Syahida Amalina A'la

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kebaikan Dalam Kejahatan || Full Episode!!!

Kebaikan Dalam Kejahatan || Full Episode!!!

Asma melihat kalender di sebelahnya. Yap! 2 hari lagi adalah hari ulang tahun Laila, sahabatnya. Asma sudah tak sabar untuk memberikan hadiah ulang tahunnya kepada Laila. Besok, ia berniat membelikan kado untuk Laila dengan uang tabungannya.

Asma melihat jam dinding. Oh tidak! Sudah jam 10 malam! Besok memang hari Minggu. Tapi toko kado yang akan didatangi Asma hanya buka sampai jam setengah 10 pagi. Kalau ia tak cepat-cepat tidur, ia akan terlambat bangun dan tidak sempat membelikan kado istimewa untuk Laila.

Asma berbaring di kasur dan memejamkan matanya. Tak lama, ia pun sudah terlelap.

Esoknya, Asma bangun dengan senyum mengembang diwajahnya. Asma membuka jendela kamarnya dan udara pagi yang segar menyembur ke dalam. Asma melihat Bunda yang sedang berkebun. Bunda memang gemar menanam bunga mawar yang berwarna merah cantik. Asma berniat meminta pada Bunda untuk memberinya beberapa tangkai untuk ia rangkai menjadi buket yang nantinya akan ia berikan ke Laila sebagai hadiah disamping hadiah yang hari ini akan dibelinya.

Asma melangkah ke kebun. Bunga Mawar yang ditanam Bunda memang terlihat segar. Asma menghampiri Bunda.

"Bunda, Asma boleh minta beberapa tangkai bunga?" Tanya Asma.

"Untuk apa, Asma?" Tanya Bunda balik.

"Asma mau membuatkan buket bunga untuk hadiah ulang tahun Laila besok. Laila juga suka Bunga Mawar." Jawab Asma.

"O, begitu. Kalau untuk hadiah boleg dong. Nanti bunda bantu bikin buketnya, ya." Kata Bunda.

"Oke, Bunda." Jawab Asma bersemangat.

Lalu dia kembali ke kamarnya untuk mengambil pakaian dan bersiap untuk mandi. Selesai mandi, Asma sarapan bersama Bunda. Ayah sedang tidak ada. Sedang ada dinas di luar kota katanya. Setelah sarapan, Asma berlari ke kamarnya untuk membuka uang tabungannya. Ternyata ada 50.000. Asma memasukkannya ke tas dan berpamitan pada Bunda.

Di jalan, Asma melihat seorang anak kecil yang sedang menangis. Asma menghampirinya dan bertanya kenapa ia menangis.

"Tadi ada anak jahat yang mengambil permenku..." Kata anak kecil itu sambil menangis terus.

"Oo begitu. Sebentar ya. Aku akan belikan kamu permen baru." Kata Asma sambil bangkit menuju warung. Setelah ia membeli permen, Asma kembali ke tempat anak kecil yang menangis tadi.

"Ini permennya." Kata Asma sembari memberikan permen yang ia beli pada anak kecil itu.

"Terimakasih." Katanya.

Tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki yang berwajah ramah. Anak itu menghampiri Asma yang sefang memberikan permen pada anak kecil yang menangis. Anak laki-laki itu lalu berkata.

"Kenapa, sekolah? Kok menangis?"

"Oo, jadi kakak ini adalah kakak dari adik yang menangis ini?" Tanya Asma dengan ramah.

"Iya. Memangnya Ada apa?" Tanya Anak laki-laki itu.

"Tadi ada anak yang mengambil permen yang sedang dimakan oleh adik ini. Lalu aku membelikannya permen yang baru." Jawab Asma.

"Waah... Terimakasih ya." Kata Anak laki-laki itu.

"Iya. Sama-sama." Kata Asma sambil tersenyum.

Asma lalu melanjutkan perjalanan menuju toko kado. Di sepanjang perjalanan, Asma termenung memikirkan kejadian yang baru saja ia alami. Setahu Asma, ia juga memiliki seorang kakak laki-laki yang telah lama menghilang. Bunda pernah menceritakan tentang Kakaknya pada Asma. Bunda bilang, Kakak Asma dulu pernah menghilang saat sedang bermain bersama teman-teman nya. Dari dulu, di daerah tempat tinggal Asma memang rawan terjadi penculikan. Terutama di sore hari setelah anak-anak pulang sekolah. Tapi kejadian itu sudah 10 tahun yang lalu. Kata Bunda, Asma tak perlu takut pada penculik dan sebagainya lagi karena sekarang daerah tempat tinggal Asma sudah dilengkapi dengan CCTV yang tersebar. Meski demikian, Bunda tetap menyuruh Asma untuk berhati-hati pada orang tak dikenal.

Asma juga sangat ingin bertemu dengan kakak nya yang belum pernah ia lihat. Bunda juga pernah bercerita bahwa kakaknya itu menghilang selama berhari-hari sampai akhirnya petugas keamanan dan polisi yang ikut mencari berhenti melakukan pencarian.

Akhirnya Asma sampai di Toko yang ingin ditujunya. Asma sengaja membeli kado dengan harga murah agar ia bisa membeli banyak hadiah. Hal yang paling disukai Laila adalah aksesoris bergambar bunga mawar. Jadi Asma menghabiskan uangnya untuk hadiah-hadiah bergambar bunga mawar.

