Nadya Putri Adisty

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Akhirnya Aku Terbangun

Oleh : Nadya Putri Adisty

Sekolah : SMAN 1 Banjar (Kelas X)

Namaku Bintang Nugraha. Biasanya, aku dipanggil Bintang. Menurut orang tua aku sih katanya nama Bintang ini merupakan doa agar aku bisa menjadi seorang bintang. Bukan berarti menjadi seseorang yang terkenal. Melainkan menjadi seseorang yang dapat bersinar dengan cahayanya, menebar kebaikan dan manfaat untuk banyak orang. Tapi entahlah, semoga saja.

Hari ini aku bangun pagi-pagi sekali. Aku sangat semangat untuk pergi ke sekolah. Tanpa berlama-lama, setelah bersiap aku segera berpamitan kepada mama dan papa, kemudian bergegas berangkat ke sekolah menggunakan sepeda onthelku. Sekolahku jaraknya memang tidak terlalu jauh dari rumah, namun cukup menguras tenaga untuk mengayuh sepeda. Rasanya sungguh melelahkan. Tapi hal itu tidak melunturkan semangatku.

Sesampainya di sekolah, aku simpan sepeda onthelku di tempat parkir. Setelah itu, dengan penuh semangat aku langkahkan kaki menuju ke kelas. Masih belum banyak yang datang ke sekolah karena hari itu masih sangat pagi. Di dalam kelas aku melihat sudah ada beberapa orang yang sudah datang. Salah satunya teman sebangku aku, namanya Allbara.

“Hei Bin, tumben kamu datengnya pagi banget?” tanya Allbara.

“Ya iya lah. Aku kan emang selalu berangkat pagi,” jawabku

“Tapi kan hari ini jadwalnya pelajaran bahasa Indonesia. Tumben banget kamu semangat. Biasanya kamu males-malesan kalau udah pelajaran bahasa Indonesia. Hehe.” Allbara memasang muka meledek.

“Hah iya! Aku lupa. Duh, kalau tahu gitu, aku bakalan santai aja berangkatnya,” kataku murung.

“Hahaha, udah terlanjur Bin. Sekarang kamu mendingan berdoa aja supaya nanti saat jam pelajaran gak ngantuk.” Allbara sepertinya sangat puas tertawa di atas penderitaanku.

Aku memang tidak suka mata pelajaran bahasa Indonesia. Entah kenapa setiap pelajaran itu, aku pasti selalu mengantuk.

Kriiing, suara bel tanda masuk berbunyi. Jam pelajaran pertama dimulai. Bu Yanti, guru bahasa Indonesia, masuk ke dalam kelas. Dia memakai baju berwarna putih, dengan jas berwarna hitam, menggunakan sepatu pentopel.

Seperti biasa, Bu Yanti langsung memulai pelajaran dengan menyampaikan materi. Aku berusaha untuk berkonsentrasi penuh dan berusaha untuk tidak mengantuk. Tetapi ternyata semua itu sia-sia. Aku tetap saja mengantuk dan mulai kehilangan konsentrasi sampai aku tertidur. Tiba-tiba, gubrak, Bu Yanti memukul mejaku. Aku sangat terkejut. Semua orang menertawakanku.

“Bintang! Kenapa kamu selalu saja mengantuk saat pelajaran Ibu? Sekarang kamu ke luar!” Bu Yanti memarahiku.

“I-iya Bu, saya minta maaf. Sa-saya juga tidak tahu kenapa bisa mengantuk te-terus,” kataku sambil terbata-bata.

“Silakan keluar!”

Tanpa menunggu Bu Yanti semakin marah, aku segera keluar dari kelas.

“Sial, pakai acara dikeluarin dari kelas lagi. Kalau tahu bakalan kaya gini, mendingan bolos aja sekalian,” ucapku dalam hati.

***

Setelah seminggu yang lalu aku dikeluarkan dari kelas, rasanya hari ini aku malas untuk pergi ke sekolah. Apalagi untuk mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia. Tapi mana mungkin aku bolos sekolah. Bisa-bisa, orang tuaku marah besar. Itu lebih mengerikan daripada dimarahi Bu Yanti. Sebab, aku pasti tidak akan diberi uang jajan.

