Nashrus Syafi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

islam dan anti kekerasan

Islam dan Anti Kekerasan

Oleh : Nashrus Syafi Al-Ashduqi

​Jauh sebelum hadirnya agama islam akan banyak kita dapati perselisihan dan perpecahan antar suku atau ummat beragama bahkan setelah hadirnya islam pun tidak sedikit kita dapati perpecahan dan perselisihan tersebut. Oleh karena itu agama islam hadir untuk meminimalisir terjadinya perselisihan atau perpecahan tersebut karena agama islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin yang artinya rahmat untuk seluruh alam. Islam apabila ditinjau secara bahasa berasal dari kata سَلِمَ - يَسْلَمُ - سِلْمًا - سَلَامَةً dalam bahasa arab yang berarti keselamatan atau kedamaian. Sedangkan apabila ditinjau secara istilah islam adalah ajaran yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW untuk seluruh kalangan manusia sebagai pedoman atau jalan hidup agar tercapainya kesuksesan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bahkan dalam proses penyebaran atau da’wah nya pun islam tidak mengajarkan kekerasan sama sekali. Dapat kita simpulkan bahwa penyebaran islam melalui 2 tahap yaitu :

1. Da’wah secara rahasia : sejak diturunkannya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira’ pada malam yang diperingati sebagai malam nuzulul qur’an yang artinya malam turunnya Al-Qur’an melalau malaikat Jibril AS. Nabi Muhammad memulai da’wahnya secara sembunyi-sembunyi pada tahun 609 masehi. Tentunya sasaran da’wah secara sembunyi-sembunyi tersebut adalah kalangan keluarga dan kerabat terdekat Nabi serta sahabat-sahabatnya. Meskipun demikian perjalanan da’wah secara sembunyi-sembunyi tersebut tidak sedikit mendapatkan tentangan dari kalangan keluarga sendiri bahkan sampai hinaan pun telah Nabi dapatkan. Da’wah secara sembunyi-sembunyi ini Nabi Muhammad SAW lakukan selama 3 tahun. 2. Da’wah secara terbuka atau terang-terangan : setelah berlangsungnya da’wah secara sembunyi-sembunyi dan mulai mendapatkan dukungan dari beberapa kalangan keluarga dan sahabat Nabi Muhammad SAW memulai berda’wah secara terbuka atau terang-terangan kepada seluruh masyarakat yang berada di kota Makkah. Tentunya melalui cara yang halus dan tanpa adanya unsur pemaksaan atau kekerasan. Meskipun Nabi Muhammad SAW mendapatkan hinaan, di anggap gila, bahkan ancaman pembunuhan, namun Nabi Muhammad SAW tidak memberikan pembalasan sedikitpun terhadap orang-orang yang mencela atau enggan menerima ajarannya dan tetap menjalankan da’wahnya secara halus dan penuh kesabaran.

Hal itu dilakukan Nabi Muhammad SAW karena di dalam ajaran islam tidak mengajarkan unsur kekerasan atau pemaksaan dalam memeluk agama islam. Sebagaimana yang telah ALLAH SWT katakan melalui kitab suci Al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah pada ayat 252 yang berbunyi لا إكراه في الدين yang artinya “tidak ada pemaksaan bagi seseorang dalam memeluk agama islam” oleh karena itu memeluk agama islam harus berlandaskan dengan kesadaran pribadi atau keihklasan hati seseorang dan tanpa dipengaruhi faktor dari luar.

​Agama islam sangat menjunjung tinggi perdamaian dan hadir untuk meberikan hak-hak setiap manusia. Bahkan tujuan utama Nabi Muhammad SAW diutus menjadi salah satu utusan ALLAH SWT adalah dengan bertujuan untuk menyempurnakan akhlak. Maka dari itu dapat kita ambil kesimpulan bahwa di dalam ajaran islam sama sekali tidak mengajarkan unsur kekerasan atau pemaksaan karena agama islam sangat menjunjung perdamaian tersebut. Bahkan tercatat di dalam sejarah islam bahwa perlakuan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat terhadap kaum selain agama islam termasuk tawanan perang dengan sangat baik perlakuannya. Bahkan Nabi Muhmmad SAW juga pernah mengatakan dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan Thabrani yang berbunyi :

مَن آذى ذميا فقد آذاني ومن آذاني فقد آذى الله

Artinya : “Barangsiapa menyakiti seorang dzimmi, maka sungguh ia menyakitiku, dan barangsiapa menyakitiku, berarti ia menyakiti Allah.” (HR Thabrani).