Kak Aini, penjaga Toko Kado itu melihat Asma dengan senang. Karena setiap kali berkunjung ke tokonya, Asma selalu membeli dalam jumlah banyak. Asma juga bersikap sangat ramah dan sopan. Jadi Kak Aini sering memberinya bonus besar-besaran. Seperti kali ini. Kak Aini juga memberinya sebuah note book kecil bergambar daisy, pulpen dengan gantungan bunga daisy, gantungan kunci bunga daisy, dan 5 buah permen asam kesukaan Asma.

Asma menerima hadiah itu dengan senang dan berterimakasih. Asma memang paling senang saat mendapat hadiah tak terduga. Apalagi semua hadiah itu bergambar bunga daisy, bunga kesukaannya. Kak Aini tau bunga kesukaan Asma. Ia juga merasa senang saat membuat Asma senang.

Sampai di rumah, Asma diajak Bunda ke Kebun untuk memetik bunga mawar yang akan dibuat buket. Asma memilih bunga yang paling besar dan paling merah. Bunda mengizinkan Asma memetik 5 kuntum bunga. Dengan 5 tangkai pun, Asma yakin buket yang akan dibuat tetap akan sangat cantik.

Bunda membantu Asma merangkai bunganya. Asma mengikat bunga itu dengan pita berwarna perak. Menurut Asma, buket itu cantik sekali. Bunda juga berpendapat sama.

Malam harinya, Asma memeriksa pesan di ponselnya. Asma melihat pesan dari Laila untuk nya.

"Hai Asma. Besok sore sepulang sekolah, main ke rumahku ya. Aku yakin kamu bakalan mau datang. Aku udah siapin hadiah dan kue special buat kamu ♥"

Begitu pesannya.

Asma menjawabnya,

"Insya Allah. Makasih banyak buat hadiah dan kue specialnya. Aku juga bawain kamu hadiah yang banyak. Tadi siang aku juga bikin buket mawar bareng Bunda. Mau ku fotoin buketnya?"

Tak lama muncul pesan dari Laila.

"Waah... Makasih~. Boleh dong, fotoin."

Asma lalu membuat foto buket tersebut. Ia juga mengedit foto itu sedikit. Setelah dirasa foto itu sempurna, Asma mengirimnya ke Laila yang langsunh membalasnya,

"Waah... Cantik banget. Aku suka sama pita peraknya. Bercampur sama warna merah mawarnya beneran cocok!~"

Setelah mengobrol sebentar dengan Laila perihal hadiah yang akan saling mereka berikan, Asma menaruh ponselnya dan langsung tidur karena lelah. Asma tak sabar menunggu hari esok yang menurutnya akan sangat menyenangkan. Tapi Asma tak pernah tau bahwa esok dia akan mengalami hal yang menyebabkan hidupnya berubah...

Esoknya, Asma bangun pagi-pagi sekali dan bersiap pergi ke sekolah. Di sekolah, ia sangat tidak sabar bertemu dengan Laila sorenya. Karenanya Asma sangat menunggu-nunggu bel sekolah berbunyi. Karenanya, Asma sangat senang saat bel berdering. Ia bergegas kembali ke Rumah untuk bersiap-siap berangkat ke Rumah Laila.

Asma mengenakan pakaiannya yang paling bagus, mandi, menyiapkan kado-kadonya dalam tas, memakai jaket hangat, dan memasukkan ponselnya ke dalam kantung. Asma turun ke bawah dan pamit pada Bunda. Bunda memandang Asma dengan agak heran.

"Kayak lagi lebaran aja, nih. Beneran gak papa pakai baju itu?" Tanya Bunda.

"Ya gak papa dong, Bunda. Lagian lebaran kan masih lama." Jawab Asma sambil menunjukkan deretan giginya yang putih bersih.

"Oke deh. Tapi pulang sebelum maghrib ya, Sayang. Soalnya Ayah akan pulang dari Jakarta hari ini..." Kata Bunda lagi.

"Insya Allah, Bunda. Asma juga gak sabar ketemu Ayah." Kata Asma.

Asma melangkah keluar. Terbayang sudah dalan benaknya keseruan yang akan dia alami bersama Laila. Karena sedang girang, Asma ingin merekam perjalanannya menuju Rumah Laila dengan kamera ponselnya. Asmapun mengeluarkan ponsel dan mulai merekam. Tapi saat Asma melihat banyak orang yang memandangnya dengan heran, Asma menjadi malu. Karenanya, ia memutuskan untuk merekam suara saja.

Perjalanan ke Rumah Laila terasa lama dari biasanya. Akhirnya, Asma sampai di tikungan ke dua menuju Rumah Laila. Tapi anehnya, jalan disana sangat sunyi. Tak ada orang yang melintas.

Tapi tiba-tiba, Asma mendengar langkah kaki didekatnya. Asma menoleh ke belakang dan samping. Tapi tak ada siapa-siapa. Hanya kesunyian dan semilir angin sore yang menerpa wajahnya.

"Krak, tap tap."

Langkah itu terdengar lagi. Seperti ada seseorang yang berjalan mengendap-ngendap. Hati Asma berdebar keras. Siapa itu? Asma tak pernah merasa setakut ini sebelumnya. Tubuhnya mulai terasa dingin. Ia mempercepat langkahnya menuju Rumah Laila.

