Muhammad Irsyad Al-Bikri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ulama dan Teh

Ulama dan Teh

Saat itu aku sedang melakukan rihlah sa’idah. Tak terpikirkan tulisan ini akan kubuat, karena tak terlintas dalam benak akan tercipta sebuah tulisan setelah rihlah. Namun, sedikit bercerita. Kala itu aku berziarah ke salah satu makam syeikh besar Al-Azhar, yakni Syeikh Abdul Halim Mahmud. Awalnya, aku mengira ini hanyalah ziarah pada umumnya. Setibanya disana kami tak disambut oleh seorangpun. Namun sesaat setelah kami memasuki area makam, tiba-tiba datanglah orang memberikan kami minuman berupa air mineral dan teh.

Tiba-tiba aku berpikir, “loh dikasih minum untuk para peziarah, seberapa besar pengaruh beliau semasa hidupnya?” Salah satu alasan kenapa saya menotice teh di judul. Dikarenakan, pembuatan teh lebih membutuhkan usaha lebih dibandingkan air mineral. Ditambah lagi, makam beliau selalu dijaga oleh orang. Ntah itu dari kalangan keluarga beliau, maupun rakyat sekitar. Bahkan, saat senior saya dulu berkunjung ke makam tersebut. Sampai-sampai dijamu makan siang oleh keluarga beliau.

Mari kita ke inti daripada tulisan ini. Bukan lihat kepada apa yg penjaga makam tersebut lakukan kepada para peziarah. Namun, lihatlah apa yang telah Syeikh Abdul Halim Mahmud lakukan semasa hidupnya. Seberapa besar pengaruh beliau kepada kehidupan keluarga maupun ummat islam pada masa hidupnya. Karena konsepnya seperti ini, sebaik apapun kamu tak semua orang akan simpati denganmu. Walau itu keluargamu sendiri. Berarti ada hal yang unik daripada cara beliau menyampaikan kebaikan (dakwah) semasa hidup beliau.

Pendakwah hebat bukan mereka yang telah memahami banyak ilmu agama saja. Pendakwah hebat bukan mereka yang pandai dalam retorika saja. Namun, pendakwah yang hebat adalah mereka yang paham akan medan dakwah yang sedang ia hadapi sekarang. Kita berikan contoh dari kisah salah seorang ustad kondang kita, yaitu Ustad Hanan Attaki. Awal mula perjalanan dakwah beliau, beliau beranggapan menjadi pendakwah harus dengan outfit ustad pada umumnya. Menggunakan gamis, pakai sorban dsb. Beliau pun bingung, kok banyak orang yg tidak begitu peduli terhadap ceramah beliau. Padahal isinya udah kekinian banget, kayak udah untuk anak muda banget. Namun yang bersimpati dengan ceramah beliau kebanyakan kalangan orang tua. Karena saat itu beliau memiliki target dakwah anak muda. Hingga suatu ketika, saat itu beliau memiliki masalah dengan kendaraan beliau di Tengah perjalanan pulang dari mengisi kajian. Lalu disapalah oleh pak polisi, namun menyapa selayaknya orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua. Padahal saat itu usia Ustad Hanan Attaki masih terbilang muda. Akhirnya beliau berpikir, “Jikalau target dakwah saya anak muda, lantas kenapa saya berpakaian layaknya pendakwah yang terkhusus untuk orang tua.” Akhirnya setelah kejadian itu beliau menyadari bahwa kita harus sesuaikan isi dakwah kita dengan medan yg kita hadapi.

Tentu kita juga berpikir, “Tapi kami arsitek, gimana cara dakwahnya? Kami dokter, gimana dakwahnya?” Imam Hasan Al-banna pernah berkata, “Kita adalah da’I sebelum menjadi apapun.” Maksud dari kata-kata tersebut, mungkin sebelum menjadi sesuatu kita dapat melakukan ajakan dakwah dengan bebas. Tanpa melihat profesi kita. Namun, apakah setelah kita berprofesi lantas Amanah dakwah yang ada pada setiap muslim gugur atas diri kita? Tentu tidak, kita masih bisa berdakwah sesuai dengan profesi kita. Contohnya arsitek, banyak pada zaman sekarang arsitek yang mendesain bangunan dengan hal-hal yang bertemakan satanisme ataupun hal-hal yang berbau desain masa jahiliyah sebelum Allah turunkan wahyu kepada Nabi Muhammad. Contohnya dokter, kita bisa menyisipkan pesan-pesan kepada setiap pasien yang berobat kita. Bahkan dengan berkata kesembuhan hanyalah milik Allah namun kami akan berjuang sekuat tenaga saja itu sudah bagian dari dakwah. Pertanda, kalua kita ini bukan apa-apa tanpa adanya kehendak ataupun campur tangan Allah dalam setiap urusan kita.

Jadi, hikmahnya apa? Sebaik apapun kita, tak semua orang akan suka dengan kita. Lantas teruslah berbuat baik hingga mereka yang membencimu bosan untuk membencimu. Hingga akhirnya timbul rasa simpati pada diri mereka akan kebaikan yang selalu kamu sebarkan.

Kairo, 5 September 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post