Najma Hafizha Fathoni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB 11, Berubah

BAB 11, Berubah

BAB 11, BERUBAH

“Sa… Sabrina? Kau sudah membaca suratku kemarin kan?” kata Tania memulai percakapan, mencoba berani setelah kejadian kemarin malam. Sabrina menoleh, ekspresi wajahnya dingin. Benar-benar dingin. Sabrina tidak menjawab, hanya menatap Tania dengan mata sembap, seperti sehabis menangis. Tania menelan ludah. “kau tidak apa apa?” tanya Tania. Sabrina tertawa tipis sekali. Tersenyum miring, menggeleng. Tania menjauh beberapa inci dari Sabrina.

Flashback kemarin malam

Apa aku terlalu berlebihan dalam menjauhi Tania? Gumam Sabrina yang keluar sebentar mencari angin. Sabrina melepaskan liontin yang telah diberikan Tania tadi siang, memperhatikannya lamat-lamat. Menghela nafas panjang.

“ekhem!” kata seseorang. Wajahnya tidak terlihat karena tertutup hoodie. Di bawah lampu jalan, akhirnya wajah orang itu terlihat. Clarissa dengan para anggota genk nya. Sabrina melangkah mundur, takut-takut.

“lihat ada siapa disini?” kata Clarissa memiringkan alis. Sabrina menelan ludah. “tidak perlu takut my friend. Kelihatannya ada yang memiliki beban hidup, ya? Dengan bercerainya orang tua?” kata Clarisa tersenyum miring. Sabrina terkejut.

“da.. darimana kau tahu soal itu?!” kata Sabrina tidak percaya, suaranya bergetar. Clarissa tertawa kecil.

“tidak melihat medsos? Kebanyakan orang sudah tahu berita ini. Berita salah satu pengusaha tersukses di Indonesia, bercerai. Kasian deh!” kata Clarissa menarik kerah baju Sabrina. “mau kubantu? Kau akan merasakan bahagia lagi” kata Clarissa mengacak ngacak rambut Sabrina. “mau tahu caranya?” kata Clarissa tertawa kecil. Sabrina terdiam.

Aku tidak mau merasakan ini terus. Aku lelah, sungguh lelah. Apa… aku lakukan saja? Gumam Sabrina, terdiam sebentar. Sabrina mengangguk pelan. Clarissa tertawa lebar senang. Memberikan kaus yang persis seperti yang dimilikinya dan anggota genk nya. Sabrina menerimanya.

“selamat, kau diterima bersama kami” kata Clarissa tersenyum miring. “ayo ikuti kami. Kita akan berpesta sampai lupa segala kesakitan” kata Clarissa berjalan ke dalam gang sempit. Sabrina mengikuti Clarissa dari belakang.

“oh Ya Tuhan!” kata Sabrina menutup mulut. Mereka sampai di disko. Tempat joget-joget, minum alkohol, mabuk-mabukan, ngevape, merokok, dan pesta pesta gak jelas. Sabrina berusaha kabur dari tempat itu. Namun Clarissa menahannya.

“kau sudah bilang mau, tadi. Sekali kau bilang mau kau tidak bisa membatalkannya. Ganti bajumu!” kata Clarissa melotot. Sabrina menuju ruang ganti, mengganti bajunya dengan baju yang telah diberikan oleh Clarissa tadi. Sabrina menelan ludah. Bajunya sangat ketat, dan celananya juga ketat dan terlalu pendek.

“pakaian ini tidak pantas dipakai” kata Sabrina memperhatikan bajunya. Clarissa lagi-lagi melotot. Menuangkan wine ke dalam gelas besar. Lantas menyodorkan paksa ke mulut Sabrina, seketika Sabrina mabuk. Tersenyum miring.

“hm! Ada lagi?” tanya Sabrina dalam pengaruh alkohol. Clarissa tertawa pelan, menuangkan segelas besar lagi. Sabrina meneguknya sampai habis.

Pukul satu malam, Sabrina baru pulang dari disko. Dengan masih sedikit mabuk karena pengaruh alkohol.

“Sabrina kau dari mana saja?!” tanya Tania marah-marah. Sabrina kasar mendorong tubuh Tania hingga membentur dinding.

“kau tidak perlu tahu dan tidak perlu ikut campur!” kata Sabrina menarik kerah baju Tania. Tania menelan ludah. Apa yang terjadi? Sabrina pergi ke kamar, membanting pintu hingga berdebam. Rambutnya berantakan. Lantas tertidur di kasur dengan masih dalam keadaan mabuk.

Keesokan paginya di kampus..

“lo mau bolos gak?” tanya Clarissa menyikut lengan Sabrina. Yang lengannya disikut menoleh. Mengangguk, mereka melompati pagar kampus.

