ANGAN KU SETINGGI HARAPAN KU

Matahari yang cerah tampak memancarkan dunia pagi ini, cemuit burung burung mulai terdengar. Aku mulai menata diri di depan cermin tak terasa dan sungguh tak menyangka usiaku sudah menginjak empat belas tahun. Usia mendekati masa dewasa semakin terlihat.

Mutia, nama yang diberikan oleh ibuku. Saat ini aku duduk dibangku kelas sembilan sekolah menengah. Kejutan demi kejutan pada semester kedua ini membuat aku harus lebih waspada. Banyak kegiatan seperti ujian praktik maupun ujian nasional, masa sesudah pandemi saat ini apakah masih berjalan dengan normal ataukah masih kondisi daring.

Pengalaman di semester pertama membuat banyak cerita senang, sedih dan kecewa. Rasanya bagaikan permen nano nano. Bagaimana tidak, aku merasa sudah mengerjakan tugas dengan baik, pada kenyataannya nilai yang diterima tidak sesuai dengan harapan.

Saat ini masa percobaan tatap muka, membuat setiap pagi terasa bahagia. Saling bersendaugurau dengan teman, menyapa dan mengenali kembali teman satu kelas. Di semester kedua ini, aku yakin pada diriku sendiri bahwa aku pasti bisa melewati segala rintangan. Tinggal beberapa langkah lagi aku meninggalkan gerbang SMP, melawati try out, dan berbagai ujian huhhh..... rasanyaa...sangat deg degan, tapi juga senang karena hari kelulusan akan segera dinanti oleh semua siswa kelas sembilan.

Tidak selalu terpikirkan bahwa beberapa bulan lagi akan meninggalkan SMP, mengucap kata selmat tinggal kenangan di kelas sembilan maupun di kelas sebelumnya.

Aku selalu memikirkan impianku dengan angan angan yang sudah ada. Membuat semakin bersemangat saat ini, impianku saat ini hanyalah ingin lulus dengan nilai terbaik, dan ketika ujian semua dilancarkan dan dipermudah.

Dengan nilai baik, aku berencana untuk masuk ke sekolah kejuruan, aku ingin mengambil jurusan yang sesuai dengan kemampuan. Selalu berdoa dan belajar menjadi kunci utama saat ini agar saat ujian nanti perolehan nilai baik dan layak untuk dipertahankan.

Cita-cita menjadi pengusaha saat ini sebatas angan angan, tetapi aku yakin bahwa suatu saat akan menjadi kenyataan. Sejuta impian aku mulai di kelas sembilan dengan belajar sungguh sungguh dan berdoa. Nilai rapot yang ada dalam genggamanku menjadi sebuah penyemangat agar menjadi lebih baik.

Dua tahun masa pandemi, membuatku membayangkan saat duduk di kelas sembilan akan mudah, namun ternyata jelang semester kedua menjadi sebuah misteri yang tiba tiba memberi kejutan berbagai ujian. Meskipun ditahun ini banyak cerita tentang pandemi tidak menurunkan semangat ku dalam belajar, semua angan angan akan kujadikan sebagai impian di masa depan, aku tidak ingin mendengar kata "belum mengerjakan tugas". Keinginan yang paling sederhana hanyalah membuat orang tua bangga dan selalu bahagia.

Bio Data Penulis :

Refa Ayu Yulita, lahir pada 14 Januari 2007 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Putri kedua dari tujuh bersaudara, seorang ibu bernama Lestari dan bapak Yuli Setiawan.