Ellen berlari dengan napas tersengal, mencari Nicole disuruh penjuru istana. Dia hendak meminta pertanggungjawaban pada Nicole. Seberapa keras pun dia berteriak, menyebut-nyebut nama pelayan menyebalkannya itu, sosok Nicole tidak muncul. Rintik-rintik hujan membuat penglihatannya buram.

“Hoooii.., Nicole..! Tanggung jawab! Tanggung jawab!” dia berteriak-teriak kencang.

Ellen terdiam. Dia segera sadar kalau apa yang dia lakukan tidak akan membuahkan hasil. Nicole pasti sudah kabur entah ke mana untuk menghindari kemarahannya. Kemudian, dia mendapatkan ide. Dia akan pergi untuk menemui Cichi, Neneknya Wizzie. Mungkin Cichi tahu, apa yang harus dia lakukan.

Ellen mengambil sapu terbangnya di kamarnya, lalu menaikinya dan meluncur di udara, melintasi jendela kamarnya. Hujan yang semakin deras membuatnya harus memakai kacamata anti-buram. Petir beberapa kali menyambar, membuat Ellen harus berkelit agar tidak tersambar. Dia tidak sadar kalau dia sama terangnya dengan petir yang menyambar-nyambar itu. Ellen merapatkan jas hujannya, menggigil kedinginan. Cuaca kali ini di luar perkiraan. Ellen tidak terlalu menyukai hujan yang seperti ini.

Dua jam perjalanan berhasil ditempuh. Dia sampai di Witchmeadow, kemudian segera pergi ke rumah Wizzie yang kosong. Dia berhasil menemukan lap bermotif bintang di salah satu laci, kemudian mengusapkannya ke salah satu sisi lemari buku. Ellen segera masuk ke dalam lemari buku yang terbuka, lalu mengucapkan mantra. Setelah berputar selama beberapa menit, dia terlempar ke lorong Kastil Milionell yang gelap.

Ellen melangkah di lorong gelap, berusaha mencari Cichi. Apakah Cichi sedang ada di sini? Ellen menghela napas, mencoba peruntungan. Dia terus mengelilingi kastil.

“Cichi!” Ellen berseru girang. Arwah Cichi melayang di lorong kosong.

Tatapan Cichi yang selalu hangat berubah menjadi tatapan kosong. Dia menatap Ellen dengan sedemikian rupa, membuat Ellen merasa merinding. Tatapan mata Cichi bagaikan menembus dirinya dan meninggalkan rasa sakit. Ellen memegangi kepalanya yang terasa pusing. Tatapan Cichi itu sangat mirip dengan tatapan Nicole tadi.

Ellen jatuh terduduk, mengerang. Kepalanya terasa semakin pusing. Kenangan-kenangan mengerikan berputar di kepalanya. Peristiwa-peristiwa maut. Ketika dia mendapati Ayahnya tiada di Angelstep, kejadian ketika Cichi meninggal, malapetaka besar yang disebabkan oleh Rown, dan sebagainya, seolah diputar kembali di kepalanya.

Tiba-tiba, rasa pusing itu berhenti. Ellen mendongak.

“Ahh.., maafkan aku. Sepertinya ada hantu jahat yang menguasai diriku,” Cichi melambaikan tangannya.

“Ha.. hantu jahat? Hantu jahat macam apa?” Ellen menahan napas, merasa bingung. Udara di sekitarnya dingin seperti es.

“Iya, lupakan saja, lah. Ada apa kamu kemari, Ellen? Di mana Wizzie?” Cichi bertanya.

Ellen pun menceritakan semua yang terjadi tadi, yang menyebabkan dia datang ke Kastil Milionell untuk menemui Cichi.

“Itu berarti akan terjadi sesuatu yang mengerikan. Pemberontakan dan semacamnya,” Cichi mengangkat bahu. “Tapi, siapa Nicole..? Sepertinya aku pernah mendengar namanya.”

Pemberontakan? Ellen terdiam. Berbagai pertanyaan meledak-ledak dalam hatinya. Pemberontakan.., itu sama seperti yang dikatakan oleh hantu misterius di gua di Ghost Island, yang datang menemuinya.

Untuk pertama kalinya, Ellen sadar, di mana dia pernah melihat Nicole. Nicole.. adalah sosok lain dari hantu yang dia lihat. Sosok lain yang samar dan hanya terlihat sekilas.