Vidyalisha Naira Setiadi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepucuk Surat Dari Goa (3)
Foto: Google

Sepucuk Surat Dari Goa (3)

“Dek, sebentar lagi baterai handphone kakak habis. Ayo kita pulang!” ajak Kak Eliv kepada Meidina.

Mereka berdua akhirnya keluar goa dan kembali ke penginapan dengan sepeda masing-masing. Udara semakin dingin menjelang malam. Rasa dinginnya sudah menembus baju tebal yang dipakai mereka. Mereka mengayuh sepeda dengan sangat cepat.

Tidak berapa lama, mereka sampai di penginapan. Kemudian mereka mandi, sholat maghrib dan makan malam besama. Setelah makan malam, Meidina mengeluarkan surat dan menunjukkannya kepada ayah mereka.

“Papa, aku punya ini… Papa bisa tolong bacakan gak?” Meidina memperlihatkan kertas surat yang agak kuning dan sedikit kotor.

“Apa ini?” Ayah segera mengambil dan membacanya. Kelihatannya Ayah mereka mengerti isi surat itu. Tampak wajah ayah tersenyum ketika membacanya. “Kamu dapat surat ini dari mana?” tanyanya kemudian.

Meidina tidak menjawab. Matanya hanya melihat ke arah Kak Eliv. Kak Eliv terkejut, baru tahu kalau surat itu dibawa pulang oleh adiknya. Kak Eliv menganggukkan kepala kepada Meidina.

“Aku temukan di jalan saat bersepeda tadi sore, Pa,” jawab Meidina. ”Aku gak tahu artinya, jadi aku bawa pulang.”

“Oh… surat ini ditulis dalam bahasa Belanda. Sepertinya surat ini ditulis oleh seorang ayah untuk anaknya yang bernama Arabella. Disini dituliskan bahwa ayahnya harus pergi dalam waktu lama. Sehingga beliau menuliskan banyak pesan untuk anaknya yang masih tinggal di Indonesia bersama ibunya. Beliau mengingatkan anaknya untuk rajin belajar agar cita-citanya untuk menjadi seorang dokter tercapai.” Demikianlah ayah berkisah setelah surat itu selesai dibaca. Surat itu kembali dilipat ayah sebelum diberikan kembali kepada Meidina.

“Simpan baik-baik surat ini ya nak... Untuk mengingatkanmu belajar dengan sungguh-sungguh. Dan kamu juga perlu belajar bahasa negara lain. Agar wawasanmu lebih luas. Dan bisa baca surat ini sendiri.” Ayah meneruskan ucapannya sambil mengelus kepala Meidina.

Meidina menyimpan surat itu kembali ke dalam kantong celananya. Dalam hati ia berjanji untuk menuruti pesan ayahnya. Bahkan ia sempat berpikir suatu ketika bisa mengikuti jejak ayahnya sekolah di luar negeri. Ayah mereka pernah kuliah di Belanda.

Kini teka-teki isi surat itupun terjawab sudah.

Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, yg ditunggu tlah tiba..

10 Oct
Balas

Terima kasih Aila sudah membaca cerita saya. Cerpen ini masuk 15 besar lomba cerpen anak tingkat nasional. Sudah dibukukan juga oleh penyelenggara lomba.

12 Oct

Semangatttt ^^

10 Oct
Balas

Terima kasih Azzahida. Semangat juga ya, Kamu .....

12 Oct

Jazakillah ^^

15 Oct



search

New Post