Syahida Amalina A'la

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerpen

Cerpen

Cerpen 1: Akibat menebang pohon sembarangan

Hari selasa yang cerah adalah saat yang tepat untuk menaiki sebuah kapal pesiar yang mewah di laut. Seorang pengusaha bernama Pak Abdi juga ikut menaiki kapal pesiar mewah tersebut. Dengan ditemani secangkir kopi hangat, Pak Abdi memandangi memandangi hamparan air laut yang berwarna biru di geladak atas.

Tiba tiba, Pak Abdi melihat sebuah pulau yang lumayan besar. Sembari Pak Abdi melihat dengan takjub ke arah pulau itu, kapal perlahan mulai mendekati pulau. Kapten mengumumkan bahwa kapal tersebut akan singgah di pulau tersebut untuk sementara waktu dan memberi para penumpak waktu untuk berjalan jalan sebentar.

Tentu saja Pak Abdi ikut bersama rombongan yang hendak turun ke pulau tersebut. Seorang pemandu ditugaskan untuk memandu rombongan dari kapal pesiar. Pemandu itu menjelaskan banyak hal tentang pulau itu. Pak Abdi mendengarkan dengan seksama.

Sambil mendengarkan penjelasan pemandu wisata, Pak Abdi melihat sekitarnya. Indah sekali pulau itu. Frola beraneka ragam. Pohon pohon besar tinggi menjulang. Daunnya rimbun akarnya tertancap kuat di tanah. Pak Abdi jadi merasa ingin memiliki pulau itu.

Akhirnya, waktunya kembali ke kapal. Penumpang sangat menyukai perjalanan mengelilingi pulau tadi. Pemandunya sangat berpengalaman. Penjelasannya mudah dimengerti.

11 tahun kemudian, Pak Abdi sudah tidak lagi menjadi seorang pengusaha. Dia memutuskan untuk menjadi seorang nelayan biasa saja. Sama seperti hari hari biasa, dengan dibantu perahu kecilnya Pak Abdi mendayung semakin jauh ke laut.

Pak Abdi melempar jalanya. Sembari menunggu ikan, Pak Abdi memandang sekeliling. Dari kejauhan, terlihat beberapa titik yang berwarna hitam. Pak Abdi sangat penasaran. Dia terus menatap ke arah titik tersebut.

Keesokan harinya, Pak Abdi menyiapkan dirinya dan perbekalannya. Rupanya, Pak Abdi sangat ingin mengetahui titik titik yang dia lihat tersebut. Sepanjang perjalanan, Pak Abdi terus menebak nebak. Apakah itu sekelompok burung? Ataukah itu hanya fatamorgana seperti yang sering terjadi di gurun?

Setelah 3 jam perjalanan, akhirnya Pak Abdi sampai di sebuah pulau dan singgah disana sekadar untuk melepas penat. Setelah beristirahat sebentar, Pak Abdi berjalan ke sisi pantai. Diambilnya teropong, dan diarahkannya ke arah laut. Namun, titik titik itu tak lagi nampak. Pak Abdi mengecek di sisi lain pulau. Sama saja. Ia tak menemukan titik titik itu lagi.

Akhirnya Pak Abdi duduk kembali. Dia membuka perbekalannya dan mulai makan. Sambil mengunyah, Pak Abdi terpikir bisa jadi titik titik yang dilihatnya tadi mungkin adalah puncak puncak pohon di pulau itu.

Setelah makan, Pak Abdi berjalan jalan lagi mengelilingi pulau. Pak Abdi merasa mengenal tempat itu. Lalu, pikirannyapun sampai pada kejadian 11 tahun yang lalu saat dia sedang menaiki kapal pesiar. Jiwa pengusaha Pak Abdipun bangkit kembali. Pak Abdi berniat untuk menjadikan pulau itu sebuah kota kecil dengan banyak rumah dan hotel.

