Shofiyah Syifa Mujahidah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ujian Daring - 5 || Sahabat Dunia Akhirat

Ujian Daring

Hari-hari aku lalui dengan gembira. Pertengkaran beberapa waktu yang lalu masih aku ingat, tetapi aku berusaha melupakannya. Untuk apa pengalaman buruk diingat-ingat?

Aku bisa menahan emosiku ketika mengingat peristiwa itu, namun yang tidak bisa kutahan adalah ketika melihat hafalan Sabrina. Semakin hari, hafalannya semakin bertambah banyak. Aku berusaha mengejar hafalannya, tetapi tidak bisa.

Mungkin, aku karena aku menghafal Al-Qur’an karena niat ingin unggul dari Sabrina tidak diridhoi Allah, ya? Buktinya, saat itu, aku susah sekali untuk menghafal. Ah, niat yang buruk memang tidak diridhoi Allah. Maka, aku berusaha untuk menghilangkan rasa iriku akan hafalan Al-Qur’an Sabrina. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, hiburku dalam hati.

Aku berusaha menjadi seperti sebelum Sabrina masuk ke MIM.

Semakin lama, aku juga semakin merasakan hangatnya ketika berada di dekat Sabrina. Meski sesekali, aku masih ragu untuk mengobrol dengannya, namun aku mencoba menahan ego-ku. Aku berkata, bahwa lebih baik memaafkan dan melupakan yang buruk-buruk dari pada aku terus-terusan merasa sesak jika mengingat kejadian buruk itu.

Pada bulan ketiga semenjak Sabrina masuk, aku sudah dapat merasakan pertemanan darinya. Sabrina juga sudah mulai akrab denganku, meski aku masih sesekali menghindarinya.

“Anak-anak, pekan depan kita sudah mulai ujian pertengahan semester. Jadi, pekan ini kita hanya mengulang dan membahas soal untuk ujian besok ya. Jangan lupa tetap belajar dan jaga kesehatan,” kata ustadzah Eno.

Aku terkejut. Waktu terasa sangat cepat berjalan, padahal rasanya baru kemarin aku berhadapan dengan kertas ujian. Hah, maka dari itu jangan menyia-nyiakan waktu ya, Teman!

***

Aku sangat berharap, ujian kali ini menjadi ujian yang menyenangkan. Karena, ujian pertengahan semester tahun lalu, diadakan dari rumah karena kabut asap. Tahun 2019 saat itu.

Aku mulai melakukan persiapan, baik fisik mau pun materi. Sebenarnya, aku kurang suka belajar mendekati ujian ini. Semua serba terburu-buru, menjadi lebih deg-degan.

Kala itu, aku belum mempunyai nomor whatsapp, apalagi smartphone. Kata Abi, kami diperbolehkan mempunyai smartphone sendiri ketika sudah kuliah. Hiks, masih sekitar 8 tahun lagi, dong.

***

Apa yang aku harapkan tidak sesuai kenyataan. Takdir Allah selalu yang terbaik. Pada hari Ahad, sehari sebelum kami melakukan PTS (Penilian Tengah Semester), Ummi terlihat sibuk. Smartphone sedari tadi ada dalam genggaman Ummi. Jemari Ummi sibuk mengetikkan sesuatu, terlihat mendesak.

Beberapa jam kemudian, Ummi baru terlihat lebih rileks. Aku mengernyitkan dahi melihat Ummi.

“Kenapa, Mi?” tanyaku.

“Dua pekan ke depan, kalian enggak sekolah,” Ummi menjawab. “Corona datang ke Indonesia, jadi tadi gubernur Riau mengumumkan bahwa dua pekan ke depan, semua sekolah diliburkan. Jadi tadi Ummi mengabari Ustadz Ustadzah agar disampaikan ke grup kelas maisng-masing.”

Senyum merekah di bibirku. “LIBUR?” aku langsung bersorak dalam hati. Libur dua pekan, sama seperti libur lebaran. Liburan adalah hal yang ditunggu oleh para murid. Ahh, senangnya! Yeyy!! Libur!!

Tapi, sebenarnya bukan beneran “Libur”, melainkan hanya belajar dari rumah. Tugas tetap diberikan, dan ujian tetap berlangsung. Keesokan harinya, hari Senin, aku tidak melihat kesibukan di jalan Umban Sari, tidak seperti biasanya. Jalanan terlihat sepi, walau masih ada satu atau dua kendaraan yang lewat.

Ini disebabkan karena seluruh sekolah dari tingkat SD-SMA diliburkan. Kalau tidak salah, hanya abang dan kakak kuliah, serta tempat kerja yang masih buka.

Aku merebahkan diri di atas kasur. Ahh, nyaman. Momen ini sudah aku tunggu semenjak berbulan-bulan yang lalu. Libur sekolah! Tentu saja libur ini berbeda dengan libur pekanan.

Aku tetap disuruh Abi mandi dan sarapan. Karena, nanti aku akan ujian dengan kertas yang Abi print-kan.

Jadi, Ustadz atau Ustadzah yang mengajar di mata pelajaran itu akan memberikan pdf atau foto soal yang akan kami kerjakan. Lalu, orangtua yang menge-print lembarannya. Setelah kami mengerjakan ujiannya, kertas itu difotokan lalu dikirim ke guru yang mengajar.

Ujian mode daring dimulai! Aku mengerjakan ujian itu. Tidak boleh lihat buku! Tidak masalah, lagian, kalau diperbolehkan melihat buku, aku merasa usaha kami untuk menghadapi ujian ini sia-sia. Alhamdulillah, ujian berjalan lancar.

Ternyata, corona datang bertepatan dengan ujian. Aku baru menyadarinya beberapa pekan kemudian, ketika mendapat kabar bahwa belajar daring diperpanjang hingga waktu yang tidak ditentukan.

Ya, dan itu berlanjut hingga sekarang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren kak, mangat terus yaa!!

17 Feb
Balas

Alhamdulillah... Makasiiihh. Iya, insyaallah-!!

17 Feb

Sama-sama:)

18 Feb

Bagus kak..

17 Feb
Balas

Terima kasihh-!!

17 Feb

Sama sama, Kak

18 Feb



search

New Post