Rumaisha Annida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kebiasaan Buruk (1)

See You

>Kebiasaan Buruk

“Zaakiiiyaaaaah!”

Teriakan untuk Zakiyah sudah di mulai pagi itu. Yup, teriakan Ummi agar Zakiyah bangun pagi. Zakiyah mengerjab-ngerjabkan matanya. Ia bangkit dari posisi tidurnya. Gadis yang biasanya di panggil Iyah itu pun mulai berjalan mengambil handuknya. Kini Iyah telah memasui kamar mandi dan muai membersihkan dirinya.

Gadis yang sebentar lagi duduk di bangku kelas tujuh itu pun sudah siap dengan seragam SD islam kelas enamnya. Ia mulai menyisir rambut hitamnya yang sepanjang bahu yang sudah kering itu. Lantas sedikit menggerutu pelan mengambil hijabnya dan mengenakannya serapi mungkin.

Inilah kebiasaan buruk Iyah, ia masih suka lepas pakai hijabnya. Baginya mengenakan hijab itu gerah. Umminya sampai kewelahan menasihatinya bahwa nanti lama kelamaan akan terbiasa dan tidak gampang gerah lagi.

Iyah kini telah menyelesaikan sarapannya. Setelah berpamitan dengan Ummi Abinya. Iyah mengambil sepedanya. Lagi-lagi Iyah menggerutu. Jika, ia mengenakan celana pasti lebih mudah mengkayuh sepedanya, tidak seprti sekarang pakai rok panjang.

Di sekolah Iyah sering sekali bersama sahabatnya sejak kecil Fatma suka sekali menjahili teman yang lain. Meski begitu Iyah memang pintar, rankingnya tidak pernah luput dari lima besar. Ia juga mengikuti les bahasa, dia sangat menggemari pelajaran bahasa. Sayangnya setiap ada jadwal sholat sunnah ia selalu melewatinya. Di tambah lagi berbohong bahwa dia sudah melaksanakan sholat sunnah.

Pelajaran berjalan seperti biasanya. Termasuk juga kebiasaan buruk Iyah, melewatkan sholat dhuha dan sholat sunnah setelah dzuhur. Iyah berjalan menuju parkiran sepedanya. Ia segera mengkayuh sepedanya pulang, perutnya sudah keroncongan.

Sesampainya di rumah. Iyah menganti seragamnya dengan aos lengan panjang dan celana training nila kesukaannya. Ia berjalan cepat kea rah meja makan. Di sana ada Kak Salsa dan Umminya sedang menunggu Iyah sambil mengobrol. Kalau dilihat-lihat Kak Salsa sudah sembuh dari sakit magnya. Kak Salsa adalah santriwati di sebuah pesantren di luar kota. Saat ini Kak Salsa sering merasa perutnya sakit dan demam sedikit, akhirnya pihak pesantren memperbolehkannya pulang untuk dapat beristirahat.

“Hai Kak, Mi!” Sapa Iyah. Keduanya menjawab bersamaan.

“Besok sudah mulai ujian kelulusan, kan?” Tanya Kak Salsa sambil mengisi piringnya dengan nasi. Iyah yang asyik menggunyah mengangguk.

“Semoga nilai ujian ku bagus semua!” Doa Iyah, diammini oleh Ummi dan Kak Salsa.

“Oh ya, kakak punya berita bagus buat kamu!” Seru Kak Salsa semangat.

“Apa itu? Lomba bercerita dengan bahasa Belanda, aku mau ikut!” Tebak Iyah asal.

“Yeee, jauh lebih seru lagi dari itu,” kata Kak Salsa bikin Iyah tidak sabaran.

“Udah-udah, lebih baik kalian habiskan makanan dulu. Kakak juga harus beres-beres buat kembali ke pesantren. Ingat lho ya kamu juga ada ulangan kenaikan kelas!” Ummi yang telah menyelesaikan makan mencuci piringnya.

“Mana bisa di tunda, kan selesai makan aku harus bersiap untuk ikut les.” Iyah menyuapkan sendok ke mulutnya.

