Shofiyah Syifa Mujahidah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CERPEN I: Al-Qur'an sebagai Penyelamat

CERPEN I: Al-Qur'an sebagai Penyelamat

Al-qur’an Sebagai Penyelamat

Oleh: Shofiyah Syifa Mujahidah

Aku sedang bosan berada di rumah. Papa dan mama pergi keluar kota karena pekerjaan mereka selama 9 hari. Mmm, btw, kalian udah kenal aku, belum?

Aku bernama Sarah. Umurku sekarang 12 tahun 7 bulan 1 minggu 4 hari. Hehe…

Aku hobi membaca Al-qur’an, bernyanyi, makan cokelat, dan yang paling penting adalah, main!

Aku suka bermain apa saja. Kadang sama anak kecil, kadang sama orang dewasa, kadang sama laki-laki, kadang sama perempuan. Memang, aku ini terkenal tomboy. Aku juga berpikiran seperti itu. Aku lebih suka bermain bersama anak laki-laki ketimbang bermain sama anak perempuan. Mau tahu kenapa? Hmmm, rasanya tak perlu kuceritakan, karena itu rahasia. Hehe…

Oh iya, aku juga suka menghafal dan membaca Al-qur’an, lohh! Hmm, bukannya aku mau sombong, ya! Tapi, aku pernah masuk 5 besar dalam lomba hafalan Qur’an tingkat nasional! Itu adalah prestasi terbesar yang pernah kuraih. Aku juga suka menghafal Al-qur’an dengan mendengarkan tilawah Hafiz dari Arab Saudi.

Mmm, ngomong-ngomong tentang Al-qur’an, aku jadi teringat kejadian yang menimpaku. Aku diculik! Untungnya, aku membawa Al-qur’an. Mau tahu kisahku selanjutnya? Mm, duduk-duduk!

Waktu itu, aku disuruh pergi berbelanja oleh mama. Aku menurut dan segera mengambil tas selempangku. Didalamnya, kuletakkan sejumlah uang dan Al-qur’an kecil kesayanganku. Aku memang sudah terbiasa membawa Alqur’an kemana pun dan kapan pun.

Ketika aku keluar rumah, aku melihat Nisa, tetanggaku yang sedang bermain bersama adik sepupunya.

Aku pun menyapanya, “Hai, Nisa!”

“Hai, Sarah,” balasnya.

Aku pun melanjutkan perjalananku.

Warung Bu Sholehah. Itulah nama warung tujuanku saat itu. Di sana menjual aneka macam jajanan, ikan-ikanan mentah, udang, ayam, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan beberapa bibit tanaman. Biasanya, kalau mama lagi malas pergi ke pasar, mama akan menyuruhku untuk berbelanja di sana.

Di tengah perjalanan, aku menemukan seorang kakek tua yang ingin menyebrang jalan. Aku iba melihat kondisi kakek tersebut. Kakek itu memakai tongkat dan punggungnya membungkuk.

Aku segera menuju Kakek itu dan menawarkan bantuan, “Assalamualaikum. Kakek mau menyebrang jalan ya, Kek?” tanya plus sapaku kepada Kakek tua itu.

“Iya, Cu, Kakek mau menyebrang jalan. Rumah Kakek tepat diseberang sana,” sahut Kakek itu sambil menunjuk kearah sebuah rumah yang berwarna oren muda.

“Aku bantu ya, Kek!”

Aku pun menunggu lampu hijau menyala. Ketika lampu hijau menyala, mobil, motor, dan beberapa bus pun berhanti. Aku menuntun Kakek itu untuk menyebarng sambil merentangkan satu tanganku ke samping.

Akhirnya, kami pun sampai di seberang. Kakek itu mengucapkan terima kasih dan memberikanku sebuah kotak sebagai tanda terima kasih. Aku menolak dengan sopan. Aku tak tahu apa isi kotak itu.

Awal mulanya, sang kakek sedikit memaksa. Aku tetap menolaknya. Tapi, lama-kelamaan, aku mengalah dan menerima kotak itu sambil mengucapkan terima kasih.

Singkat cerita, aku telah sampai di warung Bu Sholehah. Aku membuka daftar belanjaan yang harus kubeli.

Setelah semua belanjaan berpindah kekeranjang yang tadi kubawa dari rumah, aku pun segera berbalik, pulang ke rumah.

Di tengah perjalanan, aku bertemu dengan 3 orang laki-laki bertubuh besar dan memakai kaca mata hitam. Mereka menghalangi jalanku. Aku merasa susah menelan ludah. Sejuta pikiran burukku melekat di otak. Tetapi, aku berusaha untuk berpikir positif.

Aku berusaha untuk melangkah ke depan dan menerobos mereka, tetapi mereka tetap menghalangi jalanku sambil tersenyum penuh kemenangan.

Tik! Air hujan mendarat di hidungku. Aku mendongak ke atas. Air hujan semakin turun deras. Dengan berani, aku berkata kepada orang-orang itu.

“Permisi, saya mau pulang kerumah,” ucapku.

Salah seorang dari laki-laki asing itu berkata, “Biar kami antar Adik pulang kerumah,” katanya sambil memaksaku masuk ke dalam mobil mereka. Teman-temannya membantu dan memaksaku dengan kasar untuk masuk ke dalam mobil.

Aku terus meronta-ronta dari genggaman mereka, tetapi tangan mereka yang besar terlalu kuat menarikku. “Tolongg!!” aku berteriak berkali-kali. Tapi, karena aku melewati jalan yang sepi, tidak ada yang menolongku. Aku pasrah dan masuk ke dalam mobil itu. Aku diikat dengan tali raffia dengan kencang, dan mulutku direkatkan oleh dabeltip.

