Mochamad Fadjri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kancil Dan Siput

Judul:Kancil Dan Siput

Penulis:Mochamad Fadjri

Jenis:Cerpen

Sekolah:SMPN 98 Jakarta

Dahulu kala ada dua ekor binatang yang berteman sangat baik. Mereka itu adalah kancil dan siput. Kancil mempunyai keahlian pandai bercerita. Keahliannya ini membuatnya terkenal hingga keseluruh negeri hewan.

Semakin hari Si Kancil semakin terkenal. Ke manapun dia pergi pasti ada hewan yang menegur dan menyapanya. Dia juga sering diundang sebagai tamu Istimewa dalam acara-acara penting. Semua hewan dari yang Kecil sampai yang besar, dari yang lemah hingga yang perkasa sayang kepada Si Kancil.

Teman baik Si Kancil yaitu siput, selalu gembira dan sangat bersemangat ketika menceritakan kehebatan dan kecerdikan Si Kancil.

“Si Kancil itu binatang yang cerdik dan bijaksana!” begitu kata siput ketika bertemu teman-temannya. Semua binatang yang mendengar pasti tersenyum dan mengangguk tanda setuju dengan kata-kata siput. Mereka menepuk-nepuk cangkang siput sambil mengucapkan selamat.

“Hai siput, kamu sungguh beruntung karena menjadi teman baik si kancil” kata Tupai.

“Kamu pasti banyak belajar darinya.” Kata Landak menimpali,

“Saya ingin menjadi sahabatnya juga, ah.” Kata Sang Ikan ikut-ikutan, mendengar itu siput hanya tersenyum.

Sambil tersenyum Siput kemudian berkata, “Siapa berteman dengan Penjual Minyak wangi, maka dia akan dapat percikan keharumannya.“

Terkedip-kedip mata Tupai penasaran. Diapun bertanya,“eh, Apakah Si Kancil menjual minyak wangi ?, Saya mau beli ah. Supaya bijak sepertinya. “

Siput pun tertawa mendengar perkataan Tupai. Siput pun menjawab,“aduh…Bukan begitu maksudnya, inikan hanya perumpamaan. Maksudnya, apabila kita berteman dengan orang baik, kita juga akan mendapatkan kebaikannya. “ mendengar penjelasan siput Tupai, Landak Dan Ikan pun akhirnya menggut-anggut.

Ikan lalu berkata, “wah…Kamu sekarang semakin bijak, pasti karena berteman dengan Si Kancil. “ Siput pun tersenyum dan bersyukur kepada Tuhan mendengar apa yang dikatakan Ikan.

Hari terus berganti Si Kancil pun semakin sibuk. Semakin banyak undangan dari kampung-kampung yang meminta Si Kancil untuk bercerita kepada anak-anak di sana. Siput juga ikut sibuk mengurus jadwal undangan Si Kancil.

Suatu hari, Si Kancil mendapatkan undangan ke kampung Kuning. Tanpa disengaja Si Kancil ketinggalan buku ceritanya di rumah. Si Kancil berfikir, kalau dia harus balik lagi untuk mengambil bukunya maka akan makin lama dia sampai ke kampung Kuning. Sedangkan penduduk kampung Kuning sudah tak sabar menunggu untuk mendengar cerita dari Si Kancil.

Akhirnya Si Kancil pun memerintahkan Siput untuk mengambilkan buku ceritanya, “Siput, kamu kembali ke rumah dan ambil buku cerita milikku. Aku memerlukannya segera. Aku tidak mau terlambat tiba di Kampung Kuning. Jika terlambat, mereka akan menganggapku ingkar janji.“

Siput mengangguk dan berkata, “Baiklah, saya akan segera pulang.”

“Baiklah, segera ambil buku itu. Aku akan terus menuju ke kampung Kuning. Kita akan bertemu di sana, ya.” ucap si Kancil.

“Saya akan berusaha secepat mungkin.” balas Siput sambil bergegas pulang. SIput pun berjalan pulang sambil mengengsot-engsot. Tapi apa hendak dikata siput tidak mempunyai kaki sehingga tidak dapat berjalan dengan cepat.

Beberapa jam kemudian, dengan nafas yang masih tersengal-sengal, Siput tiba di Kampung Kuning. Dia kaget melihat kampung itu dalam keadaan sepi. Dia hanya melihat Si Kancil duduk sendirian, sambil termenung diatas batu.

”Kok masih sepi, apa kita datang terlalu cepat ? atau kita datang ditanggal yang salah ?” kata siput sambil membolak-balik buku catatannya.

Si Kancil melotot ke arah sang Siput. Dengan wajah marah padam dia berkata, “Kita datang ditanggal yang tepat, tapi Kamu yang datangnya telat !!!.”

“mereka sudah pulang semua.”

“mereka semua marah karena aku tidak dapat bercerita.”

“menyebalkan !!!”

Mendengar kemarahan kancil Siput ketakutan. Siput hanya diam, dia hampir menangis mendengar kata-kata Si Kancil.

“Maafkan aku, aku sudah berjalan secepat mungkin.“ kata siput sambil memohon.