Hari ini cuaca tidak secerah biasanya. Awan gelap menghiasi langit. Semesta seperti tahu apa yang sedang aku rasakan. Aku kayuh sepeda onthelku menyusuri jalan. Sampai di sekolah. Setelah menyimpan sepeda di parkiran, dengan langkah gontai, aku menuju ke kelas.

Aku termenung, mencoba memikirkan apa yang akan aku lakukan untuk menghindari mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun tiba-tiba, kriiiing, bel tanda masuk berbunyi. Aku segera pergi ke luar kelas. Aku memutuskan untuk diam di kantin selama jam pelajaran bahasa Indonesia.Sambil menunggu jam pelajarannya berakhir, aku memesan es teh manis dan siomay untuk menemaniku.

Ketika aku sedang menikmati jajananku, tiba-tiba, ada seseorang yang menyentuh pundakku dari belakang. Aku sangat kaget. Ternyata itu adalah Arvin teman sekelasku.

“Eh ngagetin aja. Aku kira Bu Yanti.” Aku menghela napas.

“Ada apa?” tanyaku.

“Justru itu Bin. Bu Yanti melaporkan kamu ke guru BK. Jadinya kamu harus ke BK sekarang,” kata Arvin dengan wajah serius.

“Apa! Serius?” tanyaku kaget.

“Iya serius. Cepetan sana ke BK. Sebelum masalahnya tambah besar,” kata Arvin.

Aku segera melangkahkan kaki ke Ruang BK. Perasaanku tidak enak. Tapi, aku berharap semuanya akan baik-baik saja. Kini aku sudah berdiri di depan Ruangan BK. Ku ketuk pintu perlahan.

“Silakan masuk.” Seseorang dari dalam ruangan menyuruhku masuk.

Di dalam, terlihat ada beberapa guru BK. Aku duduk di sebuah kursi berhadapan dengan Bu Yanti. Dari sorot matanya, Bu Yanti terlihat sangat marah padaku. Aku hanya bisa menunduk dan mengangguk saat mendengarkan Bu Yanti dan guru BK berbicara. Tapi sejujurnya, aku hampir saja tertidur mendengarkannya.

Setelah itu, aku dipersilakan untuk keluar. Ternyata Allbara sudah menunggu aku di luar.

“Al, kok kamu di sini?” tanyaku.

“Iya Bin, aku nungguin kamu. Gimana katanya?” Allbara memasang muka penasaran.

“Gak gimana-gimana,” jawabku.

“Gak gimana-gimana tapi kok wajah kamu kusut gitu?” Wajahnya semakin penasaran.

“Heh sembarangan, emangnya aku baju setrikaan.”

“Ya udah makanya cerita,”

“Iya deh iya, tadi aku dimarahin. Katanya sih kalau aku kaya gitu lagi, aku gak bakalan naik kelas.”

“Terus gimana?”

“Ya gak gimana-gimana. Kamu kepo banget ya all. Udah ah, aku males banget sekarang.”

Aku pergi meninggalkan Allbara yang kelihatannya masih penasaran. Habisnya, dia ngeselin banget. Udah tahu aku lagi kesel, eh malah ditanya-tanya.

***

Hari pembagian rapor kenaikan kelas pun tiba. Hari ini aku akan mengambil rapor bersama orang tuaku ke sekolah. Aku pasrah. Semoga saja nilainya aman dan gak ada masalah.

Tapi ternyata itu hanyalah harapan belaka. Memang nilaiku ada beberapa yang bagus. Tetapi nilai bahasa Indonesiaku jauh dari kata bagus. Sudah aku duga akan seperti itu. Karena kenyataannya aku memang tidak suka pelajaran itu.

Orang tuaku yang mengetahui bahwa nilai rapor bahasa Indonesiaku sangat kecil, tentunya merasa kecewa. Jujur, sebenarnya aku pun kecewa dengan diriku sendiri.

***

Setelah liburan semester, sekolah kembali dimulai. Aku sekarang sudah kelas sebelas. Aku harap, di semester ini akan lebih baik dari sebelumnya. Aku akan mencoba untuk menghilangkan rasa malasku.

Celaka, setelah diberi tahu jadwal pelajaran, ternyata mata pelajaran yang paling pertama pada hari senin adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Duh, gimana mau semangat mengawali hari-hari kalau diwali dengan pelajaran bahasa Indonesia? Entahlah, semoga ada keajaiban.

