bahagia dan senyum manisnya yang sangat tulus untuk mereka. Tadinya Austin bertemu Nana yang sedang mengambil bunga sendiri.

Saat dia mendatangi Nana, dia terliat sedih jadilah Austin membantu memetik bunga dan dia berikan kepana Nana. Nana bercerita kepada Austin bahwa dia sedang sedih karena diejek tidak memiliki ayah ibu, Tapi Austin mengatakan pada Nana kalau dia itu pasti banyak yang menyayangi walaupun tidak memiliki ayah ibu.

Nana kembali senang karena ucapan Austin yang membuatnya memingat jika banyak yang sayang padanha, ada bunda, kakak banyak, adek, lalu beberapa oma dan aunty juga. Austin juga mengatakan kalau dia cuma punya papa dan tidak tau ibunya, saat Austin ingin menunjukan teman barunya pada papanya, malah menghilang dan membuatnya kebingungan mencarinya.

Nana menceritakan semuanya kepada Ansel, darimana Austin bisa mengenalnya dan bagaimana Austin bisa bersamanya. Jujur Ansel benar - benar bangga dengan anaknya yang punya kepedulian tinggi dengan orang sekitarnya dan anak yang hampir seumurannya.

Nana yang masih tersenyum di suruh mendekat pada Ansel agar bisa memeluknya, dia sedikit ragu tapi setelah Austin balik badan dan merentangkan tangan pada dirinha akhirmya dia datang ke Austin dan memeluk Austin. Mereka berdua di peluk papa Anseldan untuk pertama kalinya Nana merasakan gimana pelukan seorang papa walaupun bukan papanya sendiri, tapi dia senang.

Karena ucapan Austin, Nana bersyukur karena dia masih bisa makan dan di kelilingi orang baik. Sekarang Nana menjadi teman Austin, dan ya.... dia teman pertama Austin. Lihat bagaimana mudahnya si kecil yang pemberani ini punya teman baru, bahkan sebelum dia masuk ke taman kanak-kanak.

"Nana paman antar pulang ya?" Ucap Ansel seraya melepas pelukan keduanya.

"Nda papa? tapi Nana takut di marahi karena tadi Nana pergi tanpa pamit"

"Kenapa?"

"Tadi Nana tanya ke bunda, kenapa Nana nda punya Ayah ibu tapi bunda marah"

"Tidak apa, ayo paman antar nanti paman bantu ngomong sama bunda"

"Sungguh?"

Ansel ngangguk yakin, lalu dia mengajak Austin dan Nana untuk masuk kemobil dan mengantar Nana. Tempatnya tidak terlalu jauh dari taman yang dia datangi, hanya bersebrangan dengan beberapa toko dan rumah.

Saat sampai, Ansel menekan bel pintu sambil menggendong Austin. Tadi Nana juga dia gendong tetapi si Nana meminta turun dan bersembunyi di belakang Ansel.

Si wanita cantik nan masih muda keluar dari pintu mendatangi Ansel yang mematung di luar. Dengan ikat rambut ala ibu muda dengan membawa sepiring kecil bubur di tangannya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Nana..."

Nana mendongak menatap Ansel, dan pelan-pelan keluar dari belakang kaki Ansel sambil menunduk dan memainkan ujung jarinya.

Si ibu tadi langsung meletakan piringnya dan cepat-cepat memeluk Nana yang berdiam tampak takut di marahi. Tapi setelah di peluk sang pemilik panti asuhan alias ibunya ini, Nana menangis dengan rasa bersalah karena pergi dari rumah tanpa pamit.

"Nana kamu tidak apa-apa sayang? bunda cari kamu kemana-mana, maaf tadi sempat marahin kamu"

Nana nangguk tanda bahwa dia tidak apa-apa, dan kembali mmeluk leher bundanya lagi sambil sedikit terisak.

"Makasih ya sudah antar Nana pulang, Saya Farah"

"Sama-sama, tadi bertemu Austin katanya nangis jadi di bujuk Austin biar mau pulang"

"Oh...Terimakasih ya sayang"

"Sama-sama"

Setelah mengatakan itu, Austin menyembunyikan wajahnya di ceruk leher leher papanga malau-malu. Ansel hanya menggeleng pelan lalu tersenyum.

"sekali lagi makasih ya?"

"Sama-sama, kalau begitu saya pamit"

"Tidak mampir dulu? oh iya sebentar tunggu sini ya saya ambil sesuatu buat Austin"

"Eh tidak usah, saya tidak minta imbalan kok"

"Siapa yang ngasih kamu, orang saya ngasih Austin bentar saja" Oke skakmat, Ansel terdiam.

Farah buru-buru masuk dan mengambil paperbag warna coklat berisi kotak besar dengan pita cantik, dia memberikan kepada Ansel karena Austin masih malu.

"Jadi ngrepotin"

"Tidak kok, itu biskuit kesukaan anak-anak dan kebetulan beli lebih jadi buat Austin aja daripada tidak ada yang makan mubazir"

"Makasih ya, Austin bilang makasih ayo"

"Eum...makasi.." Wajahnya memerah lalu kembali menyembunyikan wajahnya di leher Ansel.

"Sama-sama"

"Terimakasih paman baik" Ucap Nana dengan senyum yang terpatri di wajahnya.

"Sama-sama, Jangan Kabur lagi ya" Jawab Ansel dengan mengusak rambut Nana

Setelahnya Ansel pamit dan pergi ke mobilnya dengan melambaikan tangan pada Nana yang sudah di gandengan bundanya. Nana membalas lambaian tangan dan tersenyum manis ke arah Ansel dan Austin sampai mobil mereka menjauh dari sana.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post