Si Kancil hanya memalingkan matanya ke atas kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Siput yang menangis sendirian.

Sejak Hari itu, Si Kancil jadi jarang berbicara dengan Siput. Siput sering dimarahi Kancil meskipun hanya karena masalah sepele. Namun, Siput tetap sabar menerima perlakuan kancil. Siput tetap menjalankan tugas-tugas yang selama ini diberikan Si Kancil kepadanya.

Suatu ketika saat mereka sedang makan siang Siput bertanya kepada Si Kancil,

“Semalam Murai memberikan sebotol berudu. Apakah kamu mau makan berudu? “

Sambil menengok tajam ke arah Siput, Kancil berkata, “Apakah kamu pernah tahu saya suka makan berudu?”

Dengan perlahan siput menjawab, “Maaf, saya hanya bertanya. Siapa tahu kamu mau.“

Si Kancil hanya diam dan tidak memperdulikan keluhan Siput. Di hari yang lain, saat mereka dalam perjalanan Ke Kampung Daun, Si Kancil bertanya, “Berapakah jumlah penduduk Kampung Daun?”

Siput menjawab,“Saya tidak tau pasti. Kita belum pernah kesana.“ mendengar jawaban siput Si Kancil melotot dan berkata, “Bodoh sekali kamu, begitu saja tidak tahu?”

Siput lalu menjawab, “Maafkan Saya. Merekakan hanya menghubungi kamu. Jadi, saya tidak tahu harus bertanya kepada siapa ?“

“Ya tanya kepada ketua Kampung Daun. Masa tanya kepada ketua Kampung Pisang, dasar bodoh.“ kata kancil dengan nada tinggi.

Suatu petang di hari libur, Siput duduk termenung di tepi sungai. Wajahnya terlihat muram. Dari kejauhan ikan memperhatikan temannya itu. Kemudian datang menghampirinya, “Hai siput…hari ini wajahmu muram sekali. Tidak seperti biasanya. Apa yang terjadi? “

Siput menghela nafas panjang. Kemudian dia berkata, “Si Kancil sekarang sudah berubah. Dia sudah tidak butuh saya lagi. Apa saja yang saya lakukan, pasti salah dimatanya. Meskipun saya hanya sekadar bertanya, dia pasti menjawab dengan nada marah. Saya dianggap bodoh dan tidak tahu apa-apa.“ Ikan merasa iba mendengar keluhan Siput.

“Sabar temanku, yang sedang berada diatas biasanya begitu. Sombong, merasa paling pintar, menganggap bodoh dan memandang rendah yang lain.”

Tak terasa air mata siput mengalir. Sambil sesenggukan dia berkata,“Saya heran, mengapa sekarang dia tidak mau bicara baik-baik. Mengapa dia lebih suka marah-marah, membodoh-bodohkan dan merendahkan yang lain. Dia sudah tidak seperti yang saya kenal dulu.“

Ikan semakin merasa iba. Dengan nada perlahan dia berkata, “Berdoalah kepada tuhan yang maha membolak-balikkan hati mahluknya. Doakan si Kancil semoga dia segera sadar atas segala kekhilafannya. Kau adalah kawan baiknya tuhan pasti mengabulkan doamu, yakinlah kawanku.”

Siput menarik nafas panjang. Dia mengusap air matanya,“terima kasih ikan, kau telah memberikan pencerahan kepadaku. Nasehatmu akan aku ingat selalu. Semoga kancil segera menyadari kekhilafannya.”

“sama-sama siput kawanku. Hanya itu yang bisa aku bantu. Itulah artinya kawan ikut menangis ketika kawannya kesusahan dan bergembira ketika temannya mencapai kesuksesan.”

Hari terus berganti namun kancil tak juga berubah, bahkan kesombongannya semakin menjadi-jadi. Siput pun mulai menjaga jarak dengan Kancil. Namun Siput terus saja mendoakan sahabatnya itu meskipun dari kejauhan. Hingga suatu hari Siput bertemu dengan Kancil yang sedang menangis diatas batu besar di tepian sungai.

“Hai kancil…”

Kancil menoleh mencari sumber suara. Dia melihat siput teman baiknya yang selama ini ia sia-siakan. Kancil berlari menghampiri siput kemudian bersujud meminta maaf kepada siput.

“Siput….maafkan aku kawan. Selama ini aku telah menyia-nyiakanmu. Aku khilaf” kata kancil sambil menagis.

“ Hai kancil, apa-apaan kamu. Mengapa bersujud kepadaku, ayo berdiri!” kata siput sambil mengangkat bahu kancil.

“maafkan aku kawan…maafkan aku….”

“Kancil kawanku, aku sudah memaafkanmu.”

“siput kau memang kawan yang terbaik. Aku sudah banyak berbuat salah kepadamu, namun kau tetap memaafkanku.”

“tuhan saja selalu mengampuni hambanya yang berbuat salah. Masa aku tidak, sudahlah lupakan masa lalu. Mari kita songsong masa depan yang lebih cerah.”

Mereka berdua kembali bersahabat dan saling melengkapi seperti dulu lagi seperti doa yang selalu dipanjatkan siput.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post