Nazwa Aenun Nabilla

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibuku adalah panutanku

Ibuku adalah panutanku

  Hari ini, kami diberi tugas Bahasa Indonesia tentang teks Naratif. Teks Naratif memiliki tujuan memberi pengetahuan, ajaran, atau sebagai pendapat. Juga untuk menghibur dan memikat pembaca atau pendengar. Ada beberapa tipe Naratif, salah satunya adalah Cerpen (Cerita Pendek).

  Hari ini tugas yang diberikan adalah membuat Cerpen bertemakan Ibu. Tentunya sudah terbayang sosok Ibu dalam benakku. Dan mulailah aku menulis sosok Ibu ku yang menjadi Panutan-ku.

  Ibu adalah seorang yang berharga bagiku, ibu adalah seorang yang tidak kenal lelah, dan Ibu adalah seorang yang selalu mementingkan keluarganya terlebih dahulu daripada dirinya sendiri. Tak dapat ku bayangkan jika tak ada Ibu yang mengurus keluarga ini.

  "Naz.. kesini sebentar, mamah baru aja beliin kamu sepatu sekolah yang baru, dipakai ya.. sepatu lama kamu yang udah rusak, dibuang aja" ucap Ibuku memanggilku, Aku pun segera menghampirinya dan menatap sepatu baruku.

  "Makasih mah, udah beliin sepatu baru, iya nanti aku buang sepatu yang udah rusak itu."balasku seraya mengucapkan kalimat terimakasih kepadanya, Ibuku selalu membelikan kebutuhan Aku, Adikku dan Ayahku dahulu. Walau ku tau ia ingin membeli sesuatu yang lain.

 

  Bahkan, jika kami sakit pun ibu langsung bergegas merawat kami. Dia yang memberi kami obat ketika kami sedang sakit, dia juga yang merawat kami dengan rasa penuh kasih sayang sehingga kami sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala. Aku pun terkagum-kagum dengan Ibu-ku.

  "Ade gausah sekolah dulu ya? Badanmu panas, udah libur dulu aja ya? Nanti mamah yang kasih izin ke gurunya. Dah, dah, tidurin aja biar sakitnya cepet sembuh" ucap ibuku sembari memegang dahi adikku yang panas, dan dengan lemas adikku membalas "Iya mah" sembari mengangguk lemas.

  "Ayah lagi sakit? Libur dulu aja kerjanya, istirahat dulu 2 atau 3 hari, baru kembali bekerja lagi. Daripada ayah pusing pas dijalan"Ibuku segera mengambil jaket dan memberikan kepada ayahnya dan mematikan kipas angin supaya Ayah tidak merasa kedinginan.

  Namun, di saat dirinya yang sakit. Ia tidak memberi tahu kami, ia memendamnya. Ia pun merawat dirinya sendiri. Tapi, aku pun berniat membantunya dan memijit sekujur tubuhnya yang pegal karena kelelahan. Aku pun melamun dan terbenam dalam fikiranku. Selain sosok Ayah yang kuat, rupanya ada Ibu yang lebih kuat dari Ayah. Karena Ibu mengerjakan semua pekerjaan, seperti mengurus rumah, mengurus kebutuhan kami, mengurus kita yang sedang sakit, memasak dan lainnya.

  Walau ia nampak lelah dengan itu semua, ia selalu bercanda gurau dengan Ayah yang humoris sehingga lelahnya terganti dengan tawanya juga perasaan senangnya. Aku merasa senang ketika ibu senang, dan aku pun merasa sedih jika ibu sedih. Namun aku tidak memperlihatkan itu, aku cuman memendamnya saja. Terkadang, aku memandang ibuku secara diam-diam layaknya pencuri yang tidak mau ketahuan. 

  Ibuku, dia memanglah sosok yang tangguh, kuat, pekerja keras juga penyayang. Dalam benakku, suatu saat nanti aku ingin menjadi sosok yang tangguh, kuat, pekerja keras dan penyayang seperti ibuku. Aku menjadikannya sebagai panutanku. Begitu mulianya ibu, karena surga para anak ada dibawah telapak kaki ibu. Ibuku, adalah panutanku.

 

Jakarta, 16 Oktober 2023

Karya karangan Nazwa Aenun Nabilla 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post