Akhirnya, dimulailah pembangunan yang direncanakan oleh Pak Abdi. Dia tak peduli sudah berapa banyak pohon yang ia tebang. Pak Abdi tak tahu, bahwa tindakannya dapat menyebabkan bencana besar.

Akhirnya, pembangunanpun selesai. Para wisatawan tertarik dan banyak juga yang akhirnya pindah dan menetap di pulau itu. Pak Abdi menjadi kaya raya. Perumahan baru dibangun. Hotel hotel ditinggikan dan dibangun sebuah tembok yang memisahkan bagian dalam pulau dengan pesisirnya. Namun, pepohonan rindang kini sudah tak ada. Semuanya terpakai untuk pembangunan.

Kehidupan di pulau itu lumayan lancar. Mata pencahariaan mayoritas orang di pulau tersebut adalah nelayan, pelayan hotel dan distributor barang kebutuhan, sampai suatu ketika...terjadilah hal yang sudah diduga.

Hujan deras mengguyur pulau tersebut. Tak lama, air mulai menggenang. Tak hanya dari air laut yang sedang pasang naik, tapi juga dari air hujan. Karena tak ada akar pohon yang dapat menyerap air, air jadi lebih mudah tergenang.

Setelah 15 menit, air mulai tinggi. Tingginya sudah mencapai lutut orang dewasa. Untuk mengungsipun sulit, karena mereka berada dipulau yang jauh dari peradaban. Akhirnya, warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dari air.

Warga ketakutan. Mereka takut kehilangan tempat tinggal dan barang barang mereka. Anak anak mulai menangis karena takut dan kedinginan. Akhirnya, air mulai surut dan hujan mulai reda. Warga diizinkan untuk pulang kembali kerumah masing masing.

Kini, warga yang tinggal di pulau tersebut sadar, dengan tidak adanya pohon yang akarnya dapat menyerap air, akibat yang ditimbulkannyapun sangat berat. Untung saja tidak ada yang terluka. Hanya beberapa kerugian barang saja.

Mulai dari keesokan harinya, para warga menanam benih benih pohon. Pohonnya juga dipilih yang dapat berumur panjang. Selain itu, ada juga yang menanam bunga agar terlihat lebih indah.

Pak Abdi juga sadar, boleh saja dia menebang pohon untuk dijadikan rumah atau hotel. Namun dia juga harus mengembalikan apa yang menjadi hak bumi, yaitu menanam pohon atau reboisasi. Tak lama kemudian, pulau itu menjadi destinasi wisata yang menakjubkan.

Cerpen 2 : Kurangi polusi udara

"Uhuk Uhuk..." Bumi terbatuk batuk.

Mars yang mendengarnya lalu bertanya pada bumi. "Kenapa dari tadi kuperhatikan kamu terus saja batuk batuk, Bumi?

"Aku tak tau, Mars. Tapi manusia yang menyebarkan polusi udara benar benar menyiksaku. Mungkin karena itu lah aku jadi terbatuk batuk." Jawab Bumi.

"Oh begitu. Yasudah, semoga kamu cepat sembuh ya..." Kata Mars.

"Makasih, Mars..." Jawab Bumi.

"Tak apa. Kalau kamu butuh bantuan, bilang padaku ya..." Kata Mars

"Baik." Jawab Bumi.

Sementara itu didalam bumi, manusia terus saja membakar sampah mereka. Belum lagi asap rokok, asap kendaraan dan asap dari pabrik. Selain itu, asap dari pembakaran hutan yang akan dijadikan lahan juga menambah pencemaran udara yang memang sudah sangat parah.

Suatu hari, terjadilah hal yang menganehkan. Sejak pagi hari saja asap sudah mengepul memenuhi angkasa. Bumi makin tersisa. Namun, Bumi tak bisa apa apa. Manusialah yang memegang kendali atas dirinya.

Manusia seakan abai dengan asap yang tebal dan membumbung tinggi di angkasa. Tak ada yang mau repot repot mendongakkan kepala mereka ke atas hanya untuk sekadar melihat keadaan angkasa bumi yang berwarna abu pekat. Semua sibuk dengan urusan mereka sendiri.

