Sinta Oktaviani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Keluargaku Adalah Rumah Terbaik

Keluargaku Adalah Rumah Terbaik

Ditakdirkan hadir dalam keluarga penuh keterbatasan, tentu membuatku melirik keluarga lain yang memiliki perekonomian lebih baik. Ingin sekali dapat makan sepuasnya tanpa berbagi. Tapi melihat banyaknya saudaraku, membuatku harus menerima hal itu.

Rumah kami tidak kecil, bahkan cukup luas. Namun kami bukan orang kaya. Rumah ini peninggalan nenek dari pihak ayah, arsitekturnya masih seperti rumah adat jawa kebanyakan.

Aku kecil selalu iri dengan anak lain yang memakai cincin atau gelang ke sekolah. Sedangkan aku, baju saja sangat lusuh. Saat kami akan berangkat sekolah dan ayah belum mengirimkan uang hasil kerja merantaunya di kota, biasanya ibu akan menjual ayam peliharaan kakakku untuk bekal anak-anaknya. Tidak ada televisi dan ponsel mumpuni. Setiap malam, setelah semua saudaraku belajar, kami akan langsung tidur.

Aku jarang bergabung bersama teman satu kampung, kebanyakan dari mereka memiliki perekonomian lebih baik dari keluargaku. Aku malas mendengarkan teman-teman bercerita mengenai liburan, sepeda baru, baju baru atau sejumlah uang pemberian nenek mereka.

Saat itu umurku masih 8 tahun, terlalu dini untuk berpikir mengenai keluarga. Aku terus berpikir, kapan keluarga kami akan terbebas dari jerat kemiskinan. Aku juga ingin menonton televisi seperti anak lainnya. Tidak leluasa jika menonton di rumah tetangga. Aku suka kartun dan sinetron, tapi si penghuni jarang menonton siaran itu.

Saat umurku 12 tahun. Kami sekeluarga bermigrasi ke daerah nenek. Nenek dari pihak ibu sudah renta sehingga ayah memutuskan menjual rumah untuk biaya transportasi sekaligus keperluan lainnya. Masa remaja aku lalui di sini. Semakin banyak aku bercerita di atas kertas, membuatku sadar kegemaranku adalah menulis. Memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas, aku mencoba untuk mewujudkan mimpi menjadi penulis. Aku kira mudah. Ternyata tidak.

Di setiap titik lemahku, ada keluarga sebagai tempat pengisi daya. Ibu bilang, bahwa aku sudah menyelam, maka harus diselesaikan. Dia juga sering bilang, ilmu itu mahal. Jika gagal mencapai sesuatu, ya, tidak apa-apa. Ambillah sebuah pelajaran dan terus melangkah. Bahkan kakakku yang jarang bicara. Waktu itu dia angkat suara memberiku kekuatan untuk terus berjuang. Dia menatap teduh dengan sorot penuh harap. Katanya, aku akan tahu, jika mencobanya. Kegagalan bukan hal baru yang mengejutkan.

Aku tidak pernah menyangka, bahwa ayah yang selalu menunjukan sisi tegas dan garangnya, ternyata menyimpan harapan besar padaku. Dia menginginkanku berkuliah tanpa campur tangannya. Karena dia ingin aku menghargai arti perjuangan. Sebenarnya ayah tidak mau anak-anaknya hanya sebatas lulusan SMA. Tapi setidaknya, salah satu dari anaknya dapat mengubah nasib keluarga dan ayah percaya aku mampu melakukannya. Sekali lagi, aku merasakan dorongan kuat dari keluarga. Keluargalah yang membawaku ke titik penuh kesadaran untuk mewujudkan cita-cita. Meski terkadang kemalasan masih memprovokasi.

Pegangan yang mereka berikan membuatku tegak. Tidak jarang angin menerpa begitu kencang, sehingga aku tumbang. Tetapi keluarga tetap menjadi tempat berlindung dan pengokohan terbaik sebelum kembali bangkit. Sekarang aku sadar. Walau perekonomian keluargaku sampai saat ini tidak banyak perubahan, tapi dukungan, kasih sayang, dan kebersamaan, sudah cukup bagiku. Aku tidak lagi mengeluh mengenai keuangan yang kerap kurang. Televisi kecil milik nenek atau kendaraan butut pemberian paman. Keluargaku lebih berarti dari semua benda dan kenikmatan yang aku dambakan dulu.

Sinta Oktaviani. Gadis kelahiran Jepara, 15 Juni 2003, kini menuntut ilmu di SMAN 2 Banjar. Mendengarkan musik, menonton film dan mengamati orang-orang di keramaian adalah kegemarannya.

Gadis penyuka balon ini dapat dihibungi melalui beberapa media sosial. Di antaranya email: [email protected] dan whatsapp: 082320670755

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post