Sayyidah Redha Hidayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bab 23, Mahkota yang Sama

Mahkota yang Sama

Terjawab semua

.

Langit pagi ini tampak tidak bercahaya, sebagian sisinya gelap tertutup awan, dan sebagian

sisinya lagi mendung tak karuan. Aku sudah menaiki motor milik mba Vita. Seperti biasa,

aku selalu memarahi Mba Vita jika ia tak sengaja memainkan gas dengan kecepatan diatas

rata rata. Motornya yang terlihat bandel dengan cover yang tidak mengenakan baju, atau

badan, jok nya yang sering bergeser jika polisi tidur menyambut kami ketika tengah terburu

buru. Hijabku seketika terkena tornado saat diboncengnya, hancur tak karuan dengan ujung

hijab yang sudah miring entah kemana. Saat kami tengah diperjalanan menuju umi, hujan

deras menyambut kami, Mba Vita yang tidak membawa mantel, segera berteduh disalah

satu ruko yang ada di pinggir jalan. Hujan kini tak kunjung reda, sedangkan waktu terus

berjalan. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, sedangkan waktu jam kumpul sudah

lewat dari 30 menit yang lalu. Saat itu, rasanya aku ingin nekad menerobos hujan. Tiba tiba,

kami dihampiri mobil berwarna hitam dengan Fadhil yang duduk di kursi belakang. “ Dai,

mau bareng enggak??” tanyanya. Aku yang bimbang antara ikut atau tidak, segera di

dorong mba Vita, “Udah ikut aja sana, Mba mah gampang nanti” ucap mba Vita. Aku

mengangguk pelan, lalu mencium punggung tangan mba Vita hormat, lalu fadhil sedikit

membuka pintu mobil. Lagi lagi kedekatanku dengan Fadhil semakin menjadi jadi. “Itu ayah

kamu?” bisikku ditelinganya. Fadhil tertawa lalu mendekatkan mulutnya di telingaku, “itu

Bapak grab” jawab Fadhil seraya tertawa kecil. Aku terdiam, terkejut menatap matanya, lalu

tertawa bersama.

Sesampainya di umi, kami sudah melihat umi dengan anak anak yang lain sudah berada

dalam angkutan umum berwarna merah. Fadhil menatapku, lalu merangkulku. Aliran

darahku seketika berhenti, mendapat sentuhan hangat darinya. “Yuk” ajak Fadhil. Umi yang

melihat kami baru sampai, segera berkacak pinggang. “Kalian ini, enggak tau sekarang

udah jam berapa??” . Aku dan Fadhil langsung saling melempar tatap. Tanpa basa basi lagi,

umi menyuruh kami masuk dalam angkutan umum tersebut.

..

“Gimana tadi ujiannya? Lancar?” tanya Fadhil yang langsung menyamakan langkahnya

denganku. Aku sedikit terkejut akan kedatangannya secara tiba tiba. Aku tak menjawab

pertanyaanya melainkan hanya memberinya seutas senyum. Fadhil menoleh ke kanan dan

kekiri, memerhatikan teman yang lainnya tengah bersenda gurau di teras masjid, temapat

dimana mereka tadi melangsukan ujian tahfidz akbar. “Kok sendirian?” tanya Fadhil. “Dai

mau beli bakso” jawabku dengan seutas senyum yang sedari tadi tak pupus dalam wajahku.

“Aku traktir, mau?” tawar fadhil seraya mengeluarkan uang berwarna hijau. Aku terdiam, lalu

menggeleng pertanda menolak. “Udah gapapa” lanjut Fadhil yang langsung mencengkram

tanganku hebat. Rasa ini seperti naik wahana Hysteria berkali kali, terasa mengejutkan

namun menyenangkan.

Hampir 30 menit, kami berdua menghabiskan waktu di warung bakso. Entahlah, aku sangat

menyukainya, sangat mengagguminya.

Waktu pembagan hasil kelulusan pun dimulai, Kita berkumpuk di titik utama yang sudah

tersedia tenda besar dengan panggung di tengahnya. Diatas panggung terdapat beberapa

Throphy dengan sederetan beberapa Mahkota indah berwarna emas.

Dipenghujung acara, para juri diacara tersebut menyebutkan nama nama yang mendapat

high score dalam Ujian Tahfidz Akbar Angkatan 2017/ 2018. Aku terdiam, berharap ada

namaku didalam list tersebut. Sang Juri menyebut satu persatu nama yang masuk dalam 30

besar. Kini, sang juri sudah sampai menyebutkan peserta yang masuk dalam 10 besar

namun,tak kunjung juga disebut namaku, aku pun mulai merasa gelisah, merasa insecure

dan gagal dengan semua yang sudah kulakukan. Urutan kini sudah menduduki 5 besar, dan

namaku belum juga disebut. Dengan yakin, aku tak akan masuk dalam kategori siswa

dengan nilai highscore.

“Muhammad Fadhilah Muzaqi”. Nama tersebut menduduki urutan 2 dalam 560 siswa dari

berbagai sekolah dan rumah tahfidz lainnya. Dengan lapang, aku berdiri, merasa bangga

bahwa ia terpilih menjadi The King of Jannah II. Memegang Trophy tingkat, dengan medali

dan sertifikat ditangannya. Aku sedikit menyesal, namun aku bahagia.

Sang juri kini tengah menentukan Juara pertama dalam Ujian ini. Tak akan merasa bisa, aku

hanya menyenderkan tubuhku lemas di bangku. “Shellia Sevinaa” Tepukan gemuruh sudah

terdengar ditelingaku, bersamaan dengan mataku yang melirik si pemilik nama tersebut.

Namun, tak kunjung kutemukan anak yang kembali naik ke atas panggung. Seketika

semuanya hening, Sang Juri kembali memanggil anak bernama “Shellia Sevinaaa,

diperkenankan maju keatas panggung”. Febby menepuk pundakku pelan. “Itu nama kamu

bukan??” tanya Febby sedikit berbisik. Mengernyitkan dahi, lalu menepuk jidatku. “Hilih,

nama sendiri kok lupa sih” Ucap Febby seraya menatapku sedikit kesal. “Shellia Sevina??

apa tidak ada?” tanya Juri. Aku langsung berdiri, dan maju keatas panggung. Seketika

gemuruh tepukan tangan kembali terdengar. Aku tak percaya akan menjadi The Queen Of

Jannah I. Fadhil langsung melirik kearahku yang berdiri tepat disampingnya. “Nama sendiri

kok lupa, aneh” ledek Fadhil. Sempat sempatnya dia meledekku disaat saat seperti ini.

1...2...3..

Cekrek-!!

Fotoku dan Fadhil dengan mahkota yang sama, sertifikat yang sama, dan medali yang

sama, kini kuabadikan dalam bingkai dalam kamarku. Memeluk guling lalu memainkan

segelintir rambutku dan mulai membayangkan bahwa aku dan dia sama sama memakai jas

putih impian.

Ibu datang dengan segelas susu hangat, lalu merangkulku hangat. “Siapa itu teh?” tanya

Ibu yang melihat bingkai fotoku dengan seorang laki laki. “ Dia, Laki laki yang keren, pinter,

baik, dan yang pasti sholeh bu” jawabku begitu mendramatisir sebuah rasa. Ibu sedikit

mendorongku, “ Hemeh, cielah” ledek Ibu yang langsung merampas paksa bingkai tersebut.

“Ganteng juga” goda Ibu.

-Mahkota Yang Sama

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post