Aku tak sadarkan diri. Ketika aku membuka mataku, aku berada disuatu ruangan yang penuh debu, gelap, tidak terawat, dan bau.

“Uhuk! Uhuk!” aku terbatuk karena debu itu masuk ke hidungku. Aku sangat alergi terhadap debu.

Semakin lama, aku semakin batuk-batuk. Untungnya, tanganku sudah tidak terikat lagi. Mulutku juga sudah tidak dilem lagi.

Hujan di luar masih turun dengan deras. Sepertinya, ketiga penjahat tadi sengaja meletakkanku di ruangan yang terletak jauh dari keramaian orang. Jadi, mereka merasa aman saja dan melepaskan ikatanku.

Aku menangis. Bagaimana nanti kalau aku dijual sama mereka keluar negeri? Tiba-tiba saja, aku teringat akan Al-qur’anku.

Aku segera membaca satu persatu ayat di kitab suci umat Islam itu sambil menangis. Sesekali, aku berhenti dan berdoa kepada Allah agar aku dilepaskan.

Tak terasa, sudah 1 jam aku membaca Al-qur’an. Tiba-tiba, di luar terdengar keributan. Aku segera menutup Al-qur’anku sambil berdiri dengan perasaan was-was.

Brak! Brak! Pintu digebrak oleh banyak orang. Aku semakin merasa takut. Tiba-tiba, pintu terbuka! Aku melihat ada mama, papa, dan beberapa tetanggaku.

Aku segera berlari memeluk mama. “Mamaaa!!”

“Sarah! Sarah, kamu baik-baik aja, kan?” tanya mama dengan nafas khawatir.

Aku menjawab dengan anggukan. “Maa, Sarah baik-baik aja.” Aku menangis dipelukan Mama.

“Sarah, apa benar, mereka bertiga yang menculikmu?” tanya papa seperti marah kepada para penjahat itu.

Sambil menangis, aku menangguk. Papa terlihat geram dan mengepalkan tangannya.

“Sarah!” seru seseorang. Aku melihat Nisa berlari ke arahku. Dia memelukku sambil menangis juga. “Sarah, aku kira … aku kira, kamu akan meninggalkanku selamanya.”

Aku menghiburnya. Aku dituntun mama untuk masuk kedalam mobil kami. Di dalam mobil, aku menceritakan semuanya.

Selesai aku yang bercerita, mama pun berkata, “Tadi, Mama khawatir ketika kamu tidak kunjung pulang. Mama merasakan firasat buruk. Papa menghibur Mama dan menyuruh Mama untuk sholat dhuha. Mama menurut. Ketika berdoa, Mama menangis dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar kamu selamat. Tiba-tiba saja, Mama melihat Al-qur’an kecil kamu melayang-layang di depan Mama. Mama terkejut dan memanggil Papa. Ketika Papa datang, Al-qur’an kamu itu bersuara dengan suara yang tidak jelas. Di sampingnya, ada bayangan kamu sedang terikat. Mama khawatirr … sekali! Selang beberapa menit, Al-qur’an itu menghilang. Sebelum menghilang, Al-qur’an itu menjatuhkan sehelai kertas. Tetapi anehnya, bayangan kamu tidak ikut menghilang! Papa menyimpulkan, kalau kamu diculik, tetapi Al-qur’an kamu itu memberikan petunjuk. Subhanallah!! Mama dan Papa bersyukur sebanyak-banyaknya. Kami lekas memberi tahu kepada tetangga dan meminta bantuan.” Mama bercerita panjangg … sekali! Aku terharu mendengarnya.

Lalu, Mama melanjutkan ceritanya.

“Papa, Mama, beserta beberapa tetangga, kami pun berangkat menuju kantor polisi dan menceritakan apa yang terjadi padamu. Ternyata benar, kamu disini dan selamat! Alhamdulillah …” Mama menangis sepanjang cerita. Aku pun juga begitu. Lalu, mama memandangku sambil tersenyum. Aku juga membalasnya.

“Maa, subhanallah, ya! Tadi, Sarah baca Al-qur’an sambil menangis dan berdoa. Alhamdulillah, ternyata dikabulkan! Allah Maha Penolong ya, Ma? Maha pengabul Do’a juga,” kataku sambil tersenyum.

Mama menatapku heran. “Ka-kamu tadi baca Alqur’an?” Aku mengangguk.

“Subhanallah … Maha Besar Allah. Ternyata Al-qur’an itu menunjukkan apa yang terjadi padamu, karena kamu sering membacanya. Iya, kan?”

Aku mengangguk senang.

Subhanallah … itulah kisahku bersama Al-qur’an tersayang. Menarik, bukan? Ternyata, Al-qur’an dapat menyelamatkan kita di dunia maupun di akhirat. Baca Al-qur’an yang rajin ya, Teman! Agar ia menolongmu ketika engkau sedang dalam bahaya J

“Ya Allah, jadikanlah Al-qur’an sebagai penyelamat kami di akhirat. Sebagai petunjuk, sebagai sahabat kami. Ya Allah, Ya Rabbana, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orangtua kami. Sayangilah kami dan jadikanlah kami orang-orang yang taat dalam beribadah kepada-Mu. Kumpulkanlah kami di surga-Mu bersama orang-orang mukmin lainnya. Aminn.”

Tamat

Kisahku Bersama Pena

Oleh: Shofiyah Syifa Mujahidah

Aku suka sekali pena dan buku. Aku tidak mau menerima hadiah ualng tahun apapun kecuali pena atau buku. Boleh buku cerita, boleh buku tulis. Dua benda itu selalu aku bawa kemana pun aku berada. Aku juga sering menulis apa saja yang aku lihat dan yang aku alami.

Sampai-sampai kakak pernah menjulukiku

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post