Reika ayu maharani nawa mahardika

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Buku, Sahabat yang Membuka Duniaku
Aku dan buku, sahabat sejatiku

Buku, Sahabat yang Membuka Duniaku

Ada sesuatu tentang buku yang membuatku tertarik. Aku bisa bepergian ke dunia lain, bertemu orang baru, dan mengalami hal-hal menakjubkan. Membaca buku tidak bisa dibandingkan dengan hampir semua hal, termasuk menonton TV atau film. Sayangnya, kudapati semakin sedikit waktu luangku untuk membaca dan mengeksplorasi buku. Pekerjaan sekolah, olahraga, ekstrakurikuler, dan kursus yang dirancang oleh ibuku karena nilai yang kurang baik menyebabkan waktu membacaku terus berkurang.

Namun, pandemi ini memberiku jalan keluar. Saat aku menyisihkan waktu untuk mengambil salah satu buku dari rak yang penuh, aku selalu terinspirasi untuk membaca lebih banyak. Kurasa semua orang harus berusaha menyediakan waktu untuk duduk dan membaca. Aku bukan bicara tentang membaca koran, majalah, atau buku sekolah. Setiap orang harus meluangkan waktu untuk membaca buku yang membuat mereka senang.

Di masa pandemi sekarang, masyarakat mengalami stres yang sangat tinggi. Membuka buku dan tenggelam dalam sebuah cerita, akan memindahkan kita sejenak dari pergumulan dan tekanan. Untuk seorang siswa sekolah menengah pertama sepertiku, hidup bergerak sangat cepat. Akhir pekan tak banyak berpengaruh, terutama saat kau kurang tidur dan sebagian besar waktu luangmu digunakan untuk mengejar ketinggalan. Meluangkan waktu 20 menit sehari untuk membaca buku, memungkinkanku menjelajahi dunia baru dan bertemu orang baru, sambil menstimulasi pikiran dan meningkatkan suasana hatiku.

Alasan umum yang sering dipakai orang untuk tidak membaca adalah stres dan kesibukan. Ironisnya, membaca untuk kesenangan dapat membantu mengelola stres dan memecah kesibukan. Manusia adalah makhluk sosial. Hubungan manusia dan pemahaman sosial dapat dipenuhi oleh buku fiksi. Aku membaca sebuah studi tentang memindai otak mahasiswa setelah membaca novel fiksi selama sembilan malam.[1] Hasilnya menarik; ada konektivitas yang meningkat di korteks temporal kiri, yang terlibat dalam komposisi bahasa. Ada juga konektivitas meningkat di pusat otak, yang merupakan area sensasi dan gerakan. Tindakan membaca menempatkan pembaca seakan menjadi protagonis. Ini menunjukkan kekuatan dari kata-kata tertulis, membuat pembaca secara psikologis seakan di dalam buku bersama karakter, memenuhi kebutuhan akan hubungan antar manusia. Tak ada yang bisa menggantikan hubungan manusia secara nyata. Namun, karakter dalam buku dapat menjadi teman atau mentor bagi pembaca, bahkan memberikan inspirasi yang dapat membantu pembaca dalam permasalahan mereka.

Membaca juga meningkatkan empati dan kasih sayang. Menempatkan diri sebagai karakter dan melihat cerita dari sudut pandang mereka membuat kita lebih sadar secara sosial dan dapat membantu kita belajar berurusan dengan orang lain. Untuk anak-anak, ini sangat penting. Mengajarkan bagaimana menangani konflik dan dan mempertimbangkan hal-hal dari perspektif lain adalah keterampilan penting untuk masa depan mereka. Hal ini sering terjadi padaku, masalahku terjawab dari buku.

Hal lain yang istimewa adalah buku fisiknya. Nuansa halaman, ketebalan buku, sampul indah; semuanya menambah pengalaman. Hal-hal ini tidak dapat dialami saat membaca e-book. Sumber literatur alternatif ini merenggut pengalaman sastra otentik pembaca. Walaupun membaca dalam format apa pun lebih baik daripada tidak membaca; Namun, pengalaman yang asli dan lengkap hanya dapat diakses oleh pembaca yang mengambil fisik buku tersebut.

Sayang, tren dunia sekarang membawa kita secara tak sadar menghabiskan banyak waktu di depan TV atau monitor gadget. Semakin sedikit waktu dihabiskan untuk membaca dan semakin banyak waktu dihabiskan dengan mata terpaku pada layar. Memprioritaskan membaca dan menerapkan sastra ke dalam kehidupan sehari-hari bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Kita bisa menjadi masyarakat yang berempati dan berpikiran terbuka yang memiliki potensi membuat beberapa perubahan terjadi. Pergilah ke toko buku atau perpustakaan. Ada buku untuk semua orang di luar sana. Jika kau merasa bukan tipe "pembaca," sebetulnya kau belum menemukan buku yang tepat. Bukalah sebuah buku, percayalah itu akan membuka pikiranmu pada dunia dan kemungkinan-kemungkinan baru.

[1]Rebecca Joy Stanborough, MFA, 2019,Benefits of Reading Books: How It Can Positively Affect Your Life, Medically reviewed by Heidi Moawad, M.D. (diakses tanggal 9 Mei 2021 pukul 11.15, https://www.healthline.com/health/benefits-of-reading-books)

Reika Ayu Maharani Nawa Mahardika, akrab dipanggil dengan Ika, lahir tanggal 8 Agustus 2006. Saat ini masih duduk di bangku sekolah menengah, SMPN 1 Kelapa Dua, Tangerang. Mulai suka menulis sejak mengikuti program Sasisabu DKI 2 (Satu Siswa Satu Buku). Penulis dapat dihubungi di 085714703996 (HP dan WA) atau melalui email [email protected].

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post