Gun Jack

oleh Rausyan Fikri Muhammad

“Kenapa jadinya begini, kan udah gua bilang sama lu semua hari ini gak ada yang namanya kalah. Konsentrasi sama pertandingan. Pokoknya sore nanti kita harus angkat piala”.

Ucap Gun Jack kepada 4 orang rekan timnya, Albert, Luan, Bodhi, dan Arjun. Gunawan, kapten dari tim basket Maxim memang orang yang tepat untuk membangun kembali semangat yang sudah hampir padam di dalam rekan satu timnya. Seseorang yang bukan hanya ahli dalam mencetak poin, namun juga bisa memberi harapan kepada yang lainnya. Itulah sosok yang kini di butuhkan dalam tim Maxim. Dengan ketertinggalan 26 poin dari tim lawan, Gunawan alias Gun Jack harus bisa membangkitkan semangat rekan – rekan timnya.

“Di 4 menit terakhir ini kita harus bisa mengejar ketertinggalan 26 angka. Inget semua perjuangan yang udah lu habiskan buat latihan, kerja keras, dan bertarung habis habisan untuk melewati batas diri sendiri. Semuanya demi momen ini. Walaupun hari ini coach gak bisa dateng, tapi kita harus bisa memenangkan turnamen nasional ini.”

Dengan kata – kata ajaibnya tersebut Gun Jack pun dapat menyulut kembali api semangat Maxim yang beberapa menit lalu sudah hampir padam. Poin demi poin diraih tim Maxim.

“Luan, Arjun kosong. Cepet passing ke dia”

Teriak Gun Jack yang sedang di jaga oleh musuh.

Berkat umpan manis yang diberikan Luan. Arjun mendapatkan ruang untuk menembak bola di luar garis three point. Tetapi, sesaat sebelum menembak, ada upaya blocking dari musuh yang dianggap terlalu berlebihan oleh wasit sehingga berbuah 2 kali free throw untuk tim Maxim. 5 poin untuk Maxim. Perlahan lahan Maxim mulai memperkecil kekalahan. Seluruh pendukung Maxim bersorak kembali menyemangati tim kebanggaannya. Sorak sorai penonton saling bersahutan deiring berjalannya pertandingan yang kian mememanas. Gemuruh suara penonton yang seakan akan membuat gedung bergetar.

15 detik tersisa. Maxim kini hanya tertinggal 1 angka. Kini sudah tidak ada yang bisa menghentikan tekad para pemain Maxim untuk menang. Gun Jack yang kini sedang membawa bola sedang mencari kesempatan untuk menembak. Gun Jack lalu mengoper bolanya pada Albert. Dengan kelincahannya Albert men-dribble bola melewati dua pemain yang menghadangnya dan bersiap untuk melakukan dunk. Namun Albert masih dibayang – bayangi oleh Bob, Pemain bertubuh besar dari tim lawan yang dijuluki monster dibawah ring. 8 detik tersisa. Albert lalu memtuskan untuk mengoper kepada Bodhi si Buddha yang tidak dijaga musuh. Bodhi lalu melancarkan tembakan penutup pertandingan. Seluruh pasang mata yang ada di Gedung olahraga itu terfokus kepada bola yang ditembakkan Bodhi.

“MASUK!!!!”

Tembakan penutup dari Bodhi pun akhirnya bisa membawa Maxim menuju kemenangan. Penonton pun bersorak merayakan kemenangan Maxim.

Waktunya tiba untuk pemberian piala. Sang kapten pun lalu memberikan pidato kemenangan.

“Terima kasih untuk semua orang yang berkontribusi didalam perjuangan Maxim selama ini. Tentunya piala ini tidak akan terwujud jika bukan karena kalian. Terdengar klise memang tetapi, untuk saat ini aku sungguh – sungguh memaknainya. Namun, Ucapan terima kasih terbesar kami ucapkan kepada pelatih kami yang dari awal sudah percaya dengan kami dan mau melatih kami. Seluruh emosi, perjuangan, momen, dan cobaan yang telah kami lewati Bersama pelatih lah yang membentuk diri kami sekarang. Yang membentuk kami menjadi seorang juara. Walaupun hari ini beliau tidak bisa dating karena suatu alasan tetapi semangatnya terus menemani selama pertandingan. Terima kasih untuk semuanya. Sekian.”

Kata – kata penutup dari sang kapten juga menutup hari yang Panjang bagi Maxim. Seluruh perjuangan, keringat yang telah menjadi darah, kini terbayar sudah. Kini yang tersisa hanyalah air mata kemenangan dari para juara.

Halo, nama saya Rausyan Fikri. Kalau ada kritik dan saran bisa dikirim ke email dibawah

**(censored)**