NEVER GIVE UP

“Kak Kakak!” panggil anak kecil.

“Ada apa?” tanya kakak.

“Lihat ini kak! Aku barusan membuat kuda-kudaan, tapi malah rusak!” jawab sang adik.

Kakak tersenyum sambil mengelus kepala adik tersayangnya. Ia kembali berdiri tanpa memberi jawaban. Adiknya murung lalu keluar dapur tempat kakaknya memasak.

Maaf ya Isa, kakak tidak mengerti yang seperti itu. Batin kakaknya penuh penyesalan.

.

.

.

Di sebuah desa, tinggallah tiga anak di sebuah rumah yang sederhana bersama nenek mereka yang sudah lansia. Sang kakak perempuan bernama Rui yang baru berumur 13 tahun harus sanggup menghidupi nenek dan kedua adiknya yang masih kecil, Isa 8 tahun dan Shafia 3 tahun.

“Nek, ini makan ya...” ujar Rui pada neneknya.

“Isa kenapa? Kok kayak murung begitu?” sahut nenek malah bertanya.

Rui memandang ke luar jendela melihat Isa yang sedang berdiri di bawah naungan pohon.

“Tidak papa kok nek. Nenek tidak usah mengkhawatirkan Isa. Biar aku saja yang mengurusinya. Nenek makan saja ya...” jawab Rui lembut.

Rui berjalan cepat ke arah Shafia, diangkatnya tubuh mungil Shafia keluar rumah.

“Isa!” panggil Rui.

Isa memandang kakaknya yang berlari kecil ke arahnya.

“Hmmm?”

“Huft! Isa. Maafin kakak ya Sa... kakak bukan bermaksud biarin Isa, cuma kakak saja tidak mengerti Isa mau apa?” kata Rui meminta maaf.

“Tidak papa kok kak! Isa juga tidak marah dengan kakak...” jawab Isa tersenyum.

“Terima kasih ya Isa sudah mengerti kakak...” kata Rui.

Isa menangguk pelan.

“Uh!” Rui menurunkan Shafia dari gendongannya.

Ia menggandeng Shafia dan menghampiri Isa lalu merangkulnya.

“Kakak juga dulu seperti Isa saat ayah dan ibu masih hidup...” ujar Rui semangat.

“Seperti Isa?” tanya Isa.

“Iya,” jawab Rui singkat.

“Gimana kak ceritain dong kak ceritain!” pinta Isa.

“Shafia juga mau diceritain kak!” pinta Shafia juga.

Rui tersenyum bahagia lalu duduk di atas rumput hijau sambil merangkul Isa dan memangku Shafia.

BERSAMBUNG...