Hari senin tiba. Ketika aku dan teman-teman sedang asyik mengobrol di kelas, tiba-tiba datang seorang guru. Dari penampilannya, ia terlihat sangat rapi, ceria, dan murah senyum. Ternyata ia adalah Bu Iin, guru bahasa Indonesia baru di kelasku.

Sebelum mulai membahas materi, Bu Iin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, dia menyampaikan kata-kata motivasi untuk kami agar selalu semangat belajar. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi. Seperti biasa, aku berusaha untuk fokus agar tidak mengantuk. Tapi untuk kali ini, rasanya aku tidak terlalu mengantuk seperti biasanya. Karena, cara mengajar Bu Iin seru. Setiap kali aku mulai mengantuk, ia selalu membuat lelucon yang membuat rasa kantukku terobati.

Di akhir pelajaran, Bu Iin memberikan tugas menulis puisi. Pada pertemuan selanjutnya, kami akana di test membaca puisi yang telah dibuat sendiri. Kebetulan, aku sangat suka menulis puisi. Biasanya, kalau aku sedang merenung di rumah, aku selalu menuliskan perasaanku melalui puisi. Jadi, untuk tugas ini, aku merasa excited.

Tibalah hari dimana aku akan di test membaca puisi. Satu persatu teman-temanku dipanggil untuk menampilkan pembacaan puisinya berdasarkan urutan absen.

Sekarang giliranku.

“Bintang Nugraha, silakan maju ke depan untuk membacakan puisinya.” Bu Iin memanggilku.

Aku mencoba menampilkan apa yang aku bisa. Ternyata, penampilanku lancar dan diakhiri dengan tepuk tangan dan apresiasi dari Bu Iin dan teman-teman.

“Wah, bagus sekali puisinya Nak. Cara membacakannya juga bagus!” Bu Iin memujiku.

“Terima kasih banyak Bu.” Aku sangat senang mendengar pujian dari Bu Iin.

***

Sejak saat aku tampil puisi, kepercayaan diriku mulai tumbuh. Aku sekarang mulai menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Bukan hanya karena dipuji. Tetapi aku juga suka cara mengajar Bu Iin yang seru. Sehingga, sekarang aku sudah tidak mengantuk lagi saat belajar.

Sekarang, bagiku pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang paling seru dan paling dinanti-nanti. Setiap sebelum pelajaran dimulai, Bu Iin selalu memberikan motivasi kepada muridnya untuk selalu semangat dalam menggapai cita-cita.

Selain itu, ada hal tidak aku sangka. Sekarang aku selalu menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti berbagai perlombaan puisi. Bu Iin selalu dengan sabar melatih dan membimbingku. Ketika aku sedang malas berlatih, ia selalu memotivasiku. Sehingga, berkat bimbingannya, aku berhasil meraih berbagai kejuaraan membaca dan menulis puisi.

Terima kasih Bu Iin, jasamu akan ku kenang selalu.

Profil Penulis

Nadya Putri Adisty, lahir di Ciamis 25 Juni 2004. Memiliki hobi membaca, menulis, dan berpetualang. Pernah mengikuti Jambore Sastra Nasional (2019). Beberapa prestasi yang diraih saat SMP di antaranya Juara Harapan 2 Review Buku tingkat Kota Banjar, Penulis Terbaik Essay Gerakan Literasi Sekolah tingkat Kota Banjar, Lulusan terbaik SMPN 1 Banjar, Juara 1 Lomba Video Literasi Ramadhan tingkat Kota Banjar, Juara 2 Story Telling Tingkat Priangan Timur.

Menjadi salah satu penulis dalam buku Antologi Literasi Anti-Korupsi, buku Antologi Aktualisasi dan Praktik Baik Gerakan Literasi Sekolah, dan buku Pemuda Milenial Maknai Kepahlawanan. Saat ini mengenyam pendidikan di SMAN 1 Banjar. Prestasi yang telah diraih diantaranya Juara 3 Lomba Menulis Artikel Tingkat Nasional (Lomba Menulis Artikel Indonesia Talent Week yang diadakan oleh Penerbit Erlangga), dan menjadi 70 Pemenang Lomba Menulis “Anak Indonesia Cinta Buku” yang diadakan oleh Media Guru Indonesia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post