Nisrina Arij Hisanah Suhardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kasih Guru Tak Terbilang

Kasih Guru Tak Terbilang

Pagiku cerahku

Matahari bersinar

Kupegang tas merahku di pundak

Selamat pagi semua kunantikan dirimu

Di depan kelasku

Kau nantikan kami

Guruku tersayang

Guru tercinta

Demikian syair lagu buat guru. Jasa guru tak dapat dihitung. Tanpa guru kita tak dapat membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan tanpa guru kita pun tak dapat menggapai cita-cita. Tanpa guru juga kita tak dapat menggapai ilmu pengetahuan yang tinggi. Karena dari TK sampai kuliah gurulah yang memberikan ilmu pengetahuan, begitupun perilaku baik dan keterampilan hidup. Semua karena jasa guru yang tiada terkira. Cita-cita sebagai dokter, polisi, tentara, guru, dosen, semuanya dapat digapai karena jasa guru.

Salah satu contohnya guruku. Sewaktu masih duduk di bangku TK ( Taman Kanak-Kanak) kelas B, aku mempunyai ibu guru yang sangat baik. Namanya Ibu Ririn. Beliau guru favoritku. Karena sangat lucu dan mudah membuat kami tertawa. Beliau memberikan kami ilmu dengan cara menarik dan penuh inspirasi. Beliau juga mengajak kami bernyanyi bersama dan selalu menunjuk untuk maju ke depan kelas. Itu membuat kami memiliki keberanian dan rasa percaya diri. Beliau juga senang bercerita.

Salah satu cerita yang berkesan bagiku adalah “Kebencian Si Kentang Busuk”. Ceritanya begini :

Suatu hari di sekolah, aku dan teman-teman melihat Ibu Guru memegang kentang. Kami pun masuk ke kelas dan belajar bersama. Salah seorang temanku bertanya,“ Bu Guru kentang itu mau diapakan?” Ibu Guru menjawab,“ Kentang ini mau....... lihat saja nanti ya“ Ibu guru memotong sendiri jawabannya. Kami pun dibuatnya penasaran. Kami menunggu dengan sabar dan tentu saja menahan rasa penasaran. Sampai akhirnya jawaban yang kami nantikan pun segera diberikan oleh Ibu Guru. “Anak-anak, coba kalian perhatikan kentang ini! Kami memperhatikan kentang yang ditunjukkan Ibu Guru. Dilanjutkannya,” Anak-anak, misalnya kalian membenci seseorang yang bernama Jino kalian tulis nama orang itu di kentang ini. Kalian bawa terus sampai busuk. Jikalau kentangnya sudah busuk dan kalian membuangnya berarti kalian sudah melepas kebencian itu“. Lanjut Ibu Guru lagi,”Berapa orang yang kalian benci? Ambil kentang sesuai jumlah orang yang kalian benci! Apakah 1, 3, 5, 9, 10, atau 0. Maka Semakin banyak orang yang kamu benci, maka semakin banyak kentang yang busuk, kan?” Kami pun semakin mengerti bahwa sifat membenci adalah perbuatan yang sangat merugikan. Daripada membuang kentang, kan lebih baik disimpan untuk dimasak sayur.

Begitulah cerita dari Ibu Guru. Kami tidak diberitahukan awalnya bahwa membenci itu perbuatan yang tidak baik. Tetapi kami sendiri memahami melalui cerita.

Ketika di antara kami ada yang tidak membawa bekal, Ibu Guru akan menanyakan kalau teman lapar, apakah kami senang? Maka dengan senang hati kami mau berbagi kepada teman. Kasihan kan kalau kita sudah kenyang, sementara ada teman yang kelaparan?

Tak hanya itu, Ibu Guru kami sering menyuapi jika kami malas makan. Mengantarkan kami ke toilet, menemani kami bermain dan belajar. Bahkan ketika orang tua kami belum datang menjemput, dengan sabar dan setianya Ibu Guru mendampingi sampai jemputan datang.

Sekolah kami selalu diadakan lomba menyanyi, menari, menggambar, mewarnai, senam, dan lomba lainnya sampai ke Makassar. Guru kami dengan senang hati melatih kami sampai siap mengikuti lomba. Pokoknya, semua guru kami tanpa terkecuali sangat memperhatikan kami.

Sampai duduk di bangku SD, guru-guru kami pun perhatiannya tetap sama. Selalu memberikan perhatian dan senyum saat belajar. Tak pernah sedikit pun kami dimarahi. Jika di antara kami ada yang bertengkar, Ibu Guru akan menasehati dan meminta kami untuk selalu saling memaafkan dan selalu hidup rukun. Kami pun sangat menyayanginya. Wahai guruku tersayang, jasa dan kasihmu sungguh tak terbilang. Akan kukenang selalu jasamu. Budimu akan tersimpan di dalam hatiku. Semoga Allah selalu menjagamu. Aku ingin sepertimu, guruku.

Biodata Penulis

Nisrina Arij Hisanah Suhardi, biasa dipanggil Rina. Lahir di Enrekang pada tanggal 12 November 2012. Saat ini Penulis adalah siswi kelas 3 SDN 172 Enrekang.

Hobbi Penulis adalah membaca, menulis, dan bersepeda. Cita-cita ingin menjadi Guru dan Penulis.

Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected] dan WA 085242571812

Penulis telah menerbitkan buku perdana berjudul “Bingkisan Buat Mama” hasil pelatihan sasisabu 6 yang diadakan oleh MediaGuru Indonesia. Juga memiliki 9 buku antologi hasil lomba menulis siswa di MediaGuru “Anak Indonesia Cinta Buku”, “Kami Rindu Bersua, Pengalaman Belajar Daring”, “Ramadan Ceria”, “Yuk, Membuka Dunia dengan Buku”, “Aku Cinta Lingkunganku”, “Rumahku Istanaku”, “Bapak-Ibu Guru Kami Rindu Belajar dan Bertemu”, “Kami Buku dan Perpustakaan”, dan “Untuk Indonesia, Sebuah Kisah, Cita-Cita, dan Harapan”. Kini sedang melanjutkan buku tunggal kedua berjudul “Trio Sahabat” hasil pelatihan sasisabu 8.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post