Dua detik kemudian, Asma merasa tangannya dicengkram erat dari belakang. Barang-barang yang ia bawa terjatuh ke tanah. Semua hadiahnya untuk Laila berhamburan. Asma hendak berteriak. Tapi kelu karena orang yang menyergapnya menutup mulutnya terlalu keras. Tanpa banyak perlawanan, Asmapun tak sadarkan diri. Ia merasa dirinya di angkat dan didudukkan di atas sesuatu yang agak empuk. Setelahnya, hanya kegelapan saja yang ia ketahui...

Sementara itu di rumahnya, Laila menunggu dengan sabar. Saat jam sudah menunjukkan pukul 5, ia sudah khawatir Asma tak jadi datang. Asma belum memberinya kabar apa-apa tentang keterlambatan ini. Sebelumnya, Asma juga jarang datang terlambat. Karenanya, Laila benar-benar khawatir. Ia seperti merasa suara Asma terngiang di pikirannya. Bukan tentang kegembiraan. Tapi teriakan minta tolong.

Jam setengah 6 sore, Laila meminta ayahnya untuk mengantarkannya ke rumah Asma. Barangkali ada masalah. Laila memang tidak diperbolehkan keluar rumah sendirian lebih dari jam 5 sore. Setelah mendengar alasan Laila untuk meminta diantarkan ke Rumah Asma, Ayah Laila, Pak Hamid mengantarkan Laila ke Rumah Asma.

Diluar sudah gelap dan dingin. Menyisakan angin malam yang menusuk ke rusuk. Laila membawa senter yang terang cahayanya. Ia dan ayahnya terus berjalan, sampai di tempat Asma diculik.

Laila langsung melihat barang-barang Asma yang berceceran. Laila tertegun. Rasa cemas mengalir di sekujur tubuhnya menyisakan pertanyaan yang berkelebat di hatinya. Laila mununduk dan memunguti barang-barang Asma. Laila tau itu adalah hadiah yang akan Asma berikan padanya karena sebelumnya ia sudah mendapatkan cerita tentang hadiah-hadiah itu dari Asma lewat chat.

Laila menyorotkan senternya ke sana kemari untuk mencari barang-barang Asma lainnya. Dibantu ayahnya yang juga merasa heran, Laila memungutinya satu persatu. Tiba-tiba, sorotan senternya terarah ke sebuah benda berbentuk persegi. Ponsel!! Laila mengambilnya. Itu ponsel Asma. Ia mengetahuinya dari chasing hp Asma yang dihiasi gambar bunga kesukaan nya, Daisy.

Laila melihat perekam suara di ponsel Asma masih menyala. Belum sempat ia menekan tombol play, Laila mendengar suara beberapa orang memanggil nama Asma. Itu suara Ayah dan Bunda Asma! Jadi, ada apa sebenarnya dengan kejadian ini?

Bunda Asma, Bu Risma melihat Laila dan ayahnya. Dengan nada khawatir, ia bertanya pada Laila perihal keberadaan Ahati.

"Maaf, Tante. Tapi aku juga gak tau Asma ada dimana sekarang. Tadi dia tidak datang ke Rumahku seperti yang ia katakan kemarin. Tapi aku menemukan barang-barang dan ponselnya tergeletak di tanah. Perekam suara di ponselnya juga masih menyala. Tante bisa dengar suara dari perekam itu. Mungkin itu juga bukti..." Kata Laila menjelaskan.

"Pak Hamid, boleh anda datang ke Rumah kami bersama Laila? Kita membicarakan hal ini disana." Kata Ayah Asma, Pak Rahman.

"Iya, baik. Saya akan datang dengan senang hati." Jawab Pak Hamid.

Akhirnya, rombongan kecil itu pergi ke Rumah keluarga Asma. Sesampainya disana, Azan Maghrib berkumandang. Setelah shalat, semua berkumpul di Ruang Tengah untuk mendengarkan rekaman dari ponsel Asma. Laila mendengar dengan napas hampir tertahan. Di tangannga masih tergenggam hadiah-hadiah Asma. Tubuhnya menggigil. Bukan karena dingin. Tapi karena tegang.

Dalam rekaman itu, terdengar suara Asma yang menyapa Bu RT dan Kak Aini yang tak sengaja ditemuinya di jalan. Kak Aini menanyakan tujuan Asma pergi. Asma menjawab dengan jawaban "Rahasia". Setelah itu selama 2 menit setelahnya hanya bunyi semilir angin yang terdengar. Itulah saat Asma memasuki jalan sunyi dekat tempat tinggal Laila. Sayup-sayup, terdengar suara Asma tersentak. Setelah itu terdengar seperti bunyi benda berjatuhan yang disusul dengan suara mesin mobil. Lalu, terdengar suara orang berbisik-bisik. "Semua aman?" Tanya suara pertama. "Ya! Masukkan dia ke jok belakang. Disana aman." Jawab suara kedua. Terdengar suara langkah kaki pelan dan setelah itu hanya kesunyian saja yang terekam.

Laila semakin merasa khawatir. Asma, dimana kamu? Katanya berulang-ulang dalam hati.

Sementara itu, Asma masih belum sadar. Ia pingsan di jok belakang mobil si penculik. Setelah sekitar 1 jam perjalanan, Mobil memasuki sebuah jalan gelap dan sempit. Tapi tetap bisa dilalui mobil. Di ujung jalan, terlihat sebuah gedung besar berterali besi. Tak cukup itu saja, terali itu dialiri listrik tegangan tinggi. Mobil membunyikan klakson keras-keras. Tapi tak ada yang membukakan gerbang.