“Sab.. kamu kok tadi gak ada di kampus dan kelas?” tanya Tania pelan. Sabrina terdiam.

“aku telat ngumpulin tugas. Jadi dihukum bersihin kamar mandi lantai enam” kata Sabrina pelan. Tania mengangguk pelan.

“Sab… sebenarnya kau semalam itu kemana?” tanya Tania pelan. Sabrina terdiam, tidak berani menjawab. “Sabrina, jawab” kata Tania sedikit kesal

“sudah kubilang jangan ikut campur!” kata Sabrina membanting mangkuk adonan kue ke lantai. Tania menatap Sabrina lamat-lamat

“kau ini kenapa?!” tanya Tania marah. Sabrina mengancam Tania dengan tinju dikepalkan. “kau mau pukul aku? Silahkan! Silahkan, pukul!” kata Tania dengan suara bergetar. Sabrina terdiam, tidak bisa melakukan itu.

“kenapa kau berubah?! Jawab!!” kata Tania membentak Sabrina. Yang dibentak tidak menjawab. Semua karyawan takut takut memperhatikan pertengkaran mereka berdua.

“Kau mau kemana?!” tanya Tania melotot. Sabrina tidak peduli.

“gak usah ikut campur bisa gak sih?!” tanya Sabrina kesal. Mengunci Tania di dalam apartemen dari luar.

“tidak tidak! Sabrina, buka! Kau mau kemana?!” kata Tania menggedor gedor pintu dari dalam apartemen. Sedangkan Sabrina sudah berlari membawa kunci apartemen menuju club nya.

Sampai besok pagi, Sabrina belum pulang. Tania sudah cemas menunggu Sabrina semalaman. Masih beruntung hari ini jadwal kuliah Tania dan Sabrina adalah siang. Namun toko yang harusnya dibuka pukul 8 pagi, sampai sekarang belum dibuka. Karena kunci toko ada di Tania yang sekarang terkunci di dalam apartemen sendirian.

“Kau darimana saja?!” kata Tania melotot kepada Sabrina yang baru pulang.

“ah bawel! Gue ngantuk mau tidur!” kata Sabrina kasar. Tania terbatuk.

“sejak kapan kamu ngomong gue, lo?” kata Tania menelak pinggang.

“lo itu gak perlu tau! Sekarang lo diem deh!” kata Sabrina mengepalkan tinju, mengancam Tania.

“tentu aku harus tau! Aku sahabatmu!” kata Tania membentak Sabrina. Yang dibentak malah memukul Tania. Bibir Tania pecah, berdarah, menetes. Sabrina menutup mulut.

Astaga apa yang kulakukan? Gumam Sabrina, segera berlari ke kamar. Tania meneteskan air mata, yang lama lama menjadi isakan. Dan Tania yang kecewa, memutuskan untuk pulang ke Singapura malam harinya.

Malam harinya, Sabrina lagi lagi pergi ke club itu. Tania yang masih belum berangkat, segera mengemas pakaiannya. Namun sebelum ke bandara, Tania ingin melihat isi dari chat dan apapun di laptop, handphone, Smart Pad milik Sabrina.

Tania benar benar menangis membaca chat ini.

Clarissa:) : “lo ikut kan hari ini?”

Sabrina:/ : “ikut lah. Ya kali gue gak ikut”

Clarissa:) : “kuy lah cepetan! Ngevape kita hari ini!”

Tania tidak sanggup lagi membacanya. Tania memutuskan mencari lokasi Sabrina, dengan menyeret-nyeret koper besar. Akhirnya Tania benar benar menemukan Sabrina. Tania mengusap wajahnya. Matanya benar benar tidak sanggup melihat club semacam ini. Ada yang ngevape, mabuk, merokok, dan lain sebagainya yang bukan hal bermanfaat. Tania menangis melihat Sabrina yang sedang bermain judi.

“SABRINA!!!” kata Tania berteriak kencang. Sabrina menoleh, melotot tajam, mendekati Tania.

“Apa yang kau lakukan disini?!” tanya Sabrina menunjuk nunjuk kening Tania.

“justru apa yang kau lakukan disini?! Ini semua gara-gara kau kan?! Karenamu sahabatku berubah?!” kata Tania membentak Clarissa. Semua di tempat itu terdiam, begitu juga dengan Clarissa.

“ini semua karena aku membencimu!” kata Clarissa berdiri dari bangku kayu jati. Clarissa meneteskan air mata. Terisak. Anggotanya menatap ketuanya dengan tatapan tidak percaya. Sejak kapan ketua mereka menangis? Tania terdiam.

“Tania, aku bisa menjelaskannya!” kata Sabrina sedikit kencang. Tania menoleh.

“jelaskan! Jelaskan apa maksud dari ini! Silahkan jelaskan!” kata Tania terisak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post