Akhirnya, manusia terkena batunya. Sedikit demi sedikit, rumah sakit mulai penuh dengan anak anak yang menderita asma. Para orang tua panik. Anak anak menangis di rumah sakit. Bumi yang mendengar suara anak anak menangis sebenarnya juga sedih. Namun, kondisinya juga sangat parah. Bahkan lebih parah dari anak anak itu.

Mars sangat sedih melihat sahabatnya, Bumi, terus bertahan ditengah kondisinya yang menyakitkan. Mars berpikir keras. Akhirnya, dia menemukan sebuah ide. Mars mendekati Bumi dan mengatakan apa idenya. Bumi menyutujuinya.

Ternyata, apa yang Mars rencanakan adalah mengirim tentara kebersihan dari planet Mars yang dipimpin oleh Elino, alien yang cerdas dan pemberani. Akhirnya, pasukan tersebut menaiki pesawat super canggih mereka, dan terbang ke dalam Bumi. Bumi sangat senang melihat tentara kebersihan datang.

Manusia sangat terkejut melihat kedatangan para pasukan kebersihan. Mereka sama sekali tidak mengenali pasukan tersebut. Elino mendaratkan pesawatnya ditengah tengah kerumunan manusia yang memandangnya dengan heran.

"Jangan takut pada kami, manusia. Kami tidak akan menyakiti kalian. Kami akan membantu kalian untuk mengobati Bumi tempat tinggal kalian yang sedang sakit ini." Kata Elino sambil tersenyum.

"Apa yang harus kami lakukan untuk menyembuhkan Bumi, sementara sekarang anak anak kami terbaring sakit di rumah sakit karena menderita asma?" tanya seorang wanita.

"Tenang, kami akan membantu kalian." Jawab Elino.

"Kalau begitu terimakasih banyak makhluk aneh..." Kata seorang kakek kakek.

"Namaku Elino, kek." Kata Elino.

"Oh begitu. Baiklah." Jawab si kakek.

Akhirnya,manusia dan pasukan kebersihan bekerjasama membersihkan Bumi dari polusi udara. Para pasukan memberitahu manusia cara cara agar terhindar dari polusi udara. Sebagian dari pasukan kebersihan bertugas di rumah sakit, dan menghibur anak anak yang ada disana.

Begitulah. Mereka bekerjasama dengan sangat baik. Lambat laun, keadaan Bumi semakin membaik. Manusia sangat senang dan berterimakasih kepada para pasukan kebersihan karena telah membantu mereka. Anak anak juga perlahan mulai sembuh. Akhirnya, keadaan Bumi menjadi normal kembali. Pasukan kebersihanpun pulang kembali ke planet Mars.

Manusia akhirnya sadar, polusi udara itu sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Manusia berjanji untuk selalu menjaga Bumi yang sudah memberikan kenyamanan bagi mereka semua. Bumi yang mendengarnya menjadi sangat senang. Mars juga ikut senang.

"Terimaksih ya, Mars. Berkat kamu keadaanku sudah kembali normal." Kata Bumi kepada Mars

"Tak mengapa, dan jangan berterimakasih padaku. Berterimakasihlah kepada pasukan kebersihan dan Elino. Mereka telah bekerjasama dengan sangat baik." Jawab Mars.

"Baik, Mars. Dan tolong kirimkan terimakasihku untuk pasukan kebersihan dan si cerdik Elino ya..." Kata Bumi.

"Oke, baik. Jangan khawatirkan hal itu." Jwab Mars.

Akhirnya, Bumi dan Mars dapat bermain bersama lagi berkat pasukan kebersihan, Elino dan manusia yang telah berjanji untuk selalu menjaga Bumi mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren keren ceritanya kak. Udah banyak bikin cerita ya kak?

31 Aug
Balas

Iyah. Nabung ><

31 Aug



search

New Post