Sabrina Elysia Maharani

Hai! Bagaikan seorang putri dari syurga memegang mawar putih. Namaku Sabrina!...

Selengkapnya
Navigasi Web
RESENSI BUKU BUMI MANUSIA

RESENSI BUKU BUMI MANUSIA

A. IDENTITAS BUKU:

Judul buku: Bumi Manusia

Pengarang: Pramodya Ananta Toer

Penerbit: Lentera Dipantara

Tanggal Terbit: Maret 2018

ISBN: 9789799731234

Tebal halaman: 551 Halaman

B. SINOPSIS BUKU:

Bumi Manusia menceritakan tentang Minke, seorang siswa HBS atau sekolah menengah atas dan satu-satunya pribumi yang mendapatkan kesempatan untuk bersekolah karena Minke adalah anak dari seorang bupati. Pada zaman tersebut, para bangsawan pribumi diberikan hak khusus agar memperkuat kekuasaan kolonial. Minke juga sanga erkena karena karya-karyanya. Tulisan-tulisan Minke dalam majalah berbahasa Belanda membuat Asisten Residen mengundangnya sebagai tamu kehormatan.

Suatu ketika, Minke diajak oleh Robert Suurhof- Sahabat Minke, ke rumah teman suurhof yaitu Robert Mellema. Sesampainya mereka kekediaman Mellema, hanya suurhof yang diperakukan dengan baik, Robert Mellema tidak suka dengan Minke karena dia hanya Pribumi. Lalu datanglah Annelies Mellema- adik dari robert mellema, tertarik dengan kehadiran minke. Minke juga jauh hati pada pandangan pertama.

Kisah cinta Minke dan Annelies berakhir Karena Annelis dianggap anak Tuan Melemma dengan nama belakangnya oleh bangsa Belanda, perkawinan Minke dan Annelies menjadi tidak sah. Karena perkawinan dari seorang keturunan Belanda memiliki cara tersendiri.

C. MENGAPA HARUS MEMBACA BUKU INI?

Menurut saya, meskipun ada majas-majas yang tidak saya fahami, ataupun bahasa yang cukup berat untuk dicerna oleh remaja, karya tulis ini membuat saya mengerti banyak kosakata baru, selain itu novel ini secara detail berbicara mengenai kehidupan dimasa lampau, sesuatu yang mungkin cukup absurd untuk difahami generasi milenial. Pramoedya memberi ruh sehingga buku ini tidak hanya berupa novel berisi kisah picisan semata tapi juga memuat banyak nilai kehidupan di dalamnya.

D. AMANAT DARI BUKU INI:

“seorang terpelajar harus berlaku adil sudah sejak dalam pikiran apalagi perbuatan” demikian quote yang banyak dicuplik dari mahakarya seorang Pramoedya Ananta Toer. Maknanya kurang lebih seperti ini: Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita banyak melakukan kekeliruan berfikir. Secara tidak sadar, kita seringkali merasa lebih baik dari orang lain hanya karena kita merasa memiliki intelektualitas yang lebih tinggi. Hal tersebut tentu sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan seseorang sibuk menjadi hakim bagi kehidupan orang lain

Selain itu, kita cenderung mudah berkomentar mengenai suatu penggalan peristiwa dimedia sosial, padahal kenyataan sebenarnya belum tentu sama dengan apa yang kita lihat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post