"Apa-apaan ini? Mana Mbak Tata? Kenapa gak dibukain pintu gerbangnya?! Awas aja!" Kata penculik pertama yang memegang roda kemudi.

"Sebentar. Aku telephone dulu. Ketiduran apa ya, Mbak Tata?!" Kata penculik kedua yang duduk di sebelah supir.

Setelah itu terjadi kegaduhan. Orang yang mereka sebut Mbak Tata tak juga membukakan gerbang. Setelah 10 kali di telephone tapi tak diangkat, kedua penculik itu membuka kunci pintu mobil untuk membuka sendiri gerbang bangunan itu. Alhasil, semua kunci pintu di mobil itu terbuka.

Asma menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Ia terbangun karena suara ribut-ribut yang didengarnya. Sesaat ia masih pusing. Tapi kemudian tubuhnya biasa lagi. Dengan hati-hati, Asma membuka pintu mobil. Para penculik tak ada yang menyadarinya karena mereka tengah sibuk membuka gerbang yang ternyata hanya bisa dibuka dari dalam.

Karena kebisingan yang terjadi, para penculik itu tidak ada yang menyadari bunyi pintu mobil yang dibanting Asma. Dengan hati-hati, Asma segera berlari menjauhi tempat itu. Ia berlari hingga sampai di tikungan. Setelah itu ia memasuki lorong yang gelap mencekam. Tapi itu semua dihiraukannya. Yang diingatnya saat ini hanya satu. Kabur selekas mungkin ke tempat aman apapun yang bisa dijangkaunya. Akhirnya Asma sampai ke jalan besar. Meski banyak motor dan mobil berlalu lalang, tapi jumlahnya masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan lebar jalannya.

Asma berusaha mencari tumpangan. Tapi usahanya gagal. Ia merasa dilema. Jika ia semakin menjauhi tempat itu, ia akan tersesat. Tapi jika ia tak segera menjauhi tempat itu, Asma khawatir para penculik itu akan bisa menyadari kalau Asma kabur lalu mencarinya. Asma berjalan mondar-mandir. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan menjauhi tempat itu.

Asma berjalan ke arah kanan. Hari sudah gelap. Asma kedinginan dan kelelahan. Tapi ia bertekad untuk terus. Akhirnya Asma benar-benar kelelahan. Ia duduk sebentar di trotoar. Setelah merasa lebih segar, Asma melanjutkan langkahnya. Ia memikirkan tentang hal yang terjadi padanya. Semua begitu tiba-tiba. Asma yakin keluarganya pasti cemas. Laila juga pasti merasa demikian. Laila sangat perhatian pada Asma. Mereka seperti adik kakak. Karenanya, Asma sangat menyukai Laila.

Tiba-tiba, ia merasa ada yang menariknya ke belakang. Asma begitu sibuk berfikir sampai tak menyadari sekitarnya. Ternyata para penculik itu menyadari Asma kabur dan langsung mengejarnya. Asma berusaha berteriak. Kini jalanan benar-benar kosong tanpa seorangpun yang tampak. Asma semakin ketakutan.

Asma diseret masuk lagi ke mobil. Di mobil, tangannya diikat kebelakang. Mulutnya di sumpal. Sementara para penculik membawanya kembali ke gedung berterali itu. Ternyata, pintu gerbang sudah berhasil mereka buka. Karenanya, mobil melaju dengan kecepatan penuh. Asma memperhatikan sekitarnya. Ia tak mengenali tempat ini. Terlihat olehnya sebuah bangunan tinggi dan besar yang gelap tanpa disinari rembulan. Saat itu malam bulan purnama. Tapi awan menghalangi cahaya bulan sehingga keadaan menjadi benar-benar gelap. Tak ada penerang yang terlihat dari gedung itu yang membuatnya menjadi semakin terlihat mencekam...

Asma dimasukkan ke sebuah kamar dalam gedung itu. Tempat itu bisa dibilang sangat nyaman. Ada ranjang empuk dan nyaman lengkap dengan bantal, guling, dan selimut. Ada sofa di pojok, meja kayu yang besar, dan lemari yang berisi selimut bertumpuk-tumpuk. Tapi diatas itu semua, Asma tetap ketakutan. Ia semakin merasa tidak nyaman.

Para penculik itu menguncinya di kamar yang nyaman itu. 30 menit kemudian, Asma mendengar langkah kaki mendekati kamarnya. Asma mendekatkan diri ke pintu. Tiba-tiba, didengarnya suara orang bercakap-cakap. Asma menjadi semakin ingin tau. Di letakkannya telinganya di daun pintu.

"Siapa gadis yang kamu kurung itu?" Tanya suara pertama.

"Namanya Asma" Jawab suara kedua.

"Kamu tau dari mana?" Tanya suara pertama

"Dulu aku juga punya adik perempuan bernama Asma. Saat aku bergabung dengan kalian, aku semakin mempertanyakan keberadaan adikku dan keluargaku. Jadi aku berusaha mencari keberadaan keluargaku dengan melakukan pekerjaan ini." Jawab suara kedua.

"Oo, baiklah. Semoga berhasil, kawan!" Kata suara pertama.

Setelah itu, hanya kesunyian dan langkah kaki yang di dengar Asma. Kakinya sudah terasa sangat pegal. Karenanya, Asma segera berbaring di ranjang. Tapi tak lama kemudian, ia sudah bangun lagi karena pintu kamarnya di dobrak dari luar. Asma kaget dan cepat-cepat bangun. Dilihatnya salah seorang penculik membawa sekendi air.

