KASIHMU BUATKU KUAT DOAMU BUATKU HEBAT, IBU

Oleh Zizzah Rachma

Ada yang bilang bahwa hidup adalah sebuah perjalanan. Saat pertama kalinya muncul didunia dan pertama kali kita menangis di pelukan ibunda saat itulah perjalanan kita dimulai. Disanalah ada sebuah impian yang disematkan oleh orang tua kepada kita anak-anaknya berupa doa, harapan dan syukur mereka. Begitu juga dengan perjalanan hidupku dimulai saat ibu berjuang untukku, saat usiaku 2 bulan dan di vonis oleh dokter mengalami kebocoran jantung bawaan sejak lahir. Ketika dokter mengatakan penyebab sakitku, ibulah yang pertama merasakan sakitku. Yang mengkhawatirkan aku dan selalu menangis karena aku. Tapi semuanya disembunyikan dalam senyumnya yang lembut.

Ibu kaulah pahlawanku, sosok yang berarti dalam kehidupanku. Kaupun mulai berselancar di media sosial untuk mencari berita untuk penderita jantung bawaan sejak lahir. Ibu kau juga mecari dokter spesialis jantung anak, demi anakmu ini. Kau dengan optimis selalu berkata, aku akan tumbuh sehat dan tumbuh seperti anak-anak normal. Ibu yang selalu menlindungiku, bagaikan malaikat yang Allah berikan untukku. Tanpa lelah dan letih menjaga dan mendampingku saat operasi dan penyembuhan hingga aku tumbuh sehat. Berat badanku dijaga, asupan giziku selalu dipantau agar berat badanku selalu bertambah. Setiap perkataan dokter diikuti demi tumbuh kembangku.

Sungguh besar pengorbananmu ibu dalam merawatku. Dengan penuh sabar dan bertabur kasih sayang. Juga letih tak kau hiraukan, kesembuhan dan tumbuh kembangku yang selalu jadi prioritasmu. Ibu kau perempuan hebat juga kuat dalam menghadapi setiap rintangan kehidupan. Keikhlasanmu tidak dapat terbayarkan. Hanya doa yang selalu aku panjatkan untukmu ibu.

Ibu kau selalu mendidik anak-anakmu menjadi anak-anak yang hebat, kuat, berani juga mandiri. Kau ajarkan anak-anakmu keberanian selama itu benar, kau ajarkan kejujuran juga kasih sayang antar saudara. Kau rawat dan didik anak-anakmu di sela kesibukanmu sebagai seorang pengajar di madrasah. Ibu kau dedikasikan hidupmu tanpa kenal lelah untuk keluarga. Kau bebaskan anak-anakmu dalam memilih pendidikan dan kau berikan arahan untuk selalu menjadi anak-anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Masih ingat tetes air mata kebahagiaan itu, saat kau berhasil mendidik aku dan kakak sebagai penghafal Al Qur’an. Tak lelah doa yang kau panjatkan untuk kami anak-anakmu. Air mata kebahagiaan itu kembali menetes saat kau mendengar kakak diterima di perguruan tinggi melalui jalur prestasi penghafal Al Qur’an. Ibu aku dan kakak bukan anak-anak hebat. Tapi ibulah yang menjadikan anak-anakmu hebat. Dalam lelahmu selalu terbersit semangat. Dalam senyum dan diammu selalu terlantun doa-doa untuk anak-anakmu. Doa-doamu adalah penguat dan keberkahan dalam aku melangkah. Jika semesta dapat berbicara pasti akan setuju bahwa ibu adalah sosok pahlawan terhebat dalam kehidupanku dan keluarga.

Terima kasih Tuhan atas anugerah yang kau berikan memiliki ibu yang hebat. Dan karya ini aku dedikasikan untuk ibu yang selama ini menjadi inspirasiku dalam menggapai mimpi.

Profil Penulis:

Nurul Azizah Rachmasari lahir di Surabaya 19 Juli 2005, saat ini sedang belajar di Pondok Penghafal Al Qur'an (PPQ) Al Munawaroh Bungah Gresik, juga sebagai siswa kelas 11 di MAN 1 Gresik Jawa Timur. Penulis dapat dihubungi melalui surel **(censored)** dan WA **(censored)**