Dapat kita ambil pelajaran bahwa yang dimaksud dari kata seorang dzimmi dalam penggalan kata hadits diatas adalahorang yang memeluk agama selain islam atau kafir namun telah terikat dengan suatu perjanjian dengan islam harus dilindungi dan diberikan hak-haknya. Begitu santun dan mulianya bentuk perlakuan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada ummatnya dalam bermu’amalah kepada sesame termasuk kaum kafir. Maka sudah sepantasnya kita sebagai ummatnya meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa sikap atau bentuk keteladanan dari Nabi Muhammad SAW yang perlu kita pelajari dan terapkan dalam bermu’amalah dengan pemeluk agama lain agar tidak terjadinya suatu kekerasan atau perpecahan antar ummat beragama :

1. Menghargai adanya perbedaan : belakangan inimenghargai adanya perbedaan sering kita sebutsebagai toleransi. Sikap toleransi inilah yang menimbulkan adanya kerukunan antar ummatberagama dan mencegah terjadinya perselisihan atauperpecahan yang menimbulkan suatu kekerasan. Sebagaimana yang telah dicontohkan para pemimpinislam terdahulu contohnya kepimimpinan sultan Muhammad Al Fatih yang sering kita sebut denganMehmed II. Setelah menaklukan kota Konstantinopelbeliau tetap mengizinkan dan menjamin ummat kristenuntuk beribadah di greja sebagaimana semestinyatanpa mendapatkan ancaman atau gangguan sedikitpundari ummat islam. 2. Bijaksana dalam menyampaikan kebaikan : sepertiyang telah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan da’wahnya menyampaikan suatuajaran atau kebaikan. Beliau tidak pernahmenggunakan unsur pemaksaan atau kekerasan. Hal itu karena dengan kebijaksanaan dan ketulusan hatiseseorang penyampaian suatu pesan akan jauh lebihmembekas dihati seseorang atau diterima daripadadengan menggunakan cara yang menganudung unsurpemaksaan atau kekerasan. Karena denganmenggunakan cara yang mengandung unsurpemaksaan atau kekerasan tersebut hanya akanmenimbulkan suatu kekhawatiran bahkan ketakutanbagi penerima. 3. Meningkatkan kesabaran dan ketabahan sertamenjadi pribadi yang mudah memaafkan : karenadalam menyampaikan suatu informasi atau ajarantentu seseorang akan dihadapkan dengan suatu respon. Dan kita tidak memiliki kekuasaan untuk mengaturrespon yang di luar kendali kita. Oleh sebab itu responyang akan kita hadapi tentunya akan menimbulkanpertentangan atau pembelaan. Dan sudah sepantasnyakita tidak perlu berkecil hati apabila suatu informasiatau kebaikan yang kita sampaikan tidak diterima ataubahkan menimbulkan penghinaan dari orang lain kepada kita. Seperti yang telah Nabi Muhammad SAW terapkan dalam perjalanan da’wahnya beliau tidakpernah merasa marah atau kecewa kepada golonganyang enggan menerima ajakanya. Bahkan Nabi Muhammad SAW mendoakan orang yang mengejek, menyakiti, melempar kotoran kepada beliau, agar seseorang tersebut mendapatkan suatu kebaikan atauhidayah.

Dalam hidup bermasyarakat tentu akan kita dapatibanyaknya perselisihan atau perbedaan pendapat antarperseorangan atau antar kelompok satu dengan kelompokyang lain. Meskipun begitu kekerasan dan pemaksaantetap bukan lah suatu solusi yang dapat digunakan untukmemecahkan suatu masalah atau mempersatukan ummat. Melainkan dengan kerendahan hati, kebijaksanaan, dan rasa saling menghargai, sebagaimana yang telahdicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalambermuamalah dengan sesama yang akan menimbulkanadanya kerukunan antar ummat beragama, tumbuhnyarasa toleransi, dan terjadinya perdamaian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post