Tanpa mengatakan apa-apa pada Asma, ia meletakkan kendi berisi air itu di meja lalu melenggang pergi begitu saja. Meski begitu, Asma yakin ia adalah salah seorang penculik yang tadi membawanya ketempat menyeramkan seperti ini.

Karena haus, Asma mengambil kendi berisi air itu dan menuangkannya di gelas yang tersedia di meja. Tapi, Asma malah terdiam. Ia melihat sesuati didasar meja yang tertutup kendi. Selembar kertas yang terlipat!

Asma meletakkan kendi di atas meja dan mengambil lipatan kertas itu. Dengan gemetar, dibukanya kertas itu dan dibentangkan di atas meja. Didalamnya, ada tulisan yang terukir rapi. Dengan mudah, Asma bisa membaca tulisan itu.

"Namamu memang Asma kan? Itu bukan nama palsu dan sebagainya? Apa kamu pernah mendengar cerita tentang kakak laki-laki mu? Atau apakah kamu anak tunggal? Kamu tak perlu tau siapa yang menulis ini. Tapi tolong jawab tulisan ini. Di lemari dalam kamarmu, ada selembar kertas dan sebatang pena. Ambil dan tulis jawabanmu di kertas itu lalu selipkan jawabannya melalui celah dibawah pintu besok pagi jam 8!"

Asma mendongak mencari jam dinding. Ah, itu dia! Ternyata sekarang sudah sangat larut. Jam setengah satu malam. Asma kembali menatap kertas yang terbentang di didepannya. Apa maksud tulisan ini? Itulah yang ada di pikiran Asma yang sedang kacau...

Hati nuraninya mengatakan, ia harus melakukan apa yang di instruksikan dalam surat tak bertuan itu. Karenanya, Asma berjalan ke lemari besar dan mencari kertas serta pena yang katanya ada di dalam ,Asma menemukannya dan segera mengambilnya. Setelah itu ia mulai menulis jawabannya di kertas tersebut.

"Iya. Aku Asma. Nama lengkapku Al-Asma Fauziah Hafidzah. Aku memang pernah mendengar cerita tentang kakak laki-laki ku dari bunda. Tapi kata Bunda, kakak sudah tidak ada harapan lagi untuk dicari. Jadi sekarang, aku dianggap anak tunggal oleh ayah dan bunda. Kata bunda, kakakku di culik saat sore hari dan sejak itu tak pernah kembali..."

Itulah isi jawaban Asma yang ditulisnya dengan tangan gemetar. Ketakutan masih menyelimuti sekujur tubuhnya. Dinginnya malam tak ia hiraukan. Terlebih dengan suasana mencekam yang menyelimuti gedung itu. Asma melipat kertas dan menaruhnya dalam kantung. Setelah itu, ia mencoba untuk tidur. Asma berbaring di ranjang dan menatap langit-langit. Ia berharap, besok menjadi hari yang lebih indah.

Esoknya, Asma bangun dengan sekujur tubuhnya yang masih terasa pegal. Sinar mentari yang hangat menerpa wajahnya. Tiba-tiba ia teringat tentang surat yang kemarin ia jawab. Asma meraba kantungnya. Jemarinya menyentuh kertas yang ia maksudkan. Asma melempar pandangannya ke arah jam. Baru jam setengah 8. Ia memandang pintu dengan matanya yang sayu.

Pintu dibuka. Dan masuklah seorang wanita yang sudah kelihatan berumur. Wanita itu membawa sebuah bungkusan. Kelihatannya seperti bungkusan nasi padang. Asma memandang nya dengan kepingin. Ia memang sudah lapar dan haus. Wanita itu meletakkan bungkusan tadi di atas meja lalu menatap Asma dibalik kacamatanya yang bulat.

"Ini sarapanmu." Katanya singkat. Wanita itu sudah hendak melangkah keluar saat Asma memanggilnya.

"Maaf, anda siapa? Dan terimakasih untuk makanannya." Kata Asma.

"Panggil saja aku Mbak Tata." Jawab wanita itu tetap dengan singkat. Setelah itu, ia keluar.

Tanpa pikir panjang, Asma langsung memakan bungkusan yang tadi dibawakan oleh Wanita yang mengaku bernama Mbak Tata. Asma ingat pernah mendengar nama itu. Yaitu saat ia terbangun dalam mobil para penculik yang membawanya ke gedung menyeramkan itu.

Sambil makan, pikirannya melayang kemana-mana. Ia khawatir keluarganya dan Laila akan mencarinya kemana-mana. Bagi Asma gedung itu letaknya terpencil dan jarang dilalui orang. Karenanya, akan kecil kemungkinannya bagi orang-orang yang mencarinya menemukannya disini. Ia juga teringat pada cerita bunda tentang kakaknya. Asma tersadar, ia mengalami hal yang sama dengan kakaknya. Yaitu diculik. Apakah sekarang ia akan tetap terkurung dalam gedung menyeramkan itu selamanya seperti yang terjadi pada kakaknya?

Tiba-tiba Asma teringat pada surat yang kemarin malam. Asma menoleh ke arah jam. Oh tidak! 3 menit lagi ia harus menyelipkan jawaban dari surat tak bertuan itu ke celah di bawah pintu. Asma berjaga-jaga. Dan tepat jam 8, ia menyelipkan kertas jawabannya ke celah di bawah pintu. Setelah itu Asma melanjutkan kembali sarapannya.

