Vidyalisha Naira Setiadi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepucuk Surat dari Goa (2)

Sepucuk Surat dari Goa (2)

Saat Kak Eliv dan Meidina di tengah goa, Kak Eliv terjatuh, ia merasa menyandung sesuatu di pinggir goa yang mereka temukan. Meidina pun membantu kakaknya, untuk bangun

‘’Kenapa Kak? Kok Kakak jatuh, memangnya Kakak tersandung apa?’’ tanya Meidina sambil menepuk-nepuk baju Kak Eliv yang kotor, karena jatuh barusan

’Nggak tau Dek, sepertinya ada sesuatu di sini’’ jawab Kak Eliv sambil menyenter gundukan tanah yang membuatnya tersandung. Akhirnya, kak Eliv memutuskan untuk menggali gundukan tanah itu. Mereka mencari-cari sesuatu yang bisa untuk menggali tanah itu. Akhirnya ada sepotong besi tua dekat gundukan tanah itu. Setelah mereka gali bersama-sama, mereka menemukan suatu benda. Kak Eliv menyenter benda itu namun Kak Eliv belum bisa menebak, karena masih tertutupi banyak oleh tanah dan debu. Meidina pun penasaran, dengan benda yang baru saja mereka temukan. Akhirnya penggalian pun mereka lanjutkan. Akhirnya Kak Eliv bisa menerka, bahwa itu seperti sebuah peti tua.

‘’Dek, sepertinya … ini sebuah peti yang sudah tua,’’ ujar Kak Eliv, sambil menyenter kembali dengan teliti. Mereka memastikan apakah itu benar peti, ataukah hanya batu berbentuk kotak. Setelah di senter lebih seksama oleh kak Eliv, ternyata itu benar sebuah peti. Dengan rasa semangat, Meidina dan kak Eliv membuka peti itu perlahan. Alangkah terkejutnya mereka saat mengetahui isi dari peti yang mereka jumpai.

‘’Wah, disini ada sebuah surat, kita baca suratnya yuk dek!’’ ajak Kak Eliv, sambil membuka lipatan surat yang ia temukan dalam peti itu.

‘’Iya Kak’’ jawab Meidina adiknya.

Setelah surat itu dibuka, surat itu memakai tulisan tangan, tetapi Kak Eliv dan Meidina tidak bisa membacanya. Karena tulisan di dalam surat itu menggunakan bahasa yang tidak dipahami Kak Eliv dan Meidina. Akhirnya Kak Eliv menaruh lagi surat itu di dalam peti. Tapi Meidina masih penasaran dengan surat yang mereka temukan. Meidina mengamati seluruh tulisannya, hingga tulisannya habis. Meidina hanya mengerti angka 1778 yang ada di surat itu. Meidina memasukan surat itu ke dalam saku bajunya tanpa sepengetahuan kakaknya.

“Dek, sebentar lagi baterai handphone kakak habis. Ayo kita pulang!” ajak Kak Eliv kepada Meidina.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post