Sekar Ayu Anindya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ibu dan anak

Ibu adalah seseorang yang berjasa besar dalam hidup kita. Ia telah melahirkan kita, menyusui, memberi makan dan tak jarang pula ikut mencari nafkah. Mungkin karena itu munculah sebuah kiasan "surga berada di bawah telapak kaki ibu." Kiasan ini merupakan sebuah perumpamaan bahwa sebagai anak, kita memiliki kewajiban untuk menghormati ibu. Namun ini tidak berarti kita boleh tidak menghormati ayah. Kita juga berkewajiban untuk menghormati ayah kita. Tapi dalam bentuk jasa, seorang ibu memiliki pengorbanan yang juh lebih besar. Walau begitu ibu juga merupakan seorang manusia. Seorang manusia yang semestinya dapat berbuat kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Karena kesempurnaan hanya dimiliki oleh Allah SWT. Banyak anak yang mengeluh karena ibunya selalu cerewet terhadapnya. Saya sendiri juga pernah begitu. Dulu saya kalau menyapu itu selalu tidak bersih, jadi ibu saya pasti akan marah saat mengecek tempat yang saya sapu, dan akhirnya saya diceramahi karena tidak bersih. Yah saya pastinya akan kesal karena dimarahi. Namun sisi baiknya saya sekarang kalau menyapu akan lebih bersih dari sebelumnya. Nah di sini saya sadar, bahwa dengan memarahi merupakan suatu bentuk kasih sayang bagi seorang ibu. Tapi jangan lupa, anak juga merupakan seorang manusia. Seperti yang telah disebutkan tadi, semua manusia sudah sewajarnya berbuat kesalahan. Ya walaupun jumlah kesalahan setiap orang berbeda-beda tergantung bagaimana ia menghadapinya. Yang artinya bukan berarti ibu boleh seenaknya memarahi anak yang bahkan tidak berbuat salah hanya karena ingin melampiaskan amarahnya. Seorang anak memiliki hak untuk membela dirinya di saat orang lain menuduhnya melakukan sesuatu yang tidak ia lakukan. Jadi kita sebagai anak tidak boleh untuk selalu takut untuk bersuara. Karena keharmonisan akan datang jika ada komunikasi. Saya terkadang tidak menyukai ibu saya sendiri. Namun terkadang saya juga sangat menyayangi ibu saya. Alasan saya tidak menyukainya karena saya merasa bahwa ketika ibu saya sedang lelah atau badmood ia tak jarang seperti melampiaskan amarahnya ke anak-anaknya. Termasuk saya. Namun di sisi lain saya tetap menyayanginya. Dulu pada suatu hari suasana hati saya begitu hancur karena beberapa alasan. Jadi saya melampiaskan seluruh emosi tersebut dengan cara menangis secara diam-diam di dalam kamar. Hal ini bukanlah yang pertama kalinya saya seperti itu. Menangis sendiri tanpa suara dan tanpa ada seorang pun yang tahu. Namun hari itu berbeda, ibu saya masuk ke dalam kamar untuk mengecek. Spontan saya tutupi wajah saya dengan bantal agar tidak terlihat seperti habis menangis. Yah walaupun usaha saya sia-sia karena pada akhirnya ibu saya menyentuh pipi saya. Pada saat itu untuk pertama kalinya ada seseorang yang tidak memaksaku bercerita alasan aku menangis, dan hanya memberikan pelukan hangat dengan meyakinkan saya bahwa saya tidaklah sendirian. Mungkin hanya pada hari itulah saya bersyukur atas kepekaan seorang ibu terhadap anaknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post