Setelah sarapan, tak banyak yang bisa Asma lakukan. Karenanya Asma hanya berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit. Sesekali matanya terpejam karena memikirkan banyak hal. Sekitar pukul 9, pinti dibuka. Asma bangkit dan melihat salah seorang dari penculik. Ia adalah orang yang kemarin meletakkan kendi di atas meja.

Penculik itu meletakkan sepiring jajanan pasar di atas meja. Lagi-lagi ia keluar tanpa mengatakan apapun. Setelah melihat betapa banyak jajanan pasar yang disuguhkan padanya, Asma merasa dia diperlakukan seperti putri dalam dongeng. Meski begitu, Asma tetap merasa tak nyaman dengan suasana di gedung yang terlihat mencekam itu.

Untuk menenangkan perasaannya, Asma mengambil salah satu jajanan pasar yang terletak di atas meja. Asma memakannya. Tapi kemudian pandangannya menangkap benda yang seharusnya tidak ada di piring makanan. Segulung kertas kecil? Asmapun mengambil nya dan mulai menguraikan gulungan itu.

"Ternyata kamu memang Asma yang aku cari. Kamu tahu? Aku adalah kakakmu yang kabarnya telah hilang dan tak bisa ditemukan lagi. Terserah padamu mau percaya atau tidak. Tapi aku akan segera menemuimu nanti malam. Jangan beritahu siapapun ya..."

Begitu isi surat aneh itu. Asma hanya bisa bingung. Kakaknya? Kenapa orang yang menulis surat ini mengaku sebagai kakaknya? Asma sendiri tak terlalu ambil pusing dengan cerita lama kakaknya. Dia percaya pada Cerita bunda tentang kakaknya yang tak mungkin bisa kembali lagi. Tapi meski begitu, Asma merasa bahwa ia harus percaya pada isi surat itu. Karenanya, Asma bersabar menunggu malam tiba...

Akhirnya, malampun tiba. Jam 11 malam, Asma masih terjaga. Ia tak bisa tidur. Tapi matanya sudah sangat mengantuk. Karena lelah menunggu kejadian yang ia tunggu-tunggu, Asma memilih untuk tidur. Asma membaringkan dirinya di ranjang dan langsung tertidur. Cukup lama ia tertidur. Sekitar 3 jam sebelum peristiwa besar itu terjadi.

Jam setengah tiga dini hari, pintu kamar dibuka dengan sangat perlahan. Seseorang memasuki kamar Asma. Orang itu membangunkam Asma dengan suara yang sangaat pelan. Asma terkejut dan langsung terduduk. Orang itu meletakkan telunjuknya di bibir mengisyaratkan Asma itu tidak bersuara.

"Jangan takut. Aku adalah orang yang memberimu surat yang terselip itu. Mungkin kamu juga bisa menyadari kalau aku adalah kakak laki-laki mu yang menghilang. Sekarang jangan berisik! Nanti semua terbangun" Kata orang iti sambil berbisik.

Asma hanya bisa terdiam menyaksikan kejadian yang terjadi didepan matanya. Benarkah sekarang ia sedang berhadapan dengan kakak laki-laki nya yang telah lama menghilang? Asma belum pernah bertemu kakaknya. Karenanya ia tetap tak begitu yakin dengan perkataan orang yang sedang bicara dengannya didepannya. Tapi sekarang tak ada waktu lagi. Mau tidak mau, Asma harus mengikuti keinginan orang itu.

Asma mengikuti orang yang mengaku sebagai kakaknya. Mereka berjalan menyusuri lorong yang sangat gelap. Tak ada yang membawa senter. Tapi kakak Asma mengetahui jalan menuju keluar. Ia menggandeng tangan Asma erat-erat dan menuntunnya di sepanjang lorong panjang yang gelap. Lorong itu serasa tak ada ujungnya. Tapi Asma tetap berusaha untuk melangkah maju. Baginya, mundur juga tidak ada gunanya.

Akhirnya, mereka sampai di ujung lorong dan sampai di sebuah pintu menuju keluar. Setelah sampai diluar, Asma melihat ke arah gedung yang baru saja ia tinggali. Dari luar kelihatan seperti bangunan yang terbengkalai. Tapi jika masuk kedalam, ruangan-ruangan disitu jauh lebih bagus dari kesan pertama saat orang memandang bagian luar gedung menyeramkan itu.

Kakaknya menarik tangan Asma ke sebuah lapangan kecil di belakang gedung itu. Ternyata disana tertambat gagah sebuah mobil. Asma masuk kedalamnya. Kakaknya masuk juga dan duduk di belakang setir. Tak lama, mesin mobil dihidupkan dan mobilpun melaju ke jalanan.

Jalan terlihat sangat senggang. Hanya jeritan jangkrik dan bunyi mobil yang sedang ditumpangi Asma yang terdengar ditengah kesunyian malam. Asma memperhatikan jalanan. Bangunan berjejer rapi di kiri kanan jalan. Tapi tak ada satu lampu pun yang menyala di bagunan-bangunan itu. Yang menerangi jalan hanyalah lampu jalan yang redup cahayanya tapi masih memungkinkan pengemudi untuk melihat jalanan.

"Jangan takut. Kita sudah lirih. Sekarang kita akan langsung ke Rumah bunda. Kamu tau alamatnya, Asma?" tanya kakaknya yang mengemudikan mobil.