“Terserah kamu,” Ummi rupanya sedang tidak cari gara-gara oleh anak bungsunya itu.

“Baiklah, langsung saja. Aku telah mendaftarkanmu ke sebuah program. Tenang saja program ini mulai saat libur kenaikan kelas.” Kak Salsa telah menghabiskan makanannya, ia bangkit dan mulai mencuci piring.

Alis Iyah terangkat. Dalam hati ia berharap sebuah program bahasa. Kak Salsa meninggalkan ruang makan. Iyah segera mencuci piringnya yang sudah ludes.

Ia segera bersiap pergi ke rumah guru les nya di komplek sebelah. Guru lesnya perempuan usia 20-30-an. Baik dan bijaksana, menyenangkan juga. Namanya Miss Carl. Wanita keturunan Jerman. Ia sudah menguasai tujuh bahasa. Dan Iyah hanya ingin mempelajari bahasa Belanda, Jerman dan memantapkan bahasa Inggrisnya.

Iyah memilih mengunakan kaos yang dari tadi ia kenakan, hanya saja kini ia mengganti celananya dengan rok celana. Ia tidak ingin di ceramahi Ummi karena keluar dengan celana. Iyah menatap tumpukan lipatan hijabnya. Iya menimbang-nimbang, akhirnya ide nakal itu terbesit.

“Ummi aku berangkat dulu!” Seru Iyah.

Ummi menoleh, lantas tersenyum. “Tumben, biasanya harusdi ingatkan dulu, kalau mau pakai hijab.”

Iyah hanya cengar cengir, ia mencium punggung tangan ibunya.

Seribu sayang. Ketika Iyah mulai membelokan sepedanya menuju rute jalan yang sering ia gunakan. Iyah melepas hijabnya. Memasukkan ke dalam tasnya.

“Iyaaah!”

Iyah terkejut langsung menoleh kebelakang. Ia takut keahuan.

“Iyahh, haii!” Rupanya itu Lillian. Teman lesnya.

“Rupanya kamu kukira siapa.” Gerutu Iyah.

Merekapun balapan menuju rumah Miss Carl. Di tengah-tengah perjalanan Iyah mengerem sepedanya lantas berbelok ke gang buntu. Lillian kebingungang laas ikut membelokkan sepedanya.

“Kenapa?” Tanya Lillian.

“Shht! Jangan berisik!” Iyah melongokkan kepalanya melihat-liaht jalan depannya. Lantas kembali menatap Lillian. “Aku sedang sembunyi, dari Ustad agamaku,” Kini pertanyaan Lillian terjawab.

Lillian mengangguk. Iyah tahu kalau ketahuan akan di tegur. Dandi ceramahi lagi, kalau sudah besar harus menutupi aurat inilah itulah.

Akhirnya keduanya sampai di depan rumah Miss Carl.

“Haii, girls! Kenapa sedikit terlambat lima menit dari biasannya?” Sambut Miss Carl sekaligus bertanya. “Oh, dan lihat dirimu Iyah, kemanakan Hijabmu?” Tatap Miss Carl tajam. Aduh Iyah lupa, Miss Carl nggak jauh beda dari Umminya. Iyah dengan malas mengeluarkan hijabnya dari tasnya.

Les pun juga berjalan seperti biasanya. Iyah dan Lillian juga sholat ashar di sana.

>>>

Sampai situ kalian sudah tahukan kebiasaan buruk Iyah. Yup, suka menggrutu, nakal dan jahil. Dan juga kurang bersyukur, maybe_-

>>>

NB: Buat jawaban tentang aku otaku atau tidak?

Jawabanya: Aku sendiri juga nggak tahu :P Pokoknya aku sepertinya belum bisa di bilang otaku. Dah itu ajah :v bye~

Maaf jika masih ada typo

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kaming soon, ntar sore klo nggak malem yeee, ep selanjutnya sodara-sodara. Mon maap telat.

02 Aug
Balas

Lanjut kak

30 Jul
Balas

Syappp! insyaAllah aku usahain setiap hari sekali

30 Jul



search

New Post