Nity Mazidah Ilma

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Untaian Kisah dan Sebuah Maaf

Untaian Kisah dan Sebuah Maaf

Kala dingin menyelimuti hangatnya pagi. Membawa angin menari-nari di tengah riuhnya kabut pagi. Jalan Setapak masih tampak temaram. Sementara itu, ia telah bangun dan bersiap menuju sekolah. Bersiap menyambutku dan murid lainnya di pagi hari dengan semangat yang beliau miliki. Entahlah, perjuangan apa saja yang para guru lalui sehingga muridnya mendapatkan pendidikan yang layak. Berbagai untaian kisah perjuangan dari mereka selalu saja memberikan jejak di lubuk hatiku. Seperti satu kisah guruku di Madrasah yang masih tersimpan dibenakku. Semilir cerita perjuangan salah seorang guruku. Dimana beliau harus berganti kendaraan untuk sampai ke sekolah demi dapat memberikan ilmu setiap hari kepada kami. Mulai dari naik bus kota sampai terminal, kemudian berganti naik angkutan umum, dan terkhir beliau dijemput pedagang kantin sekolah yang sudah akrab dengan para guru. Setahuku, jarak rumah beliau ke sekolah perkiraan sekitar 40km. Kebayang dong capeknya gimana. Walaupun jaraknya cukup jauh, aku tak pernah menyadarinya terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, muridnya yang satu ini (penulis) yang rumahnya terbilang tak terlalu jauh masih sering datang dekat bel jam masuk sekolah.

Sungguh pengorbanan seorang guru tak ada hentinya dalam memberikan secercah cahaya bagi murid muridnya. Aku jadi teringat kembali kisah 4 tahun silam. Saat itu aku dipertemukan dengan sosok guru yang kasih sayangnya sampai membekas hingga saat ini. Beliau juga terkenal sebagai guru yang ringan tangannya. Kebetulan sekali beliau menjadi wali kelasku kala itu. Berkatnya, kami sering kali melakukan kegiatan sosial karena pengaruh dari pendidikan yang diberikan beliau. Masih kuingat, sisa uang kas kelas kami, yang dulunya sering dibuat makan-makan, semenjak itu kami lebih memilih sisa uang kas itu digunakan untuk membantu warga sekitar yang kekurangan. Sayangnya 4 tahun silam menyisahkan sebuah luka bagi guruku. Beberapa hari menjelang kenaikan kelas, justru beliau sering kali jarang masuk kelas. Bahkan pernah sampai 1 pekan penuh beliau tidak masuk. Dan tak hanya itu beliau sering datang terlambat semenjak saat itu. Ternyata dibalik itu, suami beliau sedang menderita sakit jantung. Tentu saja hal itu membuatku dan satu kelas merasa sedih. Ketika hari libur kenaikan kelas, notifikasi berita yang takku harapkan masuk kedalam handphoneku dan seketika membuat hatiku terasa sesak. Suami beliau dinyatakan meninggal setelah beberapa bulan kondisinya dikabarkan lebih baik. Tentu saja aku ikut merasakan kesedihan itu. Bagiku, bukan hanya kelembutan hatinya saja yang sampai saat ini membekas di hati, tetapi ketegaran beliau dalam menghadapi ujian. Setelah beberapa pekan tak mengajar kami, beliau masuk kembali dan mengajar kami tanpa menunjukkan sedikitpun kesedihan yang terpancar di wajahnya. Semangat memberi pelajaran dan ketulusan mencurahkan ilmu yang justru terpancar dari beliau. Walaupun mungkin sebenarnya ada kesedihan yang tersimpan dibalik senyumnya.

Begitu banyak jasa para guru yang membekas di hati. Apalagi di saat pandemi seperti saat ini. Pasti sebagian orang sudah pernah mendengar komentar komentar negatif yang ditujukan kepada sebagian guru disaat pembelajaran daring diberlakukan. Padahal nyatanya pekerjaan guru lebih melelahkan di saat pembelajaran daring yang jam mengajarnya biasanya hanya setengah hari, justru jadi satu hari penuh. Begitu besar bukan jasa para guru untuk muridnya agar murid muridnya tak merasakan yang namanya kebodohan. Yang pasti aku sebagai murid memiliki sebuah hutang ucapan terima kasih dan sebuah maaf. Mengapa sebuah maaf? Karena sebagai murid begitu banyak kesalahan yang dibuat. Mungkin dalam lirih keluh di bibirku ada sebuah kekesalan terhadapmu, mungkinku sering sekali menunggak tugas, mungkinku pernah menghiraukan engkau saat menjelaskan kuhara engkau memaafkannya. Kuharap untaian Kisah dan sebuah maaf ini menjadi sebuah hadiah pada hari guru tahun ini. Terimakasih atas segala jasa yang engkau berikan. Mulai dari ilmu yang engkau bagikan, ketulusan, kasih sayang, kerelaan, dan masih begitu banyak jasamu yang tak dapat kusebutkan satu demi satu.

Biodata:

Salam literasi

Namaku Nity Mazidah Ilma kelas 9 dari MtsN 2 JEMBER . Lahir di Jember pada tanggal 18 Maret 2006. Emailku [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post