"Iya. Jalan Asmara Kelabu nomor 5 RT 8" jawab Asma lirih

"Baik. Sekarang kita akan kesana." jawab kakaknya.

Mobilpun melaju kencang di tengah keheningan malam. Karena jalanan yang sedang kosong, waktu yang diperlukan untuk sampai di rumah hanya 25 menit. Asma mengantuk. Tapi tak mampu tertidur. Kakak Asma menggunakan petunjuk jalan untuk sampai di rumah Asma. Akhirnya mereka sampai.

Di depan rumah, sudah berkumpul petugas keamanan dan bahkan polisi. Asma keluar dari mobil dan langsung berlari ke Rumah. Semua terkejut saat melihat Asma yang tiba-tiba muncul. Asma segera memeluk bunda yang masih kebingungan. Setelah itu suasana menjadi gaduh.

"Asma! Kami kembali! Apa yang terjadi?"

"Kamu gak kenapa-kenapa kan, Asma?"

"Kemana aja kamu, Asma?!"

Tiba-tiba, orang yang mengaku kakak Asma masuk dan mengucapkan salam. Semua memandang nya dengan bingung. Siapa pemuda ini? Tanya mereka dalam hati. Tapi tiba-tiba Bunda mengenali orang yang tiba-tiba masuk itu. Semuanya terkejut dengan teriakan bunda.

"FAIRUZ!! Kamu kembali? Dari mana kamu selama ini, Nak? Kenapa tak kembali?" Kata Bunda sambil menangis.

Semua memandang ke arah orang yang mengaku sebagai kakaknya Asma. Ia kah yang bernama Fairuz? Tapi ternyata masih ada yang mengenalinya.

"Fairuz?! Ini beneran kamu? Udah 10 tahun gak ketemu! Kemana kamu selama ini?!!!"

"Zaki!! Aku baik-baik aja. Aku akan cerita kan semuanya. Sekarang yang penting, Asma harus istirahat dulu." Jawab Fairuz.

Semua langsung sigap. Asma mandi dengan air hangat dan segera tidur. Laila juga ada di situ. Jadi ia menemani Asma di kamarnya. Laila juga tertidur di sebelah Asma. Petugas keamanan dan polisi langsung menelepon markas besar dan membuat laporan. Bunda menggoreng pisang dan ayah membuat Kopi. Tamu lain seperti Pak Hamid, ayah Laila dan Bu Amala, Bunda Laila bercakap-cakap dengan Kak Fairuz dan Kak Zaki. Dulu, Kak Zaki adalah sahabat Kak Fairuz.

Tapi azan Shubuh sudah berkumandang. Jadi semua melakukan shalat subuh dulu berjamaaj di ruang keluarga yang luas. Laila dan Asma dibangunkan. Setelah shalat, semua berkumpul lagi di ruang tamu untuk mendengarkan cerita Kak Fairuz. Kak Fairuz pun mulai bercerita.

"10 tahun yang lalu, seperti cerita yang beredar, aku di culik oleh sekawanan penculik yang sangat diburu polisi Oleh mereka aku dipaksa untuk bergabung bersama mereka. Karena tak tau jalan pulang dan putus asa, aku tak punya pilihan lain selain mengikuti jejak para penculik itu. Jadi, selama 10 tahun aku menjadi penculik. Tapi hati nuraniku tak bisa berbohong. Jauh di dalam hati ku aku sangat membenci perbuatan ini. Dengan melakukan pekerjaan keji ini aku sekalian berusaha mencari keberadaan keluargaku. Lalu suatu hari aku mendengar kabar tentang Asma. Di hari aku di culik, Asma baru berumur 2 bulan. Karenanya, aku tau kalau aku punya adik perempuan bernama Asma. Karena tertarik, aku berusaha untuk mengetahuinya. Saat aku sedang mencari tau, aku melihat anak perempuan anak perempuan yang berjalan di gang yang sunyi. Karena aku penasaran, aku pun menculiknya. Lalu selebihnya, biar Asma saja yang bercerita."

Asma pun melanjutkan cerita Kak Fairuz. Semua diceritakannya ke detail terkecil. Asma memang pandai bercerita. Semua mendengar cerita nya dengan seksama.

Selesai acara cerita mencerita, petugas keamanan, polisi, Kak Fairuz dan Kak Zaki langsung berangkat ke Gedung menyeramkan tempat Asma diculik sebelumnya. Kak Fairuz tau jalan kesana. Jadi, tak lama rombongan itu sudah sampai di gedung yang dimaksudkan. Akhirnya, para penculik itu bisa ditangkap.

Di Rumah, Asma sibuk bermain dan mengobrol dengan Laila. Asma sedih karena tak bisa menghadiahkan hadiahnya pada Laila secara langsung. Tapi bunda membuatkan serangkai buket bunga mawar untuk Laila. Kedua anak itu menjadi semakin senang.

Jam 10 pagi Kak Fairuz dan Kak Zaki sudah kembali. Kak Zaki harus kembali ke Rumah untuk bersiap-siap kuliah. Kak Fairuz masuk ke Rumah sambil menggenggam sesuatu.

Asma yang melihat kedatangan kakaknya, bergegas turun dari kamarnya dan berlari menghampiri kakaknya dan memeluknya. Kak Fairuz menjunjung Asma dan melambungkannya di udara lalu menurunkan Asma kembali. Kak Fairuz mengambil benda yang tadi di bawanya dan meletakkannya di kepala Asma. Asma kebingungan.

"Ini rangkaian bunga daisy. Kata Aini penjanga Toko Kado, kamu suka beli kado di tokonya. Dan barang yanv paling kamu incar, pasti bernuansa putih dan kuning. Setelah kamu menghilang 3 hari yang lalu, Aini membuat rangkaian bunga ini buat kamu. Aini kenal sama aku karena dulu kita pernah sekelas. Nanti jangan lupa bilang terimakasih, okey?" Kata Kak Fairuz panjang kali lebar kali tinggi.

"Oke, kak!" Jawab Asma.

Asma kembali ke kamarnya tempat Laila masih setia menunggu. Laila diizinkan menginap 2 hari di Rumah Asma. Jadi mereka punya banyak waktu untuk bersama. Asma menunjukkan rangkaian bunga yang dibuat melingkar menjadi mahkota dari Kak Aini untuknya. Laila memandangnya dengan kagum.

"Kak Aini memang pandai merangkai bunga, yah? Aku pernah minta dibuatkan rangkaian bunga untuk bunda di hari ulang tahunnya. Hasilnya keren banget." Kata Laila sambil memperhatikan mahkota daisy itu.

"Iya. Aku setuju. Aku juga suka sama rangkaian bunga yang dibuat Kak Aini. Nanti siang temani aku ke Toko Kado ya. Aku mau bilang terimakasih ke Kak Aini. Sekalian kita bawakan oleh-oleh yuk!" Kata Asma bersemangat.

"Okey! Aku setuju banget!" Jawab Laila yang juga bersemangat.

Siangnya Asma dan Laila pergi ke Toko Kado. Mereka membawakan seikat mawar rangkaian bunda dan sebatang coklat untuk Kak Aini. Kak Aini menerimanya dengan senang hati. Sebagai akibatnya, Kak Aini mengajak Asma dan Laila membantu nya membuat Mahkota Daisy lagi. Mereka berdua tentu saja sangat senang.

"Pertama, kalian perlu Bunga daisy yang sudah di awetkan dengan alkohol. Kalian bisa mendapatkan bunga daisyu ini di toko bunga yang ada di kota. Disana bunga yang dijual sangat lengkap. Kalau sudah, lilitkan tangkainya ke kawat bundar. Kalau belum rekat, bisa direkatkan dengan Lem tembak. Kalau sudah, siap dipakai deh." Kata Kak Aini menjelaskan sambil memperhatikan caranya.

Asma dan Laila mencoba. Mereka kesulitan melilitkan tangkai bunga ke kawatnya. Tapi akhirnya mereka berhasil membuatnya. Laila ingin mencoba dengan bunga mawar, bunga kesukaannya. Tapai kata Kak Aini, tangkai mawar banyak duri. Jadi sangat sulit untul melilitkannya ke kawat.

Setelah puas mengobrol dengan Kak Aini, mereka berdua pulang. Di Rumah, Kak Fairuz sedang membaca buku. Asma duduk disampingnya. Kak Fairuz meletakkan Asma di pangkuannya. Meski Kak Fairuz dan Asma adalah kakak beradik, tapi usia mereka terpaut 10 tahun.

Kak Fairuz juga pandai bercerita. Sama seperti Asma. Kak Fairuz ingin menceritakan pengalamannya sebagai seorang penculik selama itu. Asma dan Laila mendengarkan dengan seksama. Terlebih Laila. Dia memang menggemari kisah-kisah kriminal yang terjadi.

"Aku pernah menculik seorang gadis yang seumuran kamu, Asma. Tapi gadis itu tak pernah berteriak minta tolong meski ia diseret-seret dengan kasar. Saat aku bertanya alasannya, gadis itu bilang : Aku hanya akan melelahlan diri sendiri kalau berteriak. Karena aku yakin sebaik-baik penjagaan dan perlindungan adalah perlindungan Allah. Tapi aku akan tetap beusaha keluar dari sini karena keluargaku pasti akan cemas padaku."

Kak Fairuz berhenti sebentar, lalu melanjutkan cerita nya.

"Aku sadar perbuatanku selama ini salah. Jadi aku berusaha mencari jalan keluar dari masalahku. Aku luluh dengan perkataan gadis kecil itu. Jadi sejak itu, aku berniat untuk bertaubat kepada Allah. Tapi aku masih harus mencari keluargaku. Jadi aku belum bisa meninggalkan markas para penculik."

Dari dapur, bunda meminta Kak Fairuz, Asma dan Laila untuk makan siang. Bunda sudah memasak Ikan asin dengan sambal tempe. Semua sudah lapar. Ayah sudah ada di meja makan. Tapi Asma dan Laila ingin makan berdua di kamar Asma yang luar di lantai atas. Bunda mengizinkannya. Jadi, Asma dan Laila membawa makanan mereka ke atas.

Asma dan Laila mengobrol sambil makan. Seru rasanya berkumpul kembali setelah mengalami kejadian yang tidak terduga.

"Kak Fairuz keren yah! Walaupun di seorang penculik dan buronan sejak dulu, dia masih bisa luluh setelah menjadi penculik." Kata Laila.

"Iya. Ternyata benar ya, kata Bu Hanifah bulan lalu. Manusia itu punya 2 sisi yang berlainan. Dan dibalik kejahatan atau kekurangan seseorang, pasti tersimpan kebaikan yang terpendam meski orang itu tidak mengatakannya pada siapapun." Jawab Asma

Kedua sahabat itu melanjutkan makan siang mereka yang